Perkembangan Seksual Masa Remaja

ketujuh dunia dalam hal mengakses situs porno setelah Pakistan, India, Mesir, Turki, Aljazair, dan Maroko. Namun kondisi ini terus meningkat menjadi peringkat kelima pada tahun 2007 dan menjadi peringkat ketiga pada tahun 2009. Selain, belum mampu memilah aktivitas internet yang bermanfaat, remaja juga cenderung mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial mereka tanpa mempertimbangkan terlebih dulu efek positif atau negatif yang akan diterima saat melakukan aktivitas internet tertentu. Apalagi rasa ingin tahu terhadap masalah seksual pada masa remaja sangat kritis dan penting guna pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Menurut Robby Susatyo, para remaja mengenal seks pertama kali bukan dari sumber yang tepat. Sekitar 50 remaja ternyata mengenal seks dari kawannya, 35 tahu tentang seks dari film porno, dan hanya 15 remaja yang merasa nyaman berbicara masalah seks dengan ibunya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika selama ini perilaku online remaja selalu dijadikan sorotan utama untuk dikaji, baik oleh pihak pemerintah maupun lingkungan akademi. Terlihat dari adanya UU ITE Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik yang disahkan pemerintah sekitar bulan Maret 2008 yang salah satu pasalnya berisi mengenai larangan mendistribusikan danatau mentransmisikan danatau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik danatau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Bahkan di negara maju, seperti Amerika, negara yang menjadi acuan sejauh mana kemajuan perkembangan internet dunia, memiliki lembaga riset tertentu yang secara khusus menyelidiki dampak penggunaan internet pada remaja, keluarga, masyarakat, dunia kerja, sekolah, dan layanan kesehatan yang bernama Pew Internet and American Life Project, dimana objek studi yang kerapkali dijadikan survei mereka adalah remaja. Kegiatan mengakses situs sosial dilakukan pelajar tingkat SMA saat ini sedikit banyaknya menyita waktu mereka di samping memakan sejumlah biaya untuk mengkases tidak menjadi hirauan bagi sejumlah pelajar dan mereka merasa bahwa itu sudah menjadi kebutuhan penting bagi mereka. Saat ini peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh pengunaan media sosial terhadap perilaku seks remaja tingkat SMA. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKKBN menyatakan bahwa masalah remaja bukan hanya persoalan narkoba dan HIVAIDS. Persoalan seks bebas kini juga menjadi masalah utama remaja di Indonesia. Hal tersebut harus segera ditangani mengingat jumlah remaja terbilang besar, yakni mencapai 26,7 persen dari total penduduk Penelitian Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia SKRRI pada 2007 lalu menemukan perilaku seks bebas bukanlah sesuatu yang aneh dalam kehidupan remaja Indonesia. Kementerian Kesehatan Kemenkes 2009 pernah merilis perilaku seks bebas remaja dari penelitian di empat kota yakni Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya. Hasilnya menunjukkan sebanyak 35,9 remaja punya teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, sebanyak 6,9 responden telah melakukan hubungan seksual pranikah. Hurlock 1994 menyebutkan bahwa remaja lebih tertarik kepada materi seks yang berbau porno dibandingkan dengan materi seks yang dikemas dalam pendidikan. Hurlock 1994 juga mengatakan bahwa pada kelompok remaja