Analisis Bivariat 1. Hubungan Penggunaan Media Sosial Dengan Pengetahuan Pada

71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada 65 responden pada pelajar SMA Raksana Medan tahun 2014 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 6.1.1. Karakteristik responden yang dilihat meliputi umur, jenis kelamin dan pendidikan, yang berjumlah 61 siswa SMA Swasta Raksana 1 Kota Medan. Proporsi umur siswa tertinggi pada kelompok 15 tahun sebesar 59,0. Mayoritas berjenis kelamin perempuan sebesar 54,1 dan mayoritas pendidikan kelas XI dan XII sebesar 65,6. 6.1.2. Distribusi jenis media yang digunakan siswa didapatkan 1-2 yang menggunakan media sosial sebanyak orang 41 67,2 dan 2 media sebanyak 20 orang 32,8, alamat situs didapatkan sebanyak 16 orang 26,2 siswa tidak mengetahui situs porno dan sebanyak 45 orang 73,8 siswa mengetahui alamat situs porno, intensitas penggunaan didapatkan sebanyak 43 orang 70,5 siswa intensitas penggunaanya ≤ 1 jam dan sebanyak 18 orang 29,5 siswa intensitas penggunaanya 1 jam. 6.1.3. Tingkat pengetahuan siswa tentang seksual diri dengan kategori buruk sebanyak 33 orang 54,1 , sikap responden tentang seksual yang bersikap buruk sebanyak 49 orang 80,3, tindakan responden tentang seksual yaitu tindakan siswa baik sebanyak 41 orang 67.2. 6.1.4. Ada hubungan bermakna antara intensitas terhadap jenis media dengan sikap siswa di SMA Swasta Raksana 1 Medan dengan nilai p0,05 p=0,035. Semakin lama seseorang terpapar dengan intensitas yang cukup rapat atau lebih dari 1 jam maka berdampak pada tingkat pengetahuan mereka terhadap perilaku seksual yang buruk karena media yang mereka gunakan terpapar dengan konten pornografi. 6.1.5. Ada hubungan bermakna antara jenis media dengan tindakan siswa di SMA Swasta Raksana 1 Medan dengan nilai p0,05 p=0,039. Dimana responden yang menggunakan media social berbentuk content sharing lebih mudah terpengaruh dengan pesan-pesan iklan yang berisi konten dewasa. Di samping itu juga, mereka bisa secara langsung mengunduh gambar, video yang berisi konten dewasa tersebut. 6.1.6. Ada hubungan bermakna antara alamat situs dengan tindakan siswa di SMA Swasta Raksana 1 Medan dengan nilai p0,05 p=0,044. Kecenderungan mengakses alamat situs yang berisikan konten porno tersebut dan melakukan tindakan seksual seperti kissing, petting dan perilaku seks menyimpang lainya dikarenakan remaja secara psikologis belum mampu menyaring apa yang patut dan tidak patut untuk diaplikasikan kedalam perilaku itu sendiri. 6.1.7. Ada hubungan bermakna antara intensitas penggunaan media sosial dengan tindakan siswa di SMA Swasta Raksana 1 Medan dengan nilai p0,05 p=0,002. Semakin lama seseorang mengakses media sosial, maka berdampak pada tindakan mereka terhadap perilaku seksual yang menyimpang karena tingkat keingintahuan mereka tinggi untuk melakukan dan mencoba sesuatu yang baru mengarahkan mereka kepada fantasi seksual.

6.2. Saran

6.2.1. Kepada sekolah Yayasan Perguruan SMA Raksana 1 Medan agar memberikan penyuluhan dan promosi kepada siswa terutama siswa kelas XII tentang penggunaan media sosial di masyarakat. 6.2.2. Mendidik dan mengawasi siswa dalam penggunaan media sosial di lingkungan sekolah. 6.2.3. Membuat peraturan tambahan mengenai pemakaian telepon genggam, tablet, dan komputer di lingkungan sekolah. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Seperti yang dikemukakan mengenai perilaku dimana perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Notoatmodjo,2003. Manusia sebagai salah satu mahluk hidup mempunyai aktifitas yang dapat dibagikan menjadi dua kelompok yaitu aktivitas yang dapat dilihat oleh orang lain dan aktivitas yang tidak dapat dilihat oleh orang lain.

2.1. Konsep Perilaku

Pada dasarnya setiap perilaku berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tetapi tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan mengenai tujuan spesifik tersebut Winardi, 2004. Berikut merupakan definisi perilaku sebagai hasil dari konstruksi teori-teori dan riset, sebagai berikut: Perilaku merupakan sesuatu yang disebabkan karena sesuatu hal Perilaku ditunjukan ke arah sasaran tertentu Perilaku yang dapat diobservasi dapat diukur Perilaku yang tidak langsung dapat di observasi contoh berpikir, melaksanakan persepsi juga penting dalam rangka mencapai tujuan- tujuan Perilaku dimotivasi Menurut seorang ahli psikologi Skinner yang dikutip dari Notoatmodjo 2007 beliau mendapati bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap suatu stimulus rangsangan dari luar. Oleh sebab itu perilaku manusia terjadi melalui proses Stimulus, Organisme, dan Respons, sehingga teori Skinner disebut teori “S-O-R”. Teori Skinner juga menjelaskan adanya 2 jenis respons yaitu: a. Responden respon atau refleksif, yakni respons yang ditunjukkan oleh rangsangan-rangsangan stimulus tertentu yang disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respon yang relatif tetap misalnya makanan lezat akan menimbulkan nafsu untuk makan dan sebagainya. b. Operant respon atau instrumental respon yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain. Skinner dalam Notoatmodjo 2003 juga membedakan dengan dua bentuk hubungan antara perangsang stimulus dan respon yaitu: a. Perilaku tertutup covert behaviour Bentuk respons yang masih belum dapat dilihat oleh orang lain. Respons terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk unobservable behavior atau covert behavior yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap. b. Perilaku terbuka overt behaviour Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior. Yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.2. Domain Perilaku

Perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan dalam Notoatmodjo 2003 membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 tingkat ranah yakni : a. Kognitif cognitive b. Afektif affective c. Psikomotor psychomotor Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :

2.2.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2007. Menurut Notoatmodjo 2007, pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni: 1. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. 2. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. 4. Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis synthesis Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Notoatmodjo, 2007. Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo 2007, sikap itu merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum