7.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah.
Pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Lamongan dipengaruhi oleh tiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu Komponen
Pertumbuhan Propinsi KPP, Pertumbuhan Proporsional PP dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW.
Pertumbuhan regionalpropinsi digunakan untuk menjelaskan kebijakan ekonomi regional Jawa Timur yang mempengaruhi perekonomian ditingkat
kabupatenkota, dalam hal ini adalah Kabupaten Lamongan. Perhitungan pertumbuhan propinsi dihitung berdasarkan perkalian antara rasio produksi Ra
regional dengan produksi di masing-masing sektor. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 8. Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Lamongan juta rupiah
KPP PP
persen PPW
persen
Sektor Ra Yij
Ri-Ra Yij
PPYij 100
ri-Ri Yij PPWYij
100 1
350.090,00 24.087,14
1,58 74.664,85
4,90 2
8.132,43 -8.389,70
-23,69 3.989,27
11,26 3
40.727,58 -17.252,76
-9,73 17.305,18
9,76 4
13.577,31 -10.455,75
-17,68 -4.764,56
-8,06 5
22.255,97 -13.642,33
-14,07 13.570,35
14,00 6
227.569,75 179.863,76
18,15 75.686,49
7,64 7
14.004,84 -5.444,81
-8,93 5.952,97
9,76 8
24.538,49 -15.783,64
-14,77 41.932,15
39,24 9
97.761,57 28.233,88
6,63 41.496,56
9,75
Total 798.657,95
161.215,79 4,63
269.833,26 7,76
Sumber: BPS Kabupaten Lamongan Tahun 2002 dan 2006, diolah Keterangan:
1 = Sektor Pertanian; 2 = Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3 = Sektor Industri Pengolahan; 4 = Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih; 5 = Sektor Kontruksi; 6 = Sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran; 7 = Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; 8 = Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; 9 = Sektor Jasa-jasa. KPP = Komponen pertumbuhan propinsi sektor i untuk wilayah
j, PP = Komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah j dan PPW = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah j. Yij = Produksi dari sektor i pada wilayah
kabupaten
tahun dasar analisis.
Ra = 0,23 untuk mengambarkan satuan wilayah
Berdasarkan tabel tersebut, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Timur sebesar 22,96 persen atau Rp. 798.657,95 juta. Pertumbuhan
tersebut sangat mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lamongan. Secara sektoral kontribusi terbesar terdapat pada sektor pertanian
yaitu sebesar Rp. 350.090,00 juta. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan tersebut sangat dipengaruhi oleh kebijakan di tingkat regional, artinya bila terjadi
perubahan kebijakan maka kontribusi sektor pertanian akan mempangaruhi sektor tersebut. Sebagai contoh, Pemerintah daerah memberikan izin usaha untuk
membangun proyek-proyek pertanian kepada investor baik asing maupun domestik. Sedangkan nilai KPP paling kecil terdapat pada sektor pertambangan
dan penggalian yaitu sebesar Rp. 8.132,43 juta. Komponen Pertumbuhan Proporsional sebagai komponen pertumbuhan
ekonomi, menjelaskan perbedaan kenaikan PDRB tingkat propinsi dengan PDRB tingkat kabupatenkota. Tingkat pertumbuhan ekonomi secara regional telah
mengakibatkan pertumbuhan proporsional di Kabupaten Lamongan mengalami pertumbuhan yang positif yaitu sebesar Rp. 161.215,79 juta atau 4,63 persen
Tabel 8. Berdasarkan Pertumbuhan Proporsional PP sektor-sektor ekonomi di
Kabupaten Lamongan ada yang memberikan nilai kontribusi secara positif maupun negatif. Sektor yang memiliki pertumbuhan proporsional yang positif jika
PP 0, yaitu sektor pertanian sebesar 1,58 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 18,15 persen, sektor jasa-jasa 6,63 persen. Artinya ketiga sektor tersebut
memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Sektor yang mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB jika PP 0,
yaitu terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian -23,69 persen, sektor industri pengolahan -9,73 persen, sektor listrik, gas dan air bersih -17,68
persen, sektor kontruksi -14,07 persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi -8,93 persen dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan -14,77
persen. Artinya keenam sektor tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi yang lambat.
Pada tabel tersebut, sektor yang memiliki nilai PP terbesar terdapat pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah
daerah serius untuk meningkatkan sarana dan prasarana dibidang sektor tersebut, sebagai bentuk kebijakan pemerintah dalam membangun wilayah. Sedangkan
sektor yang memiliki nilai PP dengan persentase negatif terbesar terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini dikarenakan sarana dan prasarana
pembangunan yang masih minim terhadap sektor tersebut. Selanjutnya, untuk mengetahui komponen pertumbuhan wilayah lain
adalah Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW. Komponen PPW timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah
dibandingkan dengan wilayah lainnya. Jika PPW 0 maka sektor yang bersangkutan memiliki daya saing yang baik bila dibandingkan dengan wilayah
lainnya yang ada di Propinsi Jawa Timur. Adapun sektor yang memiliki daya saing yang baik adalah sektor pertanian sebesar 4,90 persen, sektor pertambangan
dan penggalian sebesar 11,26 persen, sektor industri pengolahan sebesar 9,76 persen, sektor kontruksibangunan 14,00 persen, sektor perdagangan, hotel dan
restoran sebesar 7,64 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,76 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 39,24 persen dan sektor
jasa-jasa 9,75 persen Tabel 8.
Sedangkan sektor yang memiliki daya saing yang tidak baik jika PPW 0 sektor listrik, gas dan air bersih -8,06 persen. Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya kurangnya daya saing di sektor tersebut diakibatkan oleh kurangnya penerapan teknologi dan sarana prasarana pendukung. Selain itu juga diakibatkan
kurangnya akses pasar dan dukungan kelembagaan.
7.3. Pergeseran Sektor-Sektor Perekonomian