Farmakokinetika Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pepaya Jantan (Carica papaya L) Terhadap Parameter Farmakokinetika Natrium Diklofenak Menggunakan Data Urin

10 melalui empedu, sementara metabolit terhidroksilasi dieksresi melalui urin Gerald, 2008.

2.3 Farmakokinetika

Farmakokinetika dapat didefenisikan sebagai setiap proses yang dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi Tan dan Rahardja, 2002. 2.3.1 Absorpsi Yang dimaksud dengan absorpsi suatu obat ialah pengambilan obat dari permukaan tubuh atau dari tempat-tempat tertentu dalam organ ke aliran darah atau ke dalam sistem pembuluh limfe. Absorbsi kebanyakan obat terjadi secara pasif melalui difusi. Pada pemberian obat peroral, obat harus mengalami disolusi atau pemecahan obat, setelah itu obat harus stabil di lingkungan lambung dan interstinum dan selanjutnya mengalami proses difusi di membran mukosa gastrointestinal menuju vena porta hepatika Mutscler, 1999.

2.3.2 Distribusi

Setelah obat diserap dari dalam usus menuju ke aliran darah, obat akan diikat oleh protein darah dan akan dilepaskan sedikit demi sedikit ke plasma dalam bentuk bebas menuju target kerja target sel Tan dan Rahardja, 2002. Setelah molekul zat aktif masuk ke dalam peredaran darah, maka selanjutnya zat aktif tersebut akan disebarkan ke seluruh bagian tubuh. Tahap penyebaran ini sangat peka terhadap berbagai pengaruh yang terkait dengan tahap penyerapan dan tahap yang terjadi sesudahnya yaitu peniadaan, serta terkait pula Universitas Sumatera Utara 11 dengan komposisi biokimia serta keadaan fisiopatologi subyeknya, disamping itu perlu diingat kemungkinan adanya interaksi dengan molekul lainnya Aiache,1993.

2.3.3 Metabolisme

Biotransformasi atau metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga mudah diekskresi melalui ginjal. Selain itu, pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja obat. Tetapi, ada obat yang metabolitnya sama aktif atau lebih aktif Mutscler, 1999. Tujuan metabolisme obat adalah untuk : a. menghasilkan energi dan pertahanan tubuh. b. peruraian menjadi bentuk yang lebih sederhana. c. membentuk molekul kompleks. d. konversi senyawa lebih polar, larut dalam air dan menjadi bentuk terionisasi sehingga mudah dieliminasi Ritschel, 1980. Faktor yang mempengaruhi metabolisme obat yaitu induksi enzim yang dapat meningkatkan kecepatan biotransformasi. Selain itu pada inhibisi enzim, biotransformasi obat diperlambat, menyebabkan bioavailabilitasnya meningkat, menimbulkan efek menjadi lebih besar dan lebih lama. Obat yang digunakan secara oral akan melalui hepar sebelum masuk ke dalam darah menuju daerah lain dari tubuh misalnya otak, jantung, paru-paru dan jaringan lainnya. Di dalam hepar Universitas Sumatera Utara 12 terdapat enzim khusus yaitu sitokrom P-450 yang akan mengubah obat menjadi bentuk metabolitnya Hinz, 2005. Tipe metabolisme dibedakan menjadi dua bagian yaitu Reaksi Fase I dan Reaksi Fase II. Reaksi Fase I terdiri dari oksidasi, reduksi, hidrolisa, alkali, dan dealkilasi. Metabolitnya bisa lebih aktif dari senyawa asalnya. Umumnya tidak dieliminasi dari tubuh kecuali dengan adanya metabolisme lebih lanjut. Reaksi Fase II berupa konjugasi yaitu reaksi penggabungan suatu obat dengan senyawa asing, setelah diaktivasi dengan senyawa tubuh sendiri. Metabolitnya umumnya lebih larut dalam air dan mudah diekskresikan Mutschler, 1999.

