30
No Skrining
Hasil 1
2 3
4 5
6 Alkaloid
Flavanoid Glikosida
Saponin Tanin
Triterpenoidsteroid -
+ +
+ +
+
Keterangan: + = Positif - = Negatif
4.2 Analisis Parameter Farmakokinetik
Penentuan kadar natrium diklofenak dilakukan dengan menggunakan urin tikus. Hasil pengukuran kadar untuk perlakuan pemberian natrium diklofenak tanpa
EEBPJ dan perlakuan pemberian natrium diklofenak dengan EEBPJ dosis 20, 40, 80 mgkgbb selama 7 hari berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran 12, dan
jumlah natrium diklofenak dalam urin Ae
∞
dapat dilihat pada Lampiran 14 dan Tabel 4.3 hasil rata-ratanya.
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 4.3 Rata-rata ± SD, jumlah natrium diklofenak Ae yang masih dapat ditemukan dalam urin untuk kelompok perlakuan tanpa dan dengan
pemberian EEBPJ 20; 40; 80 mgkgbb selama 7 hari berturut-turut
t jam
Perlakuan mcg A
B C
D 6
3,0345 ±
1,4971 6,9511
± 3,7707
4,9060 ±
3,0079 10,0757
± 3,7017
12 8,9385
± 3,4360
12,2560 ±
3,1169 14,0440
± 10,9897
21,4364 ±
6,2533 18
13,2852 ±
4,2868 16,9079
± 3,3222
22,9871 ±
12,7198 30,5611
± 3,9895
24 18,6197
± 8,3941
20,1332 ±
3,7204 29,2373
± 14,5912
37,5041 ±
4,7462 30
24,7844 ±
9,9290 26,6229
± 4,0011
38,4221 ±
15,5230 43,1141
± 4,2114
Keterangan: A = Tanpa pemberian ekstrak bunga pepaya jantan
B = Dengan pemberian ekstrak bunga pepaya jantan 20 mgkgbb C = Dengan pemberian ekstrak bunga pepaya jantan 40 mgkgbb
D = Dengan pemberian ekstrak bunga pepaya jantan 80 mgkgbb
Untuk lebih memperjelas data dari Tabel 4.3 dapat digambarkan seperti yang tertera pada Gambar 4.2.
Universitas Sumatera Utara
32
Gambar 4.2 Rata-rata ± SD, jumlah natrium diklofenak Ae yang masih dapat ditemukan dalam urin untuk kelompok perlakuan tanpa
dan dengan pemberian EEBPJ 20; 40; 80 mgkgbb selama 7 hari berturut-turut
Keterangan : A = Tanpa pemberian ekstrak bunga pepaya jantan
B = Dengan pemberian ekstrak bunga pepaya jantan 20 mgkgbb C = Dengan pemberian ekstrak bunga pepaya jantan 40 mgkgbb
D = Dengan pemberian ekstrak bunga pepaya jantan 80 mgkgbb
Tabel 4.3 menunjukkan adanya peningkatan nilai Ae untuk kelompok perlakuan dengan pemberian EEBPJ 20; 40; 80 mgkgbb selama 7 hari berturut-
turut terhadap kelompok perlakuan tanpa pemberian EEBPJ. Dengan memasukkan data kadar natrium diklofenak seperti yang tertera pada Lampiran 14 ke dalam
Tabel 4.3, maka penentuan parameter farmakokinetika data ekskresi urin kumulatif tersebut dapat ditentukan, dan parameter tersebut disajikan dalam Tabel 4.4.
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
6 12
18 24
30 A
B C
D S
ekr es
i ur
in kum
ul atif
N a.
