22
warna biru kehitaman atau hijau kehitaman menunjukkan adanya Tannin Ditjen POM, 1995.
3.7.5 Pemeriksaan glikosida
Serbuk simplisia ditimbang 3 g, lalu disari dengan 30 ml campuran etanol 96-air 7:3 dan 10 ml asam klorida 2 N, direfluks selama 2 jam, dididinginkan
dan disaring. Diambil 20 ml filtrat, ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit, lalu disaring. Filtrat disari
dengan 20 ml campuran kloroform-isopropanol 3:2 sebanyak 3 kali. Pada kumpulan sari lapisan isopropanol diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50
o
3.7.6 Pemeriksaan steroidtriterpenoid
C. Sisanya dilarutkan dengan 2 ml methanol untuk larutan percobaan. 0,1 ml larutan
percobaan diuapkan diatas penangas air, pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes molish, kemudian ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat, terbentuk cincin
berwarna ungu pada batas cairan, menunjukkan adanya ikatan gula Ditjen POM, 1995.
Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 1 g, dimaserasi dengan 20 ml n- heksan selama 2 jam, disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan pada
sisanya ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard melalui dinding cawan.Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru ungu
atau biru hijau menunjukkan adanya triterpenoidsteroid Harborne, 1987.
3.8 Pembuatan Ekstrak Etanol Bunga Pepaya Jantan
Metode: Perkolasi
Universitas Sumatera Utara
23
Caranya: 350 gram serbuk simplisia direndam dengan etanol 96 selama 3 jam. Selanjutnya dipindahkan massa tersebut sedikit demi sedikit ke dalam
perkolator, ditambahkan etanol 96 secukupnya hingga simplisia terendam dan terdapat cairan penyari diatasnya, perkolator ditutup dengan alumunium foil dan
dibiarkan 24 jam. Kemudian kran perkolator dibuka dan dibiarkan cairan ekstrak menetes dengan kecepatan 20 tetes per menit dan ditambahkan etanol 96
berulang-ulang secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia. Perkolasi dihentikan jika perkolat yang terakhir diuapkan, tidak
meninggalkan sisa. Perkolat kemudian disuling dan diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50
o
3.9 Pembuatan Pereaksi
C menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental sebanyak x gram Ditjen POM, 1995.
3.9.1 Aquadest bebas CO
2
Didihkan aquadest kuat-kuat dalam beaker glass selama 5 menit atau lebih dan diamkan sampai dingin dan tidak boleh menyerap karbondioksida dari udara
Depkes RI, 1979. 3.9.2 Natrium hidroksida 1 N
Sebanyak 4,4 g natrium hidroksida, dilarutkan dengan aquadest bebas CO
2
3.9.3 Asam trikloroasetat TCA 20 hingga 1000 ml.
Sebanyak 20 gram asam trikloroasetat dalam aquadest hingga volume 100 ml.
Universitas Sumatera Utara
24
3.10 Pembuatan Diklofenak Baku 3.10.1 Pembuatan larutan induk baku I natrium diklofenak
Timbang seksama sejumlah 50 mg natrium diklofenak baku, dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan dengan NaOH 1 N hingga garis tanda.
Dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 500 mcgml.
3.10.2 Pembuatan larutan induk baku II natrium diklofenak
Pipet dari LIB I sebanyak 10 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, dicukupkan dengan NaOH 1 N hingga garis tanda. Dikocok sampai homogen
sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 100 mcgml.
3.10.3 Pengukuran panjang gelombang absorpsi maksimum di dalam larutan NaOH 0,1 N
Larutan natrium diklofenak dibuat dengan konsentrasi 13 mcgml dengan memipet 6,5 ml dari LIB II dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, lalu
ditambahkan larutan NaOH 1 N. Serapan larutan tersebut diukur pada panjang gelombang 200 - 400 nm dengan alat spektrofotometer ultra violet.
3.10.4 Pembuatan kurva baku natrium diklofenak pada panjang gelombang maksimum
Pembuatan kurva baku natrium diklofenak pada panjang gelomang maksimum dilakukan dengan cara:
Dipipet berturut - turut 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1,2 ml; 1,4 ml; 1,6 ml dan 1,8 ml larutan kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml dan diadkan hingga 10 ml
dengan larutan NaOH 1 N. Diperoleh larutan dengan konsentrasi 4; 6; 8; 12; 14; 16;
Universitas Sumatera Utara
25
dan 18 mcgml. Larutan diukur serapannya pada panjang gelombang yang sesuai dengan hasil pengukuran panjang gelombang maksimum.
3.11 Pembuatan Suspensi dan Larutan 3.11.1 Pembuatan suspensi CMC 1