Sikap Penderita DM Tentang Kegiatan Posbindu Lansia Kategori Tingkat Sikap

tekanan dari kelompok sosialnya yang sering menyatakan bahwa posbindu bukan hanya untuk memantau kesehatan. 5.4.2 Sikap Penderita DM Terhadap Petugas Kesehatan Dalam Memberi Penjelasan Mengenai Kondisi Kesehatan Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 4.11 diketahui bahwa terdapat 12 orang 40,0 menyatakan bahwa penyakit DM tidak salah satu penyakit keturunan, dan 11 orang 36,7 menyatakan bahwa tidak perlu petugas kesehatan memberikan penyuluhan mengenai kesehatan setiap dilakukan posbindu lansia. Dalam hal ini sikap penderita DM sudah cukup baik. Bahwa faktor terjadi penyakit DM adalah pola makan dan kurangnya aktivitas fisik. Tujuan utama dari posbindu lansia adalah penderita DM bisa mandiri atau dapat mengatur dietnya sendiri untuk mengontrol kadar gula darah. Upaya kesehatan ini diselenggarakan dengan menitik beratkan kepada pelayanan kesehatan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal Profil Puskesmas P.B. Selayang II, 2015.

5.4.3 Sikap Penderita DM Tentang Kegiatan Posbindu Lansia

Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 4.12 diketahui bahwa terdapat 6 orang 20,0 menyatakan bahwa perlu dilakukan pendekatan kekeluargaan dan pendidikan kepada penderita DM, 8 orang 26,7 menyatakan bahwa pola makan seimbang dan olah raga bukan cara mencegah penyakit DM. Menurut Notoatmodjo 2012 menyatakan bahwa karakteristik keluarga dan struktur sosial sebuah keluarga mempengaruhi perilaku seseorang dalam menggunakan jenis pelayanan kesehatan. Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini peran keluarga sangat dibutuhkan oleh penderita DM yaitu; mengingatkan lansia untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan fisiknya, menyediakan waktu untuk berbincang dengan lansia, memberikan kesempatan pada lansia untuk mengekspresikan perasaannya serta menghargai pendapat yang diberikan lansia. Untuk menjaga kesehatan fisik maupun kejiwaan, lansia diharapkan tetap melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan bakathobi Depkes, 2010.

5.4.4 Kategori Tingkat Sikap

Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 4.13 diketahui bahwa terdapat 5 orang 16,7 yang sikapnya kurang dalam pemanfaatan posbindu lansia, 9 orang 30,0 sikapnya baik dalam pemanfaatan posbindu lansia, dan 16 orang 53,3 sikapnya sedang dalam pemanfaatan posbindu lansia. Sikap dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu pengetahuan, pemberian respon, dan persepsi, maka dari it pengetahuan saja tidak cukup tetapi diperlukan sikap lanjut lansia yang mendukung kegiatan setiap posbindu lansia. Hal ini menunjukkan bahwa sikap penderita DM berada pada tingkat menerima dan merespon. Menerima diartikan bahwa penderita DM mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan, dan merespon artinya memberikan jawaban apabila ditanya dan menerima ide yang telah diberikan Notoatmodjo, 2010. Sementara memiliki sikap yang kurang tentang manfaat dari pemanfaatan pelayanan posbindu lansia. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang rendah dan keterbatasan informasi mengenai betapa penting Universitas Sumatera Utara dan bermanfaatnya pelayanan posbindu lansia untuk memelihara dan meningkatkan status kesehatan lansia. 5.5 Tindakan Pemanfaatan Posbindu Lansia 5.5.1 Tindakan Penderita DM Dalam Pemanfaatan Posbindu Lansia Berdasarkan hasil penelitian dari tabel 4.14 diketahui bahwa terdapat 4 orang 13,3 menyatakan bahwa tidak lengkapnya fasilitas kesehatan di posbindu lansia bukan alasan untuk tidak ke posbindu lansia, 9 orang 30,0 menyatakan bahwa waktu terlalu pagi jam 07 00 -09 00 wib adalah alasan untuk tidak datang ke posbindu lansia. Fasilitas kesehatan mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkat pemanfaatan posbindu lansia. Kepercayaan terhadap fasilitas kesehatan merupakan salah satu fungsi yang mempengaruhi seseorang dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan Azhari, 2011. Untuk persepsi tentang fasilitas di posbindu lansia, menurut teori Green dalam Notoatmodjo 2010 dimana faktor ketersediaan sarana dan prasarana merupakan factor yang mempengaruhi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Fasilitas sarana dan prasarana mendukung ikut berperan serta membentuk terjadinya perilaku seseorangmasyarakat. Pengetahuan dan sikap saja belum menjamin terjadinya perilaku, maka diperlukan fasilitas untuk mendukung perilaku tersebut. Menurut Azwar 2011, tuntutan kesehatan berkaitan dengan tersedianya sarana dan prasarana kesehatan. Dengan demikian perkembangan teknologi harus selalu diperhatikan agar kegiatan pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan bermutu terhadap konsumen. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, tingkat fasilitas kesehatan dinyatakan baik karena pada umumnya penderita DM menyatakan bahwa dengan adanya fasilitas di posbindu lansia meliputi; tempat pelaksanaan posbindu lansia yang bersih dan sejuk, tersedianya Kartu Menuju Sehat KMS, serta tersedianya obat-obatan.

5.5.2 Kategori Tingkat Tindakan