H N
H O O H
dietanolamina
2.5 SENYAWA POLIOL
Poliol merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus hidroksi lebih dari satu dan dalam industri material sangat luas digunakan baik sebagai bahan pereaksi
maupun bahan aditif. Senyawa poliol dapat diperoleh langsung di alam seperti amilum, selulosa, sukrosa dan lignin ataupun hasil olahan industri.
Poliol dari minyak nabati telah banyak dikembangkan untuk dapat menggantikan petroleum berbasis poliol dalam pembuatan poliuretan dan poliester,
juga telah banyak digunakan sebagai bahan pemlastis dan matrik polimer untuk menghasilkan suatu material, demikian juga sebagai pelunak maupun pemantap yang
bertujuan agar diperoleh kekerasan dan kalunakan tertentu sehingga material tersebut mudah dibentuk ke berbegai jenis barang sesuai kebutuhan Andreas, 1990.
Epoksidasi asam lemak tidak jenuh baik sebagai trigliserida, asam lemak bebas maupun dalam bentuk alkil ester asam lemak yang dilanjutkan hidrolisis juga telah
banyak dilakukan untuk menghasilkan senyawa poliol Swern, dkk,1959. Reaksi epoksida tersebut melalui metanolisis disamping terbentuk gugus poliol juga
terbentuk gugus eter yaitu gugus metoksi sehingga senyawa yang terbentuk lebih dikenal dengan poliol polieter Lin, 2008.
2.6 . DIETANOLAMINA
Dietanolamina adalah senyawa yang terdiri dari gugus amina dan dialkohol. Dialkohol menunjukkan adanya dua gugus hidroksil pada molekulnya. Dietanolamina
juga dikenal dengan nama bis hydroxyethylamine, diethylolamine, diolamine dan 2,2-iminodiethanol.
Dietanolamina banyak digunakan dalam produk kosmetik dan detergen karena mampu menciptakan tekstur yang lembut dan foaming agent.
Universitas Sumatera Utara
Sifat-sifat dietanolamina adalah sebagai berikut : a. Rumus molekul
: C
4
H
11
NO
2
b. Berat molekul : 105,1364 gmol
c. Densitas : 1,090 gcm
3
d. Titik leleh : 28ºC 1atm
e. Titik didih : 268,8ºC 1atm
f. Kelarutan : H
2
O, alcohol, eter
Dietanolamina yang sering disebut sebagai DEA sering digunakan sebagai surfaktan dan inhibitor korosi. Hal ini digunakan untuk menghilangkan Hidrogen
sulfida, dan karbon dioksida dari gas alam Anonimous, 2009
2.7 AMIDA
Amida ialah suatu senyawa yang mempunyai nitrogen trivalent yang terikat pada suatu gugus karbonil. Suatu amida diberi nama asam karboksilat induknya,
dengan mengubah imbuhan asam dan akhiran –oatatau –at menjadi –amida
amida sederhana
C O
N C
O
N H R
gugus amida amida tersubstitusi
C O
N H
2
Fessenden, 1999.
Didalam gugus fungsi amida, atom nitrogen terikat pada gugus karbonil. Jika dua ikatan bebas atom nitrogen mengikat amida, maka senyawa itu disebut amida
sederhana. Jika salah satu atau kedua ikatan bebas atom nitrogen mengikat gugus alkil atau gugus
aril, senyawa yang demikian disebut amida tersubstitusi. Gugus karbonil dan ikatan nitrogen dihubungkan sebagai ikatan amida.
Amida juga dapat dibuat dari reaksi ammonia atau amina dengan turunan asam karboksilat, ester, terutama metil ester dan anhidrida asam. Jika ester digunakan
Universitas Sumatera Utara
sebagai bahan baku, terbentuk alkohol sebagai hasil samping reaksi. Jika yang digunakan anhidrida, hasil sampingnya adalah asam karboksilat Wilbraham, 1992.
Amida digunakan sebagai bahan baku setengah jadi untuk produksi fatty nitril dan fatty amina serta amida juga digunakan dalam industri obat-obatan. Palmitamida,
stearamida dan oleoamida digunakan sebagai bahan penyerasi pada penguatan karet alam dengan silika Suryani, 2008.
2.7.1 ALKANOLAMIDA
Alkanolamida adalah surfaktan bukan ionik dimana gugus hidroksil yang dimilikinya tidak cukup hidrofilik untuk membuat alkanolamida larut dalam air
dengan sendirinya. Alkanolamida digunakan sebagai bahan pembusafoam boosting dalam pembuatan shampoo.
Jenis alkanolamida yang paling penting adalah dietanolamida. Senyawa N- etanol alkil amida adalah senyawa yang termasuk dalam golongan fatty amida yang
dapat dimanfaatkan sebagai surfaktan dalam produk detergen, kosmetik dan tekstil. Senyawa ini dapat dibuat dengan mereaksikan asam lemak sawit distilat dengan
senyawa yang mengandung gugus atau atom Nitrogen seperti alkanolamina Nuryanto, 2002.