di kl
o fe
n ak m
cg
Waktu jam
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 4.4 Penentuan parameter farmakokinetika data ekskresi urin kumulatif
Parameter PERLAKUAN
Kesimpulan A
B C
D Ae
∞
24,7844 mcg
± 9,9290
26,6229 ±
4,0011 38,4230
± 15,5246
43,1141 ±
4,2114 p 0,05
K
el
jam
-1
0,0590 ±
0,0229 0,0604
± 0,0177
0,0614 ±
0,0202 0,0836
± 0,0258
p 0,05
K
u
jam
-1
2,99 x 10
- 3
1,85 x 10 ±
3,69 x 10
- 3
-3
1,20 x 10 ±
5,82 x 10
-3 -
3
3,49 x 10 ±
7,68 x 10
- 3
- 3
1,70 x 10 ±
p 0,05
- 3
K
m
jam
-1
0,0560 ±
0,0219 0,0566
± 0,0167
0,0556 ±
0,0170 0,0758
± 0,0244
p 0,05
F
el
5,24 ±
2,24 6,38
± 1,17
8,76 ±
3,28 9,54
± 1,95
p 0,05
t
12
13,44 jam
± 5,64
12,13 ±
2,90 12,67
± 5,57
8,98 ±
2,85 p 0,05
Keterangan : A = Tanpa pemberian ekstrak bunga pepaya jantan
B = Dengan pemberian ekstrak bunga pepaya jantan 20 mgkgbb C = Dengan pemberian ekstrak bunga pepaya jantan 40 mgkgbb
D = Dengan pemberian ekstrak bunga pepaya jantan 80 mgkgbb = Kesimpulan hasil uji statistika, beda antara empat rata-rata
p 0,05 artinya bermakna p 0,05 artinya tidak bermakna
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat peningkatan nilai Ae
∞
pada perlakuan tanpa pemberian EEBPJ, yaitu 24,7844 ± 9,9290 mcg dan dengan pemberian EEBPJ 20;
40; 80 mgkgbb selama 7 hari berturut-turut, yaitu 26,6229 ± 4,0011 mcg; 38,4230 ± 15,5246 mcg dan 43,1141 ± 4,2114 mcg p 0,05. Dengan meningkatnya Nilai
Ae
∞
menunjukkan bahwa natrium diklofenak banyak diekskresikan ke dalam urin
Universitas Sumatera Utara
34
dan masih dapat ditemukan kembali sampai 43,1141 ± 4,2114 mcg. Peningkatan nilai Ae
∞
Gambar 4.3 Peningkatan nilai Ae
ini menunjukkan kapasitas ekskresi melalui ginjal yang lebih besar setelah perlakuan dengan pemberian EEBPJ 20; 40; 80 mgkgbb selama 7 hari
berturut-turut.
∞
Peningkatan nilai laju ekskresi natrium diklofenak K
mcg terhadap rata-rata tiap perlakuan
u
cukup bermakna p 0,05, yang ditunjukkan dengan nilai untuk perlakuan tanpa pemberian EEBPJ
yaitu 2,99 x 10
-3
± 1,85 x 10
-3
jam
-1
, yang meningkat menjadi 3,69 x 10
-3
± 1,20 x 10
-3
jam
-1
; 5,82 x 10
-3
± 3,49 x 10
-3
jam
-1
dan 7,68 x 10
-3
± 1,70 x 10
-3
jam
-1
untuk perlakuan dengan pemberian EEBPJ 20; 40; 80 mgkgbb selama 7 hari berturut-
turut. Peningkatan nilai K
u
menunjukkan bahwa proses ekskresi natrium diklofenak berlangsung dengan relatif cepat dengan peningkatan dosis.
10 20
30 40
50
Ae ∞
m cg
tanpa pemberian EEBPJ dengan pemberian EEBPJ
20 mgkgbb dengan pemberian EEBPJ
40 mgkgbb dengan pemberian EEBPJ
80 mgkgbb
Perlakuan
Universitas Sumatera Utara
35
Gambar 4.4 Peningkatan nilai K
u
jam
-1
Nilai fraksi natrium diklofenak yang dieliminasi F
terhadap rata-rata tiap perlakuan
el
menunjukkan peningkatan yaitu untuk perlakuan tanpa pemberian EEBPJ yaitu 5,24 ± 2,24
sedangkan untuk perlakuan dengan pemberian EEBPJ 20; 40; 80 mgkgbb selama 7 hari berturut-turut yaitu 6,38 ± 1,17; 8,76 ± 3,28 dan 9,54 ± 1,95.
Peningkatan nilai F
el
Gambar 4.5 Peningkatan nilai F
ini cukup bermakna p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah obat yang tereliminasi dari dalam tubuh meningkat dari jumlah obat yang
ada pada dosis sebelumnya.
el
Peningkatan nilai laju eliminasi natrium diklofenak K
terhadap rata-rata tiap perlakuan
el
, Untuk perlakuan tanpa pemberian EEBPJ yaitu 0,0590 ± 0,0229 jam
-1
dan untuk perlakuan dengan pemberian EEBPJ 20; 40; 80 mgkgbb selama 7 hari berturut-turut yaitu nilai
0,001 0,002
0,003 0,004
0,005 0,006
0,007 0,008
0,009
K
u
j a
m
-1
tanpa pemberian EEBPJ dengan pemberian EEBPJ 20
mgkgbb dengan pemberian EEBPJ 40
mgkgbb dengan pemberian EEBPJ 80
mgkgbb
Perlakuan
2 4
6 8
10 12
F
el
tanpa pemberian EEBPJ dengan pemberian EEBPJ
20 mgkgbb dengan pemberian EEBPJ
40 mgkgbb dengan pemberian EEBPJ
80 mgkgbb
Perlakuan
Universitas Sumatera Utara
36
0,0604 ± 0,0177 jam
-1
; 0,0614 ± 0,0202 jam
-1
dan 0,0836 ± 0,0258 jam
-1
p 0,05. . Peningkatan nilai K
el
menunjukkan bahwa kecepatan eliminasi natrium diklofenak meningkat sesuai dengan peningkatan dosis. Dengan kata lain EEBPJ
memperpendek masa kerja natrium diklofenak sehingga proses peniadaannya dalam tubuh juga berlangsung cepat.
