perairan, tetapi merubah kualitas lingkungan dengan turunnya oksigen terlarut untuk perombakan bahan-bahan organik. Beberapa jenis limbah mungkin
mengalami bioakumulasi sehingga permasalahannya menjadi sangat lama. Limbah industri merupakan land-based pollutants yang telah terbukti
menimbulkan kerusakan lingkungan laut secara signifikan MacDonald, 2005. Limbah industri berpotensi menyebabkan terjadinya eutrofikasi, sebuah fenomena
di mana perairan menerima kelebihan nutrient dan ditandai oleh adanya algal blooms red tides
. Berbagai jenis logam berat yang terdapat di dalam limbah industri misalnya arsen, kadmium, kobalt, kromium, merkuri dan seng
berpotensi menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan kronis pada manusia.
2.2.4 Degradasi dan Deplesi Sumberdaya Alam
Wilayah pesisir dan laut merupakan ekosistem yang kini tenga h mengalami permasalahan berat yang mengancam daya lenting resilience ekosistem tersebut
Turner et al., 1998. Permasalahan tersebut terutama menyangkut trade-off pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut, yaitu antara kepentingan ekonomi dan
preservasi ekologi. Worm 1998 mengatakan, bahwa pada umumnya permasalahan yang dihadapi wilayah ini berupa pencemaran, reklamasi pantai
serta pembangunan perkotaan dan infrastruktur terkait lainnya. Ekspansi coastal aquaculture
secara massive telah menimbulkan dampak sosial ekonomi dan biofisik yang besar. Kondisi itu terkait dengan hilangnya lahan basah pantai,
tingginya tingkat keasaman, salinisasi air tanah dan lahan pertanian serta hilangnya produk dan jasa yang dihasilkan oleh ekosistem alami Chua, 1992.
Di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, terdapat kecenderungan untuk mengeksploitasi sumberdaya alam termasuk sumberdaya
pesisir dan laut demi mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Setelah lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti oleh UU No. 32 Tahun
2004, kecenderungan tersebut justru nampak semakin besar. Nelson dan Geoghegan 2002, bahkan mengatakan bahwa para pengambil keputusan di
negara-negara sedang berkembang selalu dihadapkan pada persoalan klasik eksploitasi sumberdaya secara berlebih manakala pertumbuhan ekonomi atau
konservasi ekologi menjadi pilihan. Persepsi yang mengatakan bahwa sumberdaya
alam dapat dijadikan andalan bagi peningkatan PAD, sering menimbulkan fenomena pengurasan sehingga timbul bahaya lingkungan yang mengakibatkan
biaya sosial yang tinggi. UU No. 32 Tahun 2004 pada hakekatnya memberikan peluang kepada daerah untuk dapat mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya
alam yang ada bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah dan jaminan keseimbangan fungsi lingkungan.
Menurut Fauzi dan Anna 2005 degradasi dan deplesi sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut lebih banyak bersifat antropogenik disebabkan oleh
manusia baik berupa aktivitas produksi penangkapaneksploitasi maupun aktivitas non-produksi pencemaran limbah domestik dan industri. Degradasi
mengacu pada terjadinya penurunan kualitaskuantitas sumberdaya alam dapat diperbarui renewable resourcres. Deplesi mengacu pada terjadinya
pengurangan cadangan sumberdaya alam tak dapat diperbarui non-renewable resources
. Depresiasi digunakan untuk mengukur perubahan nilai moneter dari pemanfaatan sumberdaya alam pengukuran tingkat degradasi dan deplesi yang
dirupiahkan.
2.3 Pengembangan Wilayah Pesisir dan Laut 2.3.1 Dasar Pengembangan Wilayah