Dietanolamida pertama kali diperoleh dengan mereaksikan dua mol dietanolamina dengan satu mol asam lemak. Senyawa ini diberi nama Krichevsky
amida sesuai dengan nama penemunya. Bahan baku yang digunakan dalam produksi dietanolamida dapat berupa asam lemak, trigliserida atau metil ester. Dietanolamida
biasanya diproduksi secara kimia konvensional pada temperatur 150ºC selama 6-12 jam Herawan, 1999.
Amida yang berasal dari DEA dietanolamina dan asam lemak, yang dikenal sebagai dietanolamida yang ampifilic. Dietanolamida adalah bahan umum di kosmetik
dan shampoo yang ditambahkan sehingga memberikan tekstur yang lembut dan
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan busa, turunan yang relevan dari DEA termasuk dietanolamida berfungsi sebagai bahan surfaktan dan penstabil atau pengembang busa. Hal ini
disebabkan karena adanya kotoran berminyak yang menyebabkan stabilitas busa sabun cair atau sampo akan berkurang secara drastis Anonimous, 2009.
Dietanolamida termasuk dalam surfaktan non ionik yang memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan cairan, atau antar permukaan yang tidak
saling bercampur. Aktifitas suatu surfaktan terjadi karena sifat ganda dari molekulnya, yang terdiri dari bagian hidrofil suka air dan lipofil suka lemak. Bagian polar
hidrofil molekul surfaktan dapat bermuatan positif surfaktan kationik, negatif surfaktan anionik, memiliki kedua muatan positif dan negatif surfaktan amfoterik,
ataupun netral surfaktan non ionik sedangkan bagian lipofilnya merupakan rantai alkil Genarro,1990.
2.8 SURFAKTAN
Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air dengan mematahkan ikatan- ikatan hidrogen pada permukaan. Mereka melakukan hal ini dengan menaruh kepala-
kepala hidrofiliknya pada permukaan air dengan ekor-ekor hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan air Fessenden, 2006. Surfaktan adalah senyawa yang memiliki
dua gugus yaitu hidrofobik lipofilik dan hidrofilik lipofobik dalam satu molekul, sehingga disebut sebagai senyawa amphilic Gautam, 2005.
Pada umumnya bagian yang non polar lipofilik merupakan hidrokarbon rantai panjang, sedangkan bagian yang polar hidrofilik adalah suatu ion atau gugus
yang kepolarannya tinggi Rosen, 1978.Bahan surfaktan telah dikembangkan secara luas seperti turunan ester asam lemak dari monoalkohol atau diol, maupun dari poliol
Maag, 1984.
+ RC-N
CH
2
-CH
2
-OH CH
2
-CH
2
-OH O
metil ester asam lemak
dietanolamida
R-COOCH
3
C H
2
C H
2
O H H N
C H
2
C H
2
O H
dietanolamina
+ CH
3
OH
metanol
Universitas Sumatera Utara
Molekul-molekul atau ion-ion yang teradsorbsi pada perbatasan interfasa disebut dengan bahan aktif permukaan surface active agents atau surfaktan. Surfaktan
mempunyai peran penting untuk menurunkan tegangan permukaan bahan yang dikenai. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan
pembasah wetting agent, bahan pengemulsi emulsifying agents, dan sebagai bahan penglarut solubilizing agents. Aktifitas kerja suatu surfaktan karena sifat ganda dari
molekul tersebut Pavia, 1976.
Struktur kimia surfaktan mempengaruhi sifat kelarutan yang cocok untuk aktifitas surfaktan tersebut tergantung pelarut dan dan kondisi yang digunakan. Di
dalam bentuk surfaktan yang umum , “kepala” menggambarkan gugus yang larut dalam air, sering disebut gugus hidrofil atau gugus lipofob dan “ekor”
menggambarkan gugus lipofil atau hidrofob di dalam air.
Klasifikasi kimia yang paling berguna dari surfaktan didasarkan pada sifat hidrofil dan lipofilnya. Di bawah ini ada empat klasifikasi dasar dari surfaktan yaitu :
1. Surfaktan anionik, memiliki gugus hidrofil yang bermuatan negatif seperti gugus karboksilat RCOO
-
M
+
, sulfonasi RSO
3 -
M
+
, sulfat ROSO
3 -
M
+
atau posfat ROPO
3 -
M
+
. 2. Surfaktan kationik, gugus hidrofil memiliki muatan positif. Sebagai contoh
ammonium halida kwartener R
4
N
+
X
-
. 3. Surfaktan nonionik, dimana gugus hidrofil tidak memiliki muatan tetapi
turunannya memiliki kelarutan yang besar terhadap air dibandingkan gugus polar tertinggi seperti senyawa POE atau R-OCH
2
CH
2
O- R adalah gugus poliol termasuk gula.
4. Surfaktan amfoter zwitter ion memiliki muatan positif dan muatan negatif, sebagai contoh sulfobetain RN
+
CH
3 2
CH
2
CH
2
SO
3 -
.
2.9. PENENTUAN HARGA HLB Hydrophilic Lipophilic Balance