5.3 Gambaran Umum Usaha Pembenihan Ikan Gurami
Kualitas benih merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan dari usaha pembesaran ikan gurami. Dengan kualitas benih yang baik maka
produksi dari hasil pembesaran ikan gurami pun akan baik. Hal tersebut merupakan salah satu tujuan pemerintah dari diterbitkanya Standar Nasional
Indonesia pembenihan ikan gurami. Salah satu unit pembenihan rakyat UPR yang sudah mendapatkan sertifikasi SNI adalah UPR Setia Maju yang berada di
Desa Beji, Kecamatan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas. UPR Setia Maju mendapatkan sertifikasi SNI sejak tahun 2004 hingga
sekarang. Setiap satu tahun sekali UPR yang mendapatkan sertifikasi akan di evaluasi oleh pihak pelaksana teknis dari program sertifikasi SNI, sehingga tidak
menutup kemungkinan UPR yang sudah mendapatkan sertifikat SNI akan di copot dari sertifikasi jika persyaratan sertifikasi tidak digunakan.
Salah satu keberhasilan yang didapatkan petani melalui program sertifikasi SNI adalah manajemen proses produksi yang dilakukan lebih terkontrol karena
semua kegiatan proses produksi, hasil produksi serta biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dibukukan oleh petani. Keberhasilan lain yang didapatkan
petani yaitu berupa pengakuan penerapan SNI yang berdampak pada permintaan produk yang meningkat. Adanya pihak dinas dari daerah Kalimantan yang
membeli telur dan benih ikan gurami pada petani bersertifikat merupakan contoh adanya peningkatan permintaan.
Kegiatan usaha pembenihan ikan gurami di daerah penelitian meliputi beberapa proses, diantaranya adalah pemeliharaan induk,pemijahan, pemanenan
telur, pemeliharaan larva, persiapan kolam pendederan, pemeliharaan benih dan
46
pemanenan. Input produksi yang digunakan petani dalam proses produksi pembenihan ikan gurami di daerah penelitian adalah pupuk, kapur, pelet benih,
pelet induk dan pakan daun sente. Kegiatan pemeliharaan induk merupakan awal dari kegiatan proses
produksi benih ikan gurami. Namun pada dasarnya, usaha untuk memproduksi benih ikan gurami ukuran 1-2 cm tidak harus memiliki induk, akan tetapi dapat
pula membeli telur gurami lalu memelihara hingga menghasilkan benih ikan gurami ukuran 1-2 cm. Kegiatan pembenihan ikan gurami yang dilakukan petani
responden dimulai dari tahap pemeliharaan induk. Dalam kegiatan pemeliharaan induk, kegiatan yang dilakukan petani responden adalah kegiatan pemberian
pakan pelet dan daun sente, pengecekan sarang ikan gurami dan pengecekan saluran masuk dan buangan air kolam induk.
Perbandingan antara jantan dan betina ikan gurami yang dilakukan oleh petani responden bersertifikat adalah 1 : 4 artinya untuk satu petak kolam terdapat
minimal satu ekor jantan dengan empat ekor betina, sedangkan untuk petani responden yang tidak bersertifikat perbandingan antara jantan dan betina induk
ikan gurami bervariasi antara 1 : 2 hingga 1 : 4. Untuk SNI sendiri, perbandingan antara induk jantan dan betina adalah 1 : 3-4. Sebagian besar responden petani
non sertifikat sudah menerapkan persyaratan SNI induk ikan gurami, namun ada beberapa petani yang belum menerapkan SNI induk ikan gurami.
