4. Kitab Suci bermakna sebagai pedoman hidup dan kehidupan yang serasi Antara kebahagiaan duniawi dan ukhrawi, materil dan spirituil dengan
ridha Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa 5. Alas Kitab Suci bermakna bahwa pedoman hidup dan kehidupan harus
ditempatkan pada proporsi yang sebenarnya sesuai dengan potensi dinamis dari Kitab Suci.
6. Kalimat “Ikhlas Beramal” bermakna bahwa Karyawan Kementerian Agama dalam mengabdi kepada masyarakat dan Negara berlandaskan
niat beribadah dengan tulus dan ikhlas. 7. Perisai yang berbentuk segi lima sama sisi dimaksudkan bahwa kerukunan
hidup antar umat beragama RI yang berdasarkan Pancasila dilindungi sepenuhnya sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.
8. Kelengkapan makna lambang Kementerian Agama melukiskan motto : Dengan Iman yang teguh dan hati yang suci serta menghayati dan
mengamalkan Pancasila yang merupakan tuntutan dan pegangan hidup dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, karyawan Kementerian
Agama bertekad bahwa mengabdi kepada Negara adalah ibadah.
II.3 Penjelasan tentang Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah.
a. Penjelasan Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 1999 Pokok-Pokok Kepegawaian
Undang-Undang RI Nomor 43 tahun 1999 adalah perubahan dari undang- undang sebelumnya yaitu Undang-Undang RI Nomor 47 Tahun 1974 tentang
pokok-pokok kepegawaian. Penjelasan umum dari Undang-Undang ini adalah Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional
sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur Negara khusunya Pegawai Negeri. Karena itu, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional yakni
mewujudkan masayarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis. Makmur, adil dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang
Universitas Sumatera Utara
merupakan unsur aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat
yang dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945. Pada butir ke 6 penjelasan Undang-Undang RI No. 43 Tahun 1999,
menjelaskan hubungan Antara Pegawai Negeri Sipil dan Netralitas. Yaitu dalam upaya menjaga netralitas Pegawai Negeri dari pengaruh partai politik dan untuk
menjamin keutuhan, kekompakkan dan persatuan Pegawai Negeri serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaganya pada tugas yang
dibebankan kepadanya, maka Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota danatau pengurus partai politik. Oleh karena itu, Pegawai Negeri yang menjadi anggota
danatau pengurus partai politik tersebut haruslah diberhentikan sebagai pegawai negeri. Pemberhentian tersebut dapat dilakukan dengan hormat dan
tidak hormat. Hal tersebut sudah termasuk melanggar kesetiaan dan aturan Pegawai Negeri Sipil.
b. Penjelasan Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun 2005 PNS yang menduduki jabatan Rangkap
Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun 2005 adalah perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil yang
menduduki jabatan rangkap. Pegawai Negeri yang menduduki jabatan fungsional perancang peraturan perundang-undangan diutamakan untuk dapat menduduki
jabatan struktural pada unit organisasi yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan peraturan perundang-undangan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dengan tugas dan tanggung jawab jabatan fungsionalnya. Netralitas Pegawai Negeri juga sangat terlihat dalam Peraturan Pemerintah
ini. Karena pada dasarnya Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat dalam jabatan strukutral tidak dapat merangkap dalam jabatan struktural lain atau
jabatan fungsional. Hal ini dimaksudkan agar Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dapat memusatkan perhatian dan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas jabatannya sehingga dapat menghasilkan kinerja yang optimal.
Universitas Sumatera Utara
Adapun aturan Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dari jabatan struktural karena:
1. Mengundurkan diri dari jabatannya 2. Mencapai batas usia pensiun
3. Diberhentikan sebagai PNS 4. Diangkat dalam jabatan struktural lainnya atau jabatan fungsional
5. Cuti diluar tanggungan negara, kecuali cuti diluar tanggungan negara karena persalinan
6. Tugas belajar lebih dari enam bulan 7. Adanya perampingan organisasi pemerintah
8. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan jasmani dan rohani 9. Hal lain yang ditetapkan perundangan yang berlaku
Pegawai Negeri Sipil memang dituntut untuk bersifat netral, adil dan setia. Sehingga untuk optimalisasi kinerja, disiplin dan akuntabilitas pejabat struktural
serta menyadari akan keterbatasan kemampuan manusia, PNS yang menduduki jabatan struktural tidak dapat menduduki jabatan rangkap, baik dengan jabatan
struktural lain maupun jabatan fungsional. Rangkap jabatan hanya diperbolehkan apabila ketentuan perangkapan jabatan tersebut diatur dengan
Undang-undang atau Peraturan Pemerintah.
c. Penjelasan Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2004 Larangan PNS menjadi anggota Partai Politik
Berdasarkan ketentuan Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok- pokok kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999, Pegawai Negeri sebagai unur aparatur Negara harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik, tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dilarang menjadi Anggota danatau Pengurus Partai Politik. Dan dalam Penjelasan umum Undang-Undang
tersebut, Antara lain disebutkan bahwa Pegawai Negeri yang menjadi Anggota danatau Pengurus Partai Politik harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri
Sipil, baik dengan atau tidak hormat.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menegakkan Supremasi hukum dan wibawa Pegawai Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri, perlu diatur dalam Peraturan Pemerintah
mengenai Larangan Pegawai Negeri Sipil menjadi anggota Partai Politik. Peraturan Pemerintah ini pada umumnya untuk mengatur prosedur
pengunduran diri dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota danatau Pengurus Partai Politik.
Dalam Pasal 2 Ayat 2 Peraturan Pemerintah RI Nomor 37 Tahun 2004 menegaskan bahwa ‘Pegawai Negeri Sipil yang menjadi anggota danatau
pengurus partai politik diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil”. Pada ketentuan Pasal 3 ayat 1 “menegaskan bahwa sebelum seorang Pegawai Negeri
Sipil menjadi anggota danatau pengurus partai politik, yang bersangkutan terlebih dahulu harus mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil”.
Pada prinsipinya, Pegawai Negeri Sipil yang mengundurkan diri harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri. Dalam jangka waktu 20 hari setelah
diserahkannya pengunduran diri kepada atasan tidak ada pertimbangan dari Pegawai yang bersangkutan, maka dianggap dikabulkan. Pegawai Negeri Sipil
tersebut sudah dapat menjadi anggota danatau pengurus partai politik tanpa harus menunggu keputusan pemberhentiannya, dan proses administrasi
pemberhentian dengan hormat tetap haruslah dilakukan. Faktanya, tidak sedikit juga Pegawai Negeri Sipil mengikuti hal ini. Dalam
arti, Pegawai Negeri Sipil tersebut masuk ke dalam sebuah kepengurusan maupun tim sukses sebuah partai politik. Meskipun tanpa sadar Pegawai yang
bersangkutan itu sudah bersikap tidak netral dan melanggar aturan-aturan yang dilarang oleh peraturan Pegawai Negeri Sipil tersebut.
d. Penjelasan Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2004 Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS