Padang Lamun Pengelolaan Lingkungan Wilayah Pesisir dan Laut Teluk Banten Berkelanjutan

Pulau Dua, di pantai timur Pulau Pamujan Besar, di sisi utara Pulau Lima dan di sepanjang pantai di Kecamatan Pontang dan Tanara. Hasil survei Tim PUSPICS Fakultas Geografi UGM pada tahun 2002 menunjukkan, bahwa mangrove di sisi tenggara pantai Pulau Panjang masih berada dalam kondisi yang baik dengan lebar zona mangrove mencapai 400 m. Pasokan lumpur dari sungai Ciujung yang terbawa oleh arus laut dinilai telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan mangrove di zona ini. Kondisi yang berbeda, dijumpai di zona mangrove di sepanjang pantai timur Teluk Banten. Zona mangrove di wilayah ini sudah semakin tipis kondisinya karena alih fungsi menjadi tambak Douven, 1999. Secara ekologis, kondisi ini dinilai merugikan karena menyebabkan penetrasi langsung sinar matahari, peningkatan suhu dan salinitas serta penurunan kadar oksigen sehingga merusak substrat lumpur sebagai habitat penting dari berbagai jenis ikan. Beberapa kelompok ikan bernilai ekonomi penting yang berasosiasi dengan mangrove di antaranya adalah udang dari genus Penaeus, yakni P. vannamei, P. stylirostris dan P. occidentalis. Spesies-spesies ini memiliki siklus migrasi tertentu dan sangat bergantung pada mangrove. Beberapa spesies moluska bernilai ekonomi penting yang juga bergantung pada mangrove di antaranya adalah Anadara tuberculosa, Anadara similis, Anadara grandis, Mytella guayanensis, Ostrea columbiensis dan Chione subrugosa Bell dan Cruz-Trinidad, 1996.

b. Padang Lamun

Padang lamun merupakan komunitas tumbuhan berbiji tunggal monokotil dari kelas angiospermae. Keunikan lamun dari tumbuhan laut lainnya terletak pada perakarannya yang ekstensif dengan sistem rhizome. Lamun berkembang di perairan dangkal dengan substrat lunak dan penetrