Cagar Alam Pulau Dua

oleh faktor alam dan manusia. Hantaman gelombang berpotensi merusak beberapa jenis karang dengan bentuk tertentu terutama bentuk branching dan tabulate. Aktivitas penambangan karang yang intensif juga terbukti telah merusak keberlangsungan hidup berbagai jenis karang. Penduduk memanfaatkan karang untuk berbagai keperluan, seperti bahan bangunan karang hidup dan mati dan untuk membuat akuarium yang diperdagangkan karang hidup. Hasil studi Douven 1999 menunjukkan bahwa lebih dari 850 m 2 karang hidup ditambang setiap tahun oleh penduduk. Hal ini merupakan faktor utama penyebab kerusakan terumbu karang di Teluk Banten. Beberapa penyebab lain di antaranya adalah lalu lintas perairan 5.000 m 2 th, metode penangkapan ikan yang merusak 1.600 m 2 th dan budidaya rumput laut 75 m 2 th Glimmerveen, 2001.

d. Cagar Alam Pulau Dua

Pulau Dua ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.253KPTS-II1984. Luas cagar alam ini mencapai 30 ha, termasuk kawasan Pulau Satu dan tanah timbul yang memanjang ±200 m ke arah selatan. Selama breeding season, Pulau Dua merupakan habitat penting bagi lebih dari 45.000 ekor burung. Menurut Douven 1999, sekitar 50 burung-burung di Pulau Dua merupakan pemakan ikan fish eaters, sedangkan sisanya pemakan serangga insect eaters. Area untuk mencari makan feeding area bagi burung- burung ini terbentang mulai dari pantai barat Teluk Banten sampai di sebelah barat Bandara Soekarno Hatta. Ke arah darat, feeding area diperkirakan bisa mencapai Serang, bahkan Bogor. Namun demikian, wilayah penting bagi burung- burung tersebut dalam mencari makan adalah di sekitar breeding area Pulau Dua dan Pulau Pamujan Besar. Studi Tim PKSPL IPB di cagar alam Pulau Dua pada bulan Juni 2004 berhasil mengidentifikasi ±108 spesies burung dari 39 famili. Burung-burung yang banyak dijumpai di cagar alam Pulau Dua di antaranya adalah kuntul kerbau Bulbulcus ibis, kuntul besar Casmerodius albus, kuntul sedang Egretta intermedia, kuntul kecil Egretta garzetta, kowak maling Nycticorax nycticorax, cangak merah Ardea purpurea, dan roko-roko Plegadis falcinellus . Sekitar 38 spesies burung di Pulau Dua berstatus dilindungi, satu spesies di antaranya termasuk dalam kategori langka dan terancam punah endangered yakni Baintayung Fregata andrewsi, satu spesies rentan vulnerable yakni Bluwok Mycteria cinerea, dan satu spesies langka rare yakni Kacamata Zosterops flavus. Persoalan utama yang dihadapi cagar alam Pulau Dua saat ini adalah tingginya tingkat konversi lahan yang menyebabkan semakin jauhnya jarak antara breeding area dengan feeding area Douven, 1999; Glimmerveen, 2001. Kondisi ini mendorong burung-burung melakukan migrasi untuk mencari breeding area yang baru. Bila feeding area menjadi semakin tidak memadai, bisa dipastikan eksistensi Pulau Dua sebagai habitat burung akan hilang karenanya. Tingginya aktivitas antropogenik juga telah menimbulkan tekanan yang berat bagi keberlanjutan ekosistem di pesisir Teluk Banten. Beberapa faktor yang berkaitan dengan aktivitas antropogenik dan relevansinya dengan kerusakan ekosistem pesisir dan laut disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Tekanan antropogenik dan relevansinya dengan kerusakan ekosistem pesisir dan laut Teluk Banten No. Tekanan antropogenik Jenis ekosistemkomponen ekosistem Karang Lamun Burung Kerapu 1. Perusakan mangrove - - - 2. Reklamasi pantai - - - 3. Volume limbah 4. Sedimentasi - 5. Gangguan Pulau Dua - - - 6. Feeding area 7. Penambangan karang - - 8. Coral fisheries - - 9. Bondet fishery - - 10. Penangkapan kerapu - 11. Penambangan pasir laut - Douven 1999 dengan beberapa modifikasi Keterangan: -=tidak relevan, =relevan, =penting 4.3 Kondisi Sosial Ekonomi 4.3.1 Kependudukan