BAB VI SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN LAMONGAN
Untuk mengetahui sektor apa yang menjadi sektor unggulan daerah serta berapa besar dampak sektor tersebut maka harus dilakukan suatu perhitungan
lebih lanjut. Umumnya dengan melihat data PDRB suatu wilayah kesejahteraan penduduk dan kemajuan wilayah dapat diketahui, namun data PDRB hanya
memberikan sebagian kecil informasi. Oleh karena itu, diperlukannya suatu kajian yang mendalam dengan menggunakan data dan analisis yang ada.
6.1. Sektor Basis dan Non Basis
Sektor unggulan daerah, pada dasarnya adalah sektor tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar pada daerah, bukan hanya untuk daerah itu
sendiri namun juga untuk memenuhi kebutuhan daerah lain. Dengan melihat data PDRB maka beberapa sektor unggulan daerah dapat diketahui.
Indikator suatu sektor dikatakan menjadi sektor unggulan daerah adalah ketika sektor tersebut menjadi sektor basis, yakni memiliki nilai LQ yang lebih
besar dari satu. Adapun perhitungan nilai LQ suatu sektor dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 4. Location Quotient LQ Kabupaten Lamongan Tahun 2002-2006
No Sektor 2002
2003 2004
2005 2006 1
Pertanian 2,47
2,46 2,53
2,50 2,33
2 Pertambangan dan Penggalian
0,41 0,45
0,46 0,46
0,42 3
Industri Pengolahan 0,18
0,17 0,17
0,18 0,18
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
0,86 0,94
0,84 0,80
0,72 5
Kontruksi 0,74
0,73 0,78
0,80 0,76
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
1,09 1,06
1,01 1,03
1,04 7
Pengangkutan dan Komunikasi 0,29
0,30 0,29
0,29 0,29
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,58 0,59
0,64 0,68
0,72 9
Jasa-jasa 1,52
1,36 1,37
1,40 1,49
Sumber: BPS Kabupaten Lamongan Tahun 2002-2006, diolah Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
Bardasarkan tabel 4 di atas, terdapat tiga sektor yang menjadi sektor basis di Kabupaten Lamongan yang merupakan sektor unggulan daerah dan enam
sektor lainnya menjadi sektor non basis sebagai sektor penunjang dari keberadaan sektor basis. Sektor unggulan tersebut adalah sektor pertanian, sektor
perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Pada kurun waktu 2002-2006 ketiga sektor tersebut memiliki nilai LQ 1,
artinya ketiga sektor tersebut merupakan sektor basis yang cenderung dapat mengekspor ke daerah lain. Sektor yang memiliki nilai LQ paling besar terdapat
pada sektor pertanian, dengan kisaran nilai LQ secara berturut-turut adalah 2,47; 2,46; 2,53; 2,50 dan 2,33. Hal ini disebabkan karena produksi sektor pertanian di
Kabupaten Lamongan telah mampu memenuhi kebutuhannya sendiri juga untuk memenuhi kebutuhan daerah lainnya, misalnya dengan adanya Sungai Bengawan
Solo sebagai cadangan irigasi untuk menghadapi musim kemarau, Kabupaten Lamongan telah mampu untuk memasok kebutuhan air untuk daerah pertanian
yang mengalami kekeringan. Selain itu terdapat Waduk Gondang untuk memenuhi kebutuhan air di daerah lain, seperti Kabupaten Mojokerto dan
Jombang. Adapun sektor pertanian yang paling menonjol terdapat pada sub sektor
tanaman pangan dan perikanan. Pada sub sektor tanaman pangan Kabupaten Lamongan mampu memberikan kontribusi produksi gabah sebesar 776.085 ton
GKG atau 7,14 dari total produksi gabah di Jawa Timur dan terbesar ke-2 di Jawa Timur. Sedangkan untuk sub sektor perikanan, Kabupaten Lamongan
mampu memberikan kontribusi sebesar 15,25 dari total produksi ikan di Jawa
Timur atau merupakan penghasil ikan terbesar di Jawa Timur, yaitu sekitar 65.874,984 ton.
Sektor jasa-jasa yang berada di urutan kedua dengan kisaran nilai LQ adalah 1,52; 1,36; 1,37; 1,40 dan 1,49. Hal ini dipengaruhi oleh sub sektor hiburan
dan rekreasi yang menunjukkan suatu perkembangan yang nyata, dengan memberikan kontribusi yang semakin meningkat terhadap perokonomian daerah
Kabupaten Lamongan. Pembangunan Wisata Bahari Lamongan WBL telah memberikan pengaruh langsung terhadap besarnya kontribusi sub sektor ini
terhadap PDRB. Dengan kunjungan wisatawan mencapai kurang lebih 850.000 per tahun merupakan suatu potensi daerah yang besar untuk terus dikembangkan
dan disinergikan dengan obyek wisata lainnya seperti wisata religiziarah Makam Sunan Drajat dan Goa Maharani.
Sejak dibuka tahun 2004, Wisata Bahari Lamongan WBL mampu memberikan kontribusi pada PAD yang terus meningkat, adapun kontribusi WBL
pada tahun 2005 sebesar Rp 4.500.000.000; tahun 2006 sebesar Rp. 4.750.000.000; tahun 2007 sebesar Rp. 6.450.000.000 dan tahun 2008 ditargetkan
sebesar Rp. 8.000.0000.000. Secara tidak langsung memberikan multiplayer effect terhadap berkembang tumbuhnya kegiatan ekenomi produktif lainnya di
masyarakat. Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan
kisaran nilai LQ adalah 1,09; 1,06; 1,01; 1,03 dan 1,04. Perkembangan tersebut masih dipengaruhi oleh besarnya volume perdagangan di Kabupaten Lamongan
khususnya komoditi pertanian dan hasil industri yang merupakan suatu potensi unggulan daerah yang perlu didukung dengan sistem pemasaran yang efisien dan
dukungan sarana prasarana infrastruktur yang baik. Surplus beras pada tahun 2006 yang kurang lebih mencapai 358.000 ton merupakan salah satu komoditi
perdagangan unggulan daerah, demikian juga komoditi perikanan air tawar sawah tambak dan perikanan laut yang memberikan kontribusi besar terhadap
perekonomian daerah. Selain itu Kabupaten Lamongan telah menyediakan kawasan khusus untuk pariwisata, hotel dan restoran.
Sedangkan sektor yang memiliki nilai koefisien LQ 1, artinya sektor tersebut merupakan sektor non basis adalah sektor pertambangan dan penggalian
sebesar 0,41; 0,45; 0,46; 0,46 dan 0,42, sektor industri pengolahan sebesar 0,18; 0,17; 0,17; 0,18 dan 0,18, sektor listrik, gas dan air bersih 0,86; 0,94; 0,84; 0,80
dan 0,72, sektor kontruksi sebesar 0,74; 0,73; 0,78; 0,80 dan 0,76, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,29; 0,30; 0,29; 0,29 dan 0,29 dan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0,58; 0,59; 0,64; 0,68 dan 0,72. Selama kurun waktu 2002-2006 sektor yang memiliki nilai LQ paling
kecil adalah sektor industri pengolahan. Hal ini disebabkan sektor industri pengolahan masih terpusat di kabupatenkota tertentu yang ada di Jawa Timur.
Sebagai contoh Kabupaten Gresik, selama ini aktivitas industri banyak dilakukan di daerah tersebut. Sehingga menjadikan Kabupaten Gresik sebagai kota industri.
6.2. Multiplier Pendapatan