45
L
ampiran 2. Bunga, simplisia bunga pepaya jantan dan Serbuk simplisia bunga pepaya jantan
a. Bunga Pepaya Jantan
b. Simplisia bunga pepaya jantan
c. Serbuk simplisia bunga pepaya jantan
d. Ekstrak bunga pepaya jantan
Universitas Sumatera Utara
46
Lampiran 3
. Perhitungan Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia 1.
Penetapan Kadar Air Serbuk Simplisia Bunga Pepaya Jantan
Persen kadar air = Volume air ml Berat sampel g
x 100
a. Berat sampel I = 5,004 g Volume air = 0,3 ml
Persen kadar air I = 0,3 5,004
x 100 = 5,99 b. Berat sampel II = 5,002 g
Volume air = 0,3 ml Persen kadar air = 0,3
5,002 x 100 = 5,98
c. Berat sampel III = 5,002 g
Volume air = 0,4 ml Persen kadar air III = 0,4
5,002 x 100 = 7,99
Persen rata-rata kadar air serbuk simplisia =
3 5,99 + 5,98 + 7,99
= 6,65
2. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Sari Larut dalam Air
Berat Cawan Berat Cawan + Sari
Berat Sampel K1 = 26,572
26,745 5,004
K2 = 46,560 46,758
5,003 K3 = 45,120
45,325 5,007
Persen kadar sari larut air = berat sari g x 100
berat sampelg 20 x 100
Universitas Sumatera Utara
47
1. Persen kadar sari larut dalam air I = 26,745 – 26,572 x 100
5,004 20 x 100
= 17,2 2. Persen kadar sari larut dalam air II = 46,758 – 46,560 x 100
5,003 20 x 100
=19,7 3.
Persen kadar sari larut dalam air III = 45,325 – 45,120 x 100 5,007 20
x 100
= 20,4 Persen rata-rata kadar sari larut air = 1
3 7,2 + 19,7 + 20,4
= 19,1
4. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Sari Larut dalam Etanol
Berat cawan Berat cawan + sari
Berat sampel K1 = 47,820
47,735 5,010
K2 = 43,254 43,315
5,009 K3 = 45,137
45,211 5,007
Persen kadar sari larut etanol = berat sari g x 100 berat sampelg 20
x 100
1. Persen kadar sari larut dalam etanol = 47,820 – 47,735 x 100
5,010 20 x 100
= 8,4 2.
Persen kadar sari larut dalam etanol = 43,315 - 43,254 x 100 5,009 20
x 100
= 6,1 3.
Persen kadar sari larut dalam etanol = 43,211 – 43,137 x 100 5,007 20
x 100 = 7,3
Universitas Sumatera Utara
48
Persen rata-rata kadar sari larut etanol = 3
8,4 + 6,1 + 7,3
= 7,26 5.
Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Abu Total
I. a. berat kurs porselin setelah dipijar 1 = 26,311 g b. berat kurs porselin setelah dipijar 2 = 24,605 g
c. berat kurs porselin setelah dipijar 3 = 27,415 g II. a. berat sampel 1 = 2,005 g
b. berat sampel 2 = 2,003 g c. berat sampel 3 = 2,003 g
III. a. berat kurs porselin + sampel 1 setelah dipijar 1 = 26,458 b. berat kurs porselin + sampel 2 setelah dipijar 2 = 24,783
c. berat kurs porselin + sampel 3 setelah dipijar 3 = 27,552 Persen kadar abu total = berat abu g
berat sampelg x 100
- Berat Simplisia = 2,005 g Berat Abu = 0,147 g
Persen kadar abu total I = 0,147
2,005 x 100
= 7,33 - Berat Simplisia
= 2,003 g Berat Abu
= 0,178 g Persen kadar abu total II = 0,178
2,003 x 100
= 8,88
Universitas Sumatera Utara
49
- Berat Simplisia = 2,003 g
Berat sampel = 0,137 g
Persen kadar abu total III = 0,137 2,003
x 100
= 6,83 Persen rata-rata kadar abu total
= 3
7,33 +8,88 + 6,83
= 7,68 5. Perhitungan Hasil Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam
1. a. berat kurs porselin setelah dipijar 1 = 27,519 g b. berat kurs porselin setelah dipijar 2 = 24,509 g
c. berat kurs porselin setelah dipijar 3 = 27,515 g 2. a. berat sampel 1 = 2,003 g
b. berat sampel 2 = 2,003 g c. berat sampel 3 = 2,001 g
3. a. berat kurs porselen + sampel setelah dipijar 1 = 27,545 g b. berat kurs porselin + sampel setelah dipijar 2= 24,538 g
c. berat kurs porselin + sampel setelah dipijar 3 = 27,543 g
Persen kadar abu tidak larut asam = berat abu tidak larut asam g berat simplisia g
x 100
- Berat abu I = 0,026 g
Berat sampel = 2,003 g
Universitas Sumatera Utara
50
Persen kadar abu tidak larut asam I = 0,026
2,003 x 100
= 1.29 - Berat abu II
= 0,029 g Berat sampel
= 2,003 g Persen kadar abu tidak larut asam II
= 0,029 2,003
x 100
= 1,44 - Berat abu III
= 0,028 g Berat sampel
= 2,001 g Persen kadar abu tidak larut asam III
= 0,028 2,001
x 100
= 1,39 Persen rata-rata kadar abu tidak larut asam =
3 1,29 + 1,44 + 1,39
= 1,3
Universitas Sumatera Utara
51
Lampiran 4 . Tabel Konversi Dosis Hewan dengan Manusia
Konversi dosis antara jenis hewan dengan manusia Laurence and Bacharach, 1964.