Gambar 4.6 Peningkatan nilai K
el
jam
-1
Nilai K
terhadap rata-rata tiap perlakuan
el
di atas menunjukkan nilai yang tidak bermakna. Begitu pula dengan laju metabolisme natrium diklofenak K
m
yaitu untuk perlakuan tanpa pemberian EEBPJ 0,0560 ± 0,0219 jam
-1
dan untuk perlakuan dengan pemberian EEBPJ 20; 40; 80 mgkgbb selama 7 hari berturut-turut yaitu 0,0566 ± 0,0167 jam
- 1
; 0,0556 ± 0,0170 jam
-1
dan 0,0758 ± 0,0244 jam
-1
. Adanya penurunan nilai K
m
pada dosis 20 mgkgbb 0,0566 ± 0,0167 jam
-1
menuju dosis 40 mgkgbb 0,0556 ± 0,0170 menunjukkan proses penghambatan enzim pemetabolisme. Kemudian dari
dosis 40 mgkgbb menuju dosis 80 mgkgbb 0,0758 ± 0,0244 jam
-1
mengalami peningkatan lagi menunjukkan adanya saturasikejenuhan enzim pada sistem
metabolisme di hati. Kejenuhan enzim pemetabolisme dalam menghambat proses metabolisme di hati terjadi karena tingginya dosis Shargel, 2004. Akibatnya,
0,02 0,04
0,06 0,08
0,1
K
el
ja m
-1
tanpa pemberian EEBPJ dengan pemberian EEBPJ
20 mgkgbb dengan pemberian EEBPJ
40 mgkgbb dengan pemberian EEBPJ
80 mgkgbb
Perlakuan
Universitas Sumatera Utara
37
proses penghambatan enzim pemetabolisme akan berhenti bahkan memacu metabolisme yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai K
m
yaitu 0,0758 ± 0,0244 jam
-1
Gambar 4.7 Peningkatan nilai K
m
jam
-1
terhadap rata-rata tiap perlakuan
Waktu paruh eliminasi t
12eliminasi
Natrium diklofenak dalam urin p 0,05, dimana untuk perlakuan tanpa pemberian EEBPJ yaitu 13,44 ± 5,64 jam dan
untuk perlakuan dengan pemberian EEBPJ 20; 40; 80 mgkgbb selama 7 hari berturut-turut yaitu 12,13 ± 2,90 jam; 12,67 ± 5,57 jam dan 8,98 ± 2,85 jam.
Penurunan nilai t
12eliminasi
pada dosis kontrol 13,44 ± 5,64 jam menuju dosis 20 mgkgbb 12,13 ± 2,90 jam menunjukkan proses pemacuan enzim pemetabolisme.
Kemudian dari dosis 20 mgkgbb menuju dosis 40 mgkgbb 12,67 ± 5,57 jam menunjukkan proses penghambatan enzim pemetabolisme. Penghambatan
metabolisme suatu obat, sebagai akibat dari kompetisi antara dua obat yang berbeda untuk metabolisme oleh CYP dapat mengakibatkan peningkatan tak terduga dalam
konsentrasi plasma dari salah satu atau kedua obat yang dapat menghasilkan berbagai efek samping Hollenberg, 2002.
0,01 0,02
0,03 0,04
0,05 0,06
0,07 0,08
K
m
j a
m
-1
tanpa pemberian EEBPJ dengan pemberian EEBPJ
20 mgkgbb dengan pemberian EEBPJ
40 mgkgbb dengan pemberian EEBPJ
80 mgkgbb
Perlakuan
Universitas Sumatera Utara
38
Gambar 4.8
Penurunan nilai t
12 eliminasi
Berdasarkan penelitian sebelumnya Fani Henovia dan wahyudin Sitorus, 2012, menyebutkan bahwa adanya kandungan senyawa flavanoid pada EEBPJ
terbukti sebagai antioksidan dan antimutagenik dengan kemampuannya sebagai inhibitor penghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas reaktif yang menjadi
salah satu pencetus penyakit degeneratif serta mencegah terjadinya mutasi sel. Sedangkan pada penelitian ini adanya kandungan flavanoid pada EEBPJ berperan
sebagai antiinflamasi dengan kemampuannya dalam menghambat pelepasan asam arakhidonat dan sekresi enzim lisosom dari membrane dengan jalan memblok jalur
siklooksigenase dan jalur lipoksigenase sehingga menurunkan kadar prostaglandin dan leukotriena mediator inflamasi.