2.3.4 Ekskresi

Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh ginjal melalui air seni disebut ekskresi. Lazimnya tiap obat diekskresi berupa metabolitnya dan hanya sebagian kecil dalam keadaan asli yang utuh. Tapi ada pula beberapa cara lain yaitu melalui kulit bersama keringat, paru-paru melalui pernafasan dan melalui hati dengan empedu Tan dan Rahardja, 2002. Setiap manusia mempunyai 2 ginjal dan berfungsi untuk memindahkan semua zat yang bersifat toksik terhadap badan manusia dan aliran darah. Zat-zat ini diubah dan masuk ke dalam urin yang berarti dikeluarkan dari badan. Eliminasi obat melalui ginjal klierens ginjal merupakan kejadian yang kompleks, dan mengakibatkan terjadinya beberapa proses yaitu: a. filtrasi glomerulli Glumerolus merupakan jaringan kapiler dapat melewatkan semua zat yang lebih kecil dari albumin melalui cela antara sel endotelnya sehingga semua Universitas Sumatera Utara 13 obat yang tidak terikat protein plasma mengalami filtrasi disana. Obat yang terikat protein plasma tetap tinggal dalam aliran darah , hanya obat yang ada di air plasma yang tersaring. b. sekresi tubuli aktif Sebagian besar obat akan direabsorpsi kembali dan masuk ke dalam aliran darah. Tetapi bila obat yang berupa asam berada di dalam filtrat glomerulli yang alkalis, sebagian besar obat akan terionisasi dan sukar larut dalam lipid dan obat akan disekresikan lebih besar dibanding dengan yang direabsorpsi. Banyak obat diangkut melalui tubuli proksimal secara aktif ke dalam urin yang ada di tubuli dan disebut sekresi tubuli aktif. c. reabsorpsi pasif Reabsorpsi merupakan faktor yang paling penting dalam kontrol penanganan obat oleh ginjal. Reabsorpsi kebanyakan obat merupakan proses pasif. Akibat reabsorpsi air, obat mengumpul dalam filtrat glomerulli. Bila obat tidak direabsorpsi maupun diekskresi, kadar obat di dalam urin akan jauh lebih besar dibanding obat yang tidak terikat dalam plasma anief, 1993.

2.4 Parameter Farmakokinetika Ekskresi Urin Kumulatif Obat

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pepaya Jantan (Carica papaya L) Terhadap Parameter Farmakokinetika Natrium Diklofenak Menggunakan Data Darah

1 8 108

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pepaya Jantan (Carica papaya L) Terhadap Parameter Farmakokinetika Natrium Diklofenak Menggunakan Data Darah

0 1 14

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pepaya Jantan (Carica papaya L) Terhadap Parameter Farmakokinetika Natrium Diklofenak Menggunakan Data Darah

0 0 2

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pepaya Jantan (Carica papaya L) Terhadap Parameter Farmakokinetika Natrium Diklofenak Menggunakan Data Darah

0 0 5

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pepaya Jantan (Carica papaya L) Terhadap Parameter Farmakokinetika Natrium Diklofenak Menggunakan Data Urin

0 0 14

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pepaya Jantan (Carica papaya L) Terhadap Parameter Farmakokinetika Natrium Diklofenak Menggunakan Data Urin

0 1 2

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pepaya Jantan (Carica papaya L) Terhadap Parameter Farmakokinetika Natrium Diklofenak Menggunakan Data Urin

0 0 5

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pepaya Jantan (Carica papaya L) Terhadap Parameter Farmakokinetika Natrium Diklofenak Menggunakan Data Urin

0 1 10

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pepaya Jantan (Carica papaya L) Terhadap Parameter Farmakokinetika Natrium Diklofenak Menggunakan Data Urin

0 0 2

Pengaruh Pemberian Ekstrak Bunga Pepaya Jantan (Carica papaya L) Terhadap Parameter Farmakokinetika Natrium Diklofenak Menggunakan Data Urin

0 0 37