Mencit 20 g
Tikus 200 g
Marmut 400 g
Kelinci 1,2 kg
Kera 4 kg
Anjing 12 kg
Manusia 70 kg
Mencit 20g
1,0 7,0
12,25 27,8
64,1 124,2
387,9 Tikus
200g 0,14
1,0 1,74
3,9 9,2
17,8 56,0
Marmut 400 g
0,08 0,57
1,0 2,25
5,2 10,2
31,5 Kelinci
1,2 kg 0,04
0,25 0,44
1,0 2,4
4,5 14,2
Kera 4 kg
0,016 0,11
0,19 0,42
1,0 1,9
6,1 Anjing
12 kg 0,008
0,06 0,10
0,22 0,52
1,0 3,1
Manusia 70 kg
0,0026 0,018 0,031
0,07 0,16
0,32 1,0
Universitas Sumatera Utara
52
Lampiran 5. Contoh Perhitungan Dosis 5.1 Dosis natrium diklofenak tanpa perlakuan EEBPJ
Pembuatan suspensi natrium diklofenak: Ambil 50 mg serbuk Natrium diklofenak dilarutkan dalam 100 ml suspensi CMC
1 Dosis lazim : 25 mg
Berat hewan : 189,6 g Konversi pada hewan tikus 200 g = 0,018
Dosis konversi : 25 x 0,018 = 0,45 mg
Dosis dari perkiraan berat per kg BB :
1000 200
x 0,45 = 2,25
Dosis :
189,6 1000
x 2,25 = 0,4 mg
Volume dosis yang diberikan :
0,4 0,5
x 1 ml = 0,8 ml
5.2 Dosis ekstrak etanol bunga pepaya jantan EEBPJ
Dosis suspensi ekstrak etanol bunga pepaya jantan yang akan dibuat adalah 20; 40; 80 mgkgbb.
Cara pembuatan suspensi EEBPJ: Timbang 250 mg EEBPJ, ditambahkan sedikit suspensi CMC 1
kemudian dihomogenkan. Dituang ke dalam labu tentukur 25 ml, ditambah CMC 1 sampai batas tanda.
Misal berat hewan = 186,1 mg
Universitas Sumatera Utara
53
Dosis untuk EEBPJ 20 mgkgbb :
186,1 1000
x 20 = 3,7 mg = 4 mg
Volume dosis yang diberikan :
4 10
x 1 ml = 0,4 ml
Dosis untuk EEBPJ 40 mgkgbb :
186,1 1000
x 40 = 7,4 mg = 7 mg
Volume dosis yang diberikan :
7 10
x 1 ml = 0,7 ml
Dosis untuk EEBPJ 80 mgkgbb :
186,1 1000
x 80 = 14,8 mg = 15 mg
Volume dosis yang diberikan :
15 10
x 1 ml = 1,5 ml
Universitas Sumatera Utara
54
Lampiran 6. Bagan Alur Penelitian
Dipisahkan dari tangkainya Dicuci, ditiskan dan ditimbang
Dikeringkan dalam lemari pengering
Ditimbang Dihaluskan dengan blender
Dikarakterisasi Diskrining
Diperkolasi dengan Fitokimia
etanol 96
Diuji profil farmakokinetiknya
Bunga pepaya jantan
Simplisia
Serbuk Simplisia
1.
Pemeriksaan makroskopik 2. Pemeriksaan mikroskopik
3. Penetapan kadar air 4. Penetapan kadar abu total
5. Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
6. Penetapan kadar sari larut dalam air
7. Penetapan kadar sari larut dalam etanol
Hasil
Ekstrak etanol bunga pepaya jantan
Hasil
Universitas Sumatera Utara
55
Lampiran 7. Bagan Perlakuan Pada Hewan Percobaan dengan Pemberian Natrium Diklofenak Tanpa EEBPJ
Dipuasakan minimal 8 jam sebelum percobaan Ditimbang
Diberikan natrium diklofenak dengan dosis yang telah dikonversikan terhadap dosis lazim
25 mg secara oral Diambil urinnya dengan interval waktu 6; 12;
18; 24; 30 jam setelah pemberian natrium diklofenak
Ditambahkan TCA 20 sebanyak 1 ml Dihomogenkan dengan vortex
Disentrifuge pada 2000 rpm selama 5 menit
Diambil supernatan dan diukur dengan alat spektrofotometri pada panjang gelom
bang 276 nm Tikus
Cuplikan urin
Hasil
Universitas Sumatera Utara
56
Lampiran 8. Bagan Perlakuan Pada Hewan Percobaan dengan Pemberian Natrium Diklofenak Dengan EEBPJ
Ditimbang Diberikan EEBPJ dosis 20; 40; 80 mgkg
bb selama 7 hari berturut-turut Pada hari ke tujuh, 4 jam setelah pemberian
EEBPJ diberikan natrium diklofenak dengan dosis yang telah dikonversikan terhadap dosis
lazim 25 mg secara oral Diambil urinnya dengan interval waktu 6; 12;
18; 24; 30 jam setelah pemberian natrium diklofenak
Ditambahkan TCA 20 sebanyak 1 ml Dihomogenkan dengan vortex
Disentrifuge pada 2000 rpm selama 5 menit
Diambil supernatan dan diukur dengan alat spektrofotometri pada panjang gelom
bang 276 nm Tikus
Cuplikan urin
Hasil
Universitas Sumatera Utara
57
Lampiran 9. Hewan percobaan dan alat-alat yang digunakan a.
Hewan percobaan b. Alat Sentrifuge
c. Rotary Evaporator