68
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus DM 5.1.1 Umur Penderita DM
Berdasarkan hasil penelitian dari 30 responden diketahui bahwa karakteristik penderita DM responden bervariasi mulai dari umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan. Dari hasil penelitian pada tabel 4.2 diketahui bahwa terdapat 17 orang 56,7 berumur 50-65 tahun. Menurut Azhari 2011,
menyatakan bahwa umur merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi seseorang dalam pemakaian jasa pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian Febby M 2013, dari 90 responden berdasarkan umur terdapat 32 orang 35,6 yang terbanyak yaitu berusia 55-59 tahun. Penelitian
Febby dengan peneliti lakukan menunjukkan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan yang dirasakan seseorang. Dan dimana
pada usia tersebut 55-59 tahun rentan terhadap penyakit, sehingga mereka membutuhkan jasa pelayanan kesehatan. Notoatmodjo 2012, menyatakan bahwa
umur merupakan cirri-ciri individu yang termasuk dalam karakteristik yang dapat mempengaruhi pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan.
5.1.2 Jenis Kelamin Penderita DM
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.2 diketahui bahwa jenis kelamin responden yang terbanyak adalah perempuan yaitu
sebanyak 17 orang 56,7. Hasil penelitian Febby M 2013, berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak
69 orang 76,7 dan hasil penelitian Parmelia 2005, berdasarkan hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 47 orang 72,30. Menurut Erliawati 2009, menyatakan bahwa jenis kelamin
bukan merupakan factor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Menurut Foster dan Anderson 2006 perempuan lebih sering
mengobatkan dirinya dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini bisa disebabkan oleh karena perbedaan fungsi dan peran keluarga. Sedangkan menurut penelitian
Batubara 2008 bahwa perempuan lebih peduli terhadap kondisi kesehatan keluarganya dan lebih cepat serta tanggap terhadap hal-hal yang dibandingkan
dengan laki-laki yang cenderung bersikap kritis terhadap sesuatu.
5.1.3 Pendidikan Penderita DM
Dilihat dari hasil penelitian yang telah disajikan dalam tabel 4.2. diketahui bahwa pendidikan responden sebagian besar adalah Tamat SLTP yaitu sebanyak
12 orang 40,0. Hasil penelitian Febby M 2013, berdasarkan pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA yaitu sebanyak 30 orang 33,3.
Hasil penelitian Febby dengan peneliti tidak sesuai, karena di tempat peneliti sewaktu melakukan penelitian banyak yang pendidikannya tinggi lebih memiliki
jasa pelayanan kesehatan di luar Puskesmas Praktek Dokter dan Klinik. Karena pelayanan yang diberikan petugas kesehatan yang ada di Puskesmas tidak
memuaskan. Menurut Lapau 2007, menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Selain itu Thota 2008 juga menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor internal yang
mempengaruhi persepsi seseorang. Menurut Notoatmodjo 2007 bahwa manusia
Universitas Sumatera Utara
yang memiliki sumber daya manusia yang lebih baik, dalam arti tingkat pendidikan yang lebih tinggi maka akan semakin memiliki wawasan yang
semakin baik pula. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah diberikan
pengertian mengenai suatu informasi. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah atau tidak seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya Fauzi A, 2011.
Menurut peneliti pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang, sehingga dapat membuat seseorang untuk
lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi baru. Oleh karena itu, tingkat pendidikan penderita DM akan berpengaruh pada kemudahan seseorang untuk
menyerap informasi dan mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam pemanfaatan posbindu lansia yang baik.
5.1.4 Pekerjaan Penderita DM