Kegiatan pemanenan telur merupakan tahap kedua dari kegiatan usaha pembenihan ikan gurami di daerah penelitian,. Sebelum di panen tentunya sarang
induk diperiksa terlebih dahulu. Bahan sarang terbuat dari sabut kelapa dan ijuk. Bahan sarang diletakan dipermukaan air kolam induk. Tempat sarang yang
47
digunakan oleh petani berupa anyaman bambu yang dibuat sedemikian rupa hingga menyerupai kerucut dengan diameter 20 cm. tempat sarang ditempatkan di
sisi kolam yang ditancapkan ke dinding pematang kolam dengan kedalaman 10 cm. Untuk mengetahui sarang sudah berisi telur atau tidak dapat dilihat secara
visual yaitu dengan melihat banyaknya ikan seribu di sekitar sarang. Untuk lebih meyakinkan, sarang digoyang secara perlahan atau sarang ditusuk dengan bambu
kecil. Sarang yang sudah berisi telur ditandai dengan keluarnya minyak berasal dari telur yang pecah dari sarang ke permukaan air jika sarang ditusuk atau
digoyangkan. Pemanenan telur dilakukan dengan cara mengangkat sarang yang telah
berisi telur secara hati – hati agar telur tidak pecah atau keluar dari sarang. Sarang kemudian dipindahkan kedalam baskom untuk dipisahkan dan dibersihkan dari
bahan sarang yang berupa sabut kelapa atau ijuk di lokasi penetasan telur. Telur yang sudah dipisahkan dari bahan sarang kemudian di lakukan sortasi telur yang
baik dan tidak. Telur yang baik berwarna kuning bening, sedangkan yang tidak baik berwarna kuning pucat agak keputihan. Setelah itu telur dihitung untuk di
tetaskan dan sisanya dijual oleh petani kepada pengepul. Telur yang sudah dihitung berdasarkan ukuran kolam pendederan akan
menetas setelah dua hari. Larva yang baru menetas posisi badannya terbalik, yaitu bagian perut berada diatas sedang bagian punggung berada dibawah. Selama 3 – 4
hari setelah menetas larva hanya bergerak berputar – putar dengan posisi badan terbalik. Setelah 4 – 5 hari larva akan berbalik badan semua dan bergerak normal.
Setelah larva berumur 7 hari, kolam pendederan di persiapkan untuk penebaran benih berumur 15 hari.
48
Kolam pendederan dipersiapkan 5-7 hari sebelum larva ditebar dikolam. Kolam pendederan yang digunakan oleh responden bersertifikat maupun non
sertifikat adalah kolam tanah. Kegiatan persiapan kolam meliputi pengeringan kolam, pembalikan tanah dasar kolam, pengapuran, pemupukan dan pengisian air.
Kegiatan pengapuran kolam bertujuan untuk membunuh bibit penyakit serta predator yang menyerang bakal benih ikan gurami. Sedangkan pemupukan
bertujuan untuk menimbulkan pakan alami di kolam pemeliharaan. Setelah 5-7 hari persiapan kolam, maka kegiatan selanjutnya adalah
penebaran benih serta pemeliharaan benih. Kegiatan pemeliharaan benih berlangsung selama 20-25 hari. Kegiatan ini meliputi pemberian pakan dan
pengecekan kolam jika agar air dalam kolam tidak merembes yang mengakibatkan ketinggian air pada kolam menjadi berkurang yang akan
berpengaruh terhadap benih ikan gurami. Ketinggian air kolam untuk pemeliharaan benih adalah 40-60 cm dari dasar kolam dengan debit air 0,4 – 0,7
literdetik. Pakan benih yang di berikan berupa pelet halus dengan frekuensi
pemberian dua kali sehari untuk petani bersertifikat maupun petani non sertifikat. Akan tetapi ada beberapa petani yang tidak memberikan pakan pelet halus pada
benih dengan alasan kolam sudah di pupuk dan terdapat pakan alami di perairan kolam. Tingkat pemberian pakan untuk benih yaitu 20 dari bobot biomasa.
Kegiatan terakhir dari usaha pembenihan ikan gurami adalah pemanenan benih ikan gurami ukuran 1-2 cm. Pemanenan dilakukan dengan menurunkan
permukaan air sedikit demi sedikit hingga semua benih berkumpul di kubangan yang memang dipersiapkan untuk kolam pendederan. Setelah benih berkumpul,
49
kemudian benih di panen dengan menggunakan ayakan dan di masukan ke dalam baskom yang sudah terisi air. Setelah itu dilakukan perhitungan benih serta sortasi
benih untuk memilah ukuran dari benih yang dihasilkan. Pemanenan biasanya dilakukan petani sendiri.
5.4 Pemasaran Benih Ikan Gurami