Standar Nasional Indonesia SNI Produk Perikanan Pembenihan Ikan Gurami

2.2 Standar Nasional Indonesia SNI Produk Perikanan

Standar Nasional Indonesia SNI produk perikanan adalah suatu standar minimal dalam kegiatan budidaya yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kelautan dan Perikanan. Secara resmi kelembagaan SNI ini diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional yang disusun melalui konsensus nasional oleh para pakar perikanan budidaya dengan melibatkan para pembudidaya dari berbagai daerah, sehingga tata laksana yang tersusun dapat digunakan di tingkat pembudidaya Sunarma, 2002. Penerbitan SNI produksi perikanan merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu proses dan hasil produksi serta perbaikan pada manajemen usahanya. Namun tata laksana yang tercantum dalam SNI masih berupa acuan pokok sehingga diperlukan penjabaran yang lebih aplikatif di masing-masing daerah. Penjabaran ini dapat berupa Standar Prosedur Operasional SPO yang diterjemahkan melalui pelatihan dan pendampingan oleh pihak Unit Pelaksana Teknis UPT Pusat Direktorat Jenderal Perikanan.

2.3 SNI Ikan Gurami

Kegiatan produksi ikan gurami yang telah diterbitkan dalam SNI adalah kegiatan pengelolaan kelas induk pokok Parent Stock dan produksi kelas benih sebar. Induk pokok adalah induk ikan keturunan pertama dari induk dasar yang memenuhi standar mutu kelas induk pokok, dimana induk dasar adalah induk keturunan pertama dari induk pejenis yang memenuhi standar mutu, sedangkan induk pejenis adalah induk ikan yang dihasilkan oleh dan dibawah pengawasan penyelenggara pemulia. Benih sebar adalah benih keturunan pertama dari induk pokok BSN, 2000. 10

2.3.1 Pengelolaan Kelas Induk Pokok Parent Stock

Perbedaan paling mencolok antara induk jantan dengan induk betina adalah untuk ikan jantan terdapat benjolan di bagian kepala, bibir bawah tebal dan tidak memiliki warna hitam pada ketiak sirip dada. Sedangkan ikan betina memiliki ciri-ciri yaitu tidak terdapat benjolan di bagian kepala, bibir bawah tipis dan memiliki warna hitam pada ketiak sirip dada. Induk yang dipilih sebagai kelas induk pokok harus memenuhi SNI. Terdapat beberapa persyaratan dalam pengelolaan induk agar memenuhi SNI, yaitu terbagi atas kriteria kualitatif dan kriteria kuantitatif. Dalam kriteria kualitatif syarat yang harus dipenuhi adalah calon induk pokok merupakan hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar atau pejenis, bentuk tubuh pipih vertikal berwarna kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan serta tidak memiliki kelainan bentuk tubuh atau cacat tubuh dan organ tubuh harus lengkap BSN, 2000. Tabel 6. Kriteria Kuantitatif Induk Pokok Parent Stock Jenis kelamin Kriteria satuan jantan betina Umur Bulan 24 – 30 30 – 35 Panjang Standar Cm 30 – 35 30 - 35 Bobot Tubuh KgEkor 1.5 – 2.0 2.0 – 2.5 Sumber : Badan Standarisasi Nasional

2.3.2 Produksi Benih Kelas Benih Sebar

Benih sebar merupakan benih keturunan pertama dari induk pokok Parent Stock. Benih sebar ikan gurami terdiri dari larva, benih pendederan 1, benih pendederan 2, benih pendederan 3, benih pendederan 4 dan benih pendederan 5. Kegiatan produksi benih ikan gurami kelas benih sebar harus memenuhi 11 persyaratan SNI. Beberapa persyaratan tersebut terdiri dari pra produksi, proses produksi dan pemanenan. Persyaratan pra produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam memproduksi benih ikan gurami kelas benih sebar yang terdiri dari lokasi, sumber air, wadah budidaya, induk, pakan, pupuk, obat-obatan dan peralatan pembenihan. Sedangkan persyaratan proses produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam rangkaian kegiatan untuk memproduksi benih ikan gurami kelas benih sebar. Persyaratan pemanenan merupakan persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan tahap akhir proses produksi benih ikan gurami. Tabel 7. Kriteria Benih Ikan Gurami Kelas Benih Sebar Kriteria satuan larva Benih P1 Benih P2 Benih P3 Benih P4 Benih P5 Umur Maksimal Hari 10 – 12 40 80 120 160 200 Penjang total Cm 0.75 – 1.00 1 - 2 2 - 4 4 -6 6 - 8 8 – 11 Bobot minimal gram 0.03 0.2 0.5 1.0 3.5 7.0 Sumber : Badan Standarisasi Nasional