jam terhadap rata-rata tiap perlakuan
Flavonoid berperan dalam penghambatan enzym CYP 450 dimana enzym CYP 450 adalah salah satu enzym pemetabolisme utama yang mempengaruhi
penghambatan obat Jiawang Liu, et al, 2013, enzym CYP 450 tersebut telah teroksidasi dengan adanya flavonoid yang terkandung dalam ekstrak bunga pepaya
jantan sehingga membuat laju metabolisme menjadi menurun. penelitian klinis telah menunjukkan bahwa flavonoid terbukti dapat menghambat metabolism obat
5 10
15
t
1 2
j a
m
tanpa pemberian EEBPJ dengan pemberian EEBPJ
20 mgkgbb dengan pemberian EEBPJ
40 mgkgbb dengan pemberian EEBPJ
80 mgkgbb
Perlakuan
Universitas Sumatera Utara
39
lain Dayong si, et al, 2008 .
Senyawa P450 memberikan kontribusi paling luas untuk biotransformasi menjadi metabolit yang lebih polar dan mudah untuk
diekskresikan Jiawang Liu, et al, 2013. Secara teoritis hasil dari penelitian parameter farmakokinetika dengan
menggunakan data urin harus sesuai dengan data darah, karena pada akhirnya obat yang berada di dalam darah akan terdistribusi ke dalam ginjal dan obat serta
metabolitnya dikeluarkan melalui organ ini di dalam urin. Oleh sebab itu, data urin merupakan representasi data farmakokinetik obat di dalam darah Hakim, 2002.
Namun pada penelitian ini peningkatan signifikan dari nilai parameter Ae
∞ ,
K
u
dan F
el
dan penigkatan tidak signifikan dari nilai K
el
dan K
m
serta penurunan tidak signifikan dari nilai t
12
peningkatan nilai parameter Ae menggambarkan adanya proses induksi enzim
pemetabolisme. Hal ini berlawanan dengan hasil penelitian Gustiani Syafitri yang menggunakan data darah yang menggambarkan proses inhibisi enzim
pemetabolisme walaupun peningkatan ataupun penurunan tiap parameternya menunjukkan hasil yang tidak signifikan.
∞
, K
el,
K
u,
F
el,
K
m
penurunan nilai parameter t
12
kemungkinan disebabkan beberapa faktor, antara lain: kesalahan pada alatinstrumen yang digunakan. Penetapan kadar yang kurang akurat dengan
penggunaan alat spektrofotometri UV. Bentuk tidak berubah dari natrium diklofenak serta metabolitnya 4-hidroksi diklofenak yang telah terkonjugasi oleh
asam glukuronat menjadi senyawa yang lebih polar merupakan dua senyawa yang memiliki gugus kromofor yang sama. Hal inilah yang menyebabkan kadar Natrium
diklofenak dalam urin yang terbaca pada alat spektrofotometri menjadi sangat besar
Universitas Sumatera Utara
40
karena bukan hanya bentuk tidak berubah dari diklofenak yang terukur tetapi juga obat yang telah berubah menjadi bentuk metabolit.
Kesalahan pada hasil percobaan ini bisa juga dikarenakan mekanisme pemberian obat yang kurang benar. Cara pemberian obat yang kurang benar dapat
mengakibatkan obat terakumulasi dalam jaringan yang salah sehingga absorbsi dan distribusi obat menjadi berbeda dari yang seharusnya juga bisa mengakibatkan
dosis obat yang masuk tidak sesuai dengan yang diharapkan atau bahkan obat tidak masuk ke sirkulasi sistemik Aiache, 1993.
Faktor-faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi hasil percobaan misalnya faktor internal yang meliputi variasi biologik usia, jenis kelamin, ras dan sifat
genetik, status kesehatan dan nutrisi, bobot tubuh, luas permukaan tubuh dan faktor eksternal yang meliputi suplai oksigen, pemeliharaan lingkungan fisiologik seperti
keadaan kandang, pengalaman hewan dalam penerimaan obat keadaan ruangan tempat hidup seperti suhu, kelembaban, ventilasi, cahaya, kebisingan serta
penempatan hewan Sulaksono, 1992. Berdasarkan penjelasan diatas maka perlu dilakukan klarifikasi pada
penelitian selanjutnya dengan menggunakan metode serta alatinstrumen dengan selektivitas dan sensitivitas yang lebih tinggi dalam menganalisis sampel yang
digunakan sehingga hasil yang diperoleh pada penelitian lebih akurat sehingga dapat memberikan informasi yang tepat apakah EEBPJ bersifat induktor atau
inhibitor terhadap natrium diklofenak.
Universitas Sumatera Utara
41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan