Komponen Pertumbuhan Proposional Proposional Mix Growth Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Regional Share Growth Penelitian Terdahulu

b. Komponen Pertumbuhan Proposional Proposional Mix Growth

Component Komponen pertumbuhan proposional PP tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Regional Share Growth

Component Komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut. Hubungan antara ketiga komponen tersebut secara lengkap dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini. Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu wilayah. Apabila PP + PPW ≥ 0, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke i di wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok progresif maju. Sementara itu, PP + PPW 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor ke i pada wilayah ke j tergolong pertumbuhannya lambat. Gambar 1. Model Analisis Shift Share. Sumber: Budiharsono, 2001

2.6. Penelitian Terdahulu

Berikut ini disajikan beberapa jenis penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini. Vilona 2006 menganalisis pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera barat pada masa otonomi daerah periode 2000-2004. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat PP0, adalah sektor listrik dan air minum, sektor pertanian, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor bangunan. Sektor yang laju pertumbuhannya lambat PP0, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor yang memiliki daya saing yang baik PPW0, dan mampu bersaing dengan kabupaten lain di Propinsi Sumatera Barat adalah sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor industri pengolahan. Komponen Pertumbuhan Proposional Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komponen Pertumbuhan Nasional Wilayah ke-j sektor ke-i Wilayah ke-j sektor ke-i Maju PP + PPW ≥ 0 Lambat PP + PPW 0 Sektor yang memiliki daya saing kurang baik PPW0 adalah sektor listrik dan air minum, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pertanian, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan pada pergeseran bersih PBij sebagian besar sektor-sektor yang ada di Kabupaten Pasaman bernilai negatif. Sementara sektor yang memiliki pergeseran bersih PBij yang positif hanya terdapat tiga sektor yaitu sektor pertanian, sektor pengangkutan dan sektor komunikasi. Santoso 2005 menganalisis peran sektor pertanian dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Boyolali. Hasil penelitian dengan menggunakan Kuosien Lokasi LQ per komoditi adalah komoditi padi sawah, jagung, tembakau, kelapa, padi ladang, ubi kayu, cabe, udang, wortel, dan daging sapi. Dari komoditi tersebut hanya dua komoditi yang masuk dalam komoditi basis yaitu padi sawah dan tembakau. Sedangkan pada surplus pendapatan terbesar untuk kecamatan berada di Kecamatan Ampel daging sapi dan yang terkecil adalah Kecamatan Boyolali udang. Sedangkan pada efek pengganda pendapatan, kecamatan yang memiliki efek pengganda pendapatan terbesar adalah Kecamatan Boyolali udang dan Kecamatan Mojosongo padi ladang. Aidiyah 2005 menganalisis peran industri kecil dalam pembangunan wilayah di Kabupaten Wonosobo Propinsi Jawa Tengah. Hasil penelitian dengan menggunakan Kuosien Lokasi LQ sebagian besar kecamatan di Kabupaten Wonosobo untuk industri kecil makanan, minuman, dan tembakau sebagai sektor basis, sedangkan industri tekstil pakaian jadi dan kulit menjadi sektor basis ke dua, dan industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabot menjadi sektor basis ketiga. Usya 2006 menganalisis struktur ekonomi dan identifikasi sektor unggulan di Kabupaten Subang. Hasil penelitian dengan menggunakan metode LQ terdapat 4 sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor bangunankontruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa, dan 5 sektor non basis yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan pada analisis Shift Share menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Subang selama tahun 1993-2003. Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah kajian penelitiannya sangat mendalam dan fokusmenitikberatkan pembangunan wilayah secara sektoral. Selain itu penelitian ini juga mengkaji sektor-sektor yang ada di wilayah secara umum, dan disertai dengan strategi dan kebijakan yang nyata untuk mencanangkan pembangunan wilayah dari berbagai sektor. Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama- sama menggunakan analisis Location Quotient LQ dan Shift Share.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN