6.1.1.7 Induk Ikan Gurami
Rata-rata jumlah induk ikan gurami yang digunakan oleh petani responden bersertifikat sebanyak 80 ekor, sedangkan rata-rata jumlah induk yang digunakan
oleh petani responden non sertifikat sebanyak 58 ekor. Harga induk ikan gurami per kilogram adalah Rp 30.000 dengan rata-rata berat per ekor 2,5 kg, baik untuk
petani bersertifikat ataupun non sertifikat. Induk yang sudah tidak produktif akan dijual oleh petani dengan harga Rp 30.000ekor. Induk dapat berproduksi selama
tiga tahun sejak pertamakali induk berproduksi. Dengan bertambahnya umur induk ikan gurami maka kualitas dan kuantitas telur yang dihasilkan akan
menurun, sehingga akan terjadi penurunan harga dengan bertambahnya umur induk. Akan tetapi dalam penelitian ini di asumsikan induk hanya digunakan
selama satu tahun atau 6 periode produksi benih ikan gurami ukuran 1-2cm, sehingga setelah satu tahun petani akan mendapatkan penerimaan dari penjualan
induk.
6.1.2 Penerimaan Usahatani
Analisis pendapatan meliputi analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan atas biaya total. Komponen biaya dibagi atas biaya tunai dan
biaya tidak tunai biaya diperhitungkan. Penerimaan diperoleh melalui penjualan hasil produksi. Petani responden bersertifikat dan non sertifikat menjual produk
berupa telur dengan harga Rp 18butir dan benih ikan gurami ukuran 1-2 cm dengan harga Rp 150ekor. Harga tersebut merupakan harga petani jika menjual
produk kepada pengepul. Tidak ada perbedaan harga antara petani bersertifikat dan non sertifikat.
54
Hasil produksi telur rata-rata petani bersertifikat adalah sebanyak 1.063.999,87 ekor per tahun. Hasil produksi benih ukuran 1-2 cm petani
responden bersertifikat 135.109,56 ekortahun. Untuk petani non sertifikat rata- rata produksi telur per tahun adalah 685.604,60 ekor, dengan hasil produksi benih
ukuran 1-2 cm sebanyak 97.685,64 ekortahun. Penerimaan yang diperoleh petani bersertifikat untuk hasil produksi telur
yang tidak dipelihara hingga benih sebesar Rp 19.151.997,66 per tahun. Hasil ini didapatkan dari perkalian antara harga dengan jumlah hasil produksi. Sedangkan
penerimaan tunai dari hasil benih ukuran 1-2 cm adalah Rp 20.266.434 per tahun dimana dalam satu tahun terdapat 6 periode produksi benih. Untuk petani non
sertifikat, penerimaan dari hasil telur yang tidak dipelihara hingga benih sebesar Rp 12.340.882,8 dan untuk hasil produksi benih ukuran 1-2 cm per tahun sebesar
Rp 14.652.846. Penerimaan yang didapatkan dari penjualan induk untuk petani bersertifikat adalah Rp 2.400.000, sedangkan untuk petani non sertifikat adalah
Rp 1.740.000. Total penerimaan yang didapatkan oleh petani bersertifikat adalah Rp 41.818.431,66, sedangkan untuk petani non sertifikat adalah Rp 28.733.728,8.
Penerimaan yang didapatkan petani bersertifikat SNI lebih besar dibandingkan dengan petani non sertifikat SNI. Hal ini tidak disebabkan oleh
perbedaan harga akan tetapi disebabkan produkstivitas petani bersertifikat lebih besar dibandingkan dengan petani non sertifikat. Artinya dengan penggunaan
faktor produksi dengan jumlah yang sama, petani bersertifikat mampu menghasilkan produk yang lebih besar dibandingkan petani non sertifikat.
55
6.1.3 Struktur Biaya per Luasan 1000 m