2.4 Pembenihan Ikan Gurami

Kegiatan pembenihan ikan gurami terbagi ke dalam beberapa kegiatan, yaitu kegiatan pemeliharaan induk, pemanenan telur, pemeliharaan larva, pemeliharaan benih dan pemanenan benih. Kegiatan pemeliharaan induk merupakan awal dari kegiatan pembenihan ikan gurami. Kegiatan ini meliputi pemberian pakan, pengecekan sarang dan pemanenan sarang. Pakan yang diberikan berupa pakan pelet dengan jumlah 1 dari bobot biomassa, frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari. Selain diberi pakan buatan, induk gurami juga diberi pakan alami berupa daun sente Allocasia macrorrhiza sebanyak 5 dari bobot biomassa per hari. 12 Hingga saat ini, pemijahan ikan gurami baru dapat dilakukan secara alami. Namun demikian, Ikan ini termasuk dalam kelompok induk ikan yang menjaga telurnya secara baik. Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1 : 3-4 atau dapat dikatakan dalam satu pasang terdiri dari empat sampai lima ekor induk ikan gurami. Ikan jantan yang sudah siap memijah membangun sarang untuk menampung telur dari induk betina. Biasanya induk jantan memerlukan waktu 1 – 2 minggu untuk membangun sarang. Untuk memudahkan induk jantan membangun sarang, kolam induk diberi tempat dan bahan sarang. Tempat sarang berupa keranjang sampah plastik bulat diameter 20 - 25 cm atau tempat lain yang serupa yang ditempatkan pada kedalaman 10 - 15 cm dibawah permukaan air. Bahan sarang berupa sabut kelapa, ijuk atau bahan lain yang dapat dibuat sarang yang ditempatkan di permukaan air sekitar tempat sarang. Pada pemijahan secara masal, dapat disediakan sarang sejumlah induk jantan yang ada dengan jarak antar sarang sekitar 1 – 2 m. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari adanya persaingan dalam membangun sarang. Pengecekan telur dilakukan setiap pagi pada setiap sarang yang sudah dibuat induk ikan. Pengecekan dilakukan dengan cara menusuk sarang atau dengan menggoyangkannya atau dengan meraba bagian depan sarang. Bila dari dalam sarang keluar telur atau minyak atau bagian depan sarang sudah tertutup, maka pemijahan sudah terjadi dan sarang berisi telur. Sarang yang berisi telur dikeluarkan dari tempat sarang secara perlahan untuk dipindahkan ke dalam waskom plastik yang telah diisi air kolam induk. Secara perlahan sarang dibuka sampai telur keluar dan mengapung di permukaan air. Telur-telur tersebut diambil dengan menggunakan sendok atau centong untuk dipindahkan ke dalam wadah 13 penetasan berupa corong penetasan, waskom plastik atau akuarium yang sudah diisi dengan air bersih. Telur yang baik dipisahkan dari telur yang jelek. Telur yang baik berwarna kuning bening sedangkan telur yang jelek berwarna kuning pucat. Telur ikan gurami akan menetas setelah 36-48 jam dari pemijahan pada suhu 29 – 31ºC. Larva – larva yang baru menetas posisi badannya terbalik yaitu bagian perut berada diatas sedang bagian punggung berada dibawah, hal ini disebabkan karena telur ikan gurame mengandung minyak. Selama 3 – 4 hari setelah menetas larva hanya bergerak berputar – putar dengan posisi badan terbalik. Setelah 4 – 5 hari larva akan berbalik badan semua dan bergerak normal. Larva diberi pakan setelah berumur 8-9 hari setelah menetas, hal ini berfungsi untuk pengenalan pakan dari endogenus makanan yang berasal dalam tubuh ke eksogenus makanan yang berasal dari luar. Pemberian pakan dilakukan secara ad-libitum sekenyangnya dalam satu periode pemberian pakan dan selalu tersedia. Kuning telur larva gurame akan habis pada saat larva berumur 10 – 12 hari setelah menetas. Setelah larva berumur 14-15 hari, maka larva siap dipelihara di wadah pemeliharaan. Wadah dapat berupa kolam tanah, kolam tembok, bak terpal dan akuarium. Jika dengan menggunakan kolam tanah dan tembok, maka kolam harus diberi kapur dan di pupuk. Pengapuran berfungsi untuk membunuh bibit penyakit dan hama yang ada di dasar kolam, sedangkan pemupukan berfungsi untuk menimbulkan pakan alami. Sedangkan jika menggunakan bak terpal dan akuarium tidak dilakukan kegiatan pengapuran dan pemupukan. Kepadatan pada setiap wadah pemeliharaan berbede-beda, untuk kolam tanah dan kolam tembok, 14 kepadatan yang digunakan adalah 100 ekorm2, untuk bak terpal kepadatan larva yang digunakan adalah 250 – 500 ekorm2, sedangkan untuk akuarim kepadatan yang digunakan antara 10-15 ekor per liter air. Benih dapat dipanen setelah 15-25 hari dari penebaran larva atau berumur 30-40 hari setelah menetas. Beberapa standar proses produksi dalam memproduksi benih ikan gurami hingga ukuran 1-2 cm dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 8. Standar Proses Produksi Benih Ikan Gurami Ukuran 1-2 Cm No Standar Satuan Jumlah 1 Dosis Pupuk Gram m 2 500 2 Kepadatan Ekor m 2 100 3 Tingkat Pemberian Pakan Bobot biomassa 20 4 Perbandingan Jantan dan Betina ekor 1 : 3-4 Sumber : Badan Standarisasi Nasional.

2.5 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Ikan Nila di Kecamatan Haranggaol Horisan Kabupaten Simalungun

4 88 71

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Petani Jagung (Studi Kasus Desa Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat)

13 111 74

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik Di Kabupaten Serdang Bedagai(Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan)

2 80 83

Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja, Produktivitas Dan Pendapatan Petani Sayur Mayur Di Kabupaten Karo (Kasus : Wortel, Tomat atau Kol di Desa Merdeka, Kecamatan Merdeka)

8 108 66

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENGRAJIN GENTENG DI DESA KEDUNG GEBANG KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

32 213 46

EFISIENSI BIAYA DAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI IKAN GURAMI DI KECAMATAN UMBULSARI KABUPATEN JEMBER

2 16 84

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA DI KECAMATAN GENTENG KABUPATEN BANYUWANGI

2 9 96

Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal kasus di Desa Rembul, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

12 62 103

Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu di Desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang Jawa Timur

0 19 118

Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Pembenihan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepenus) di Kabupaten Wonogiri.

3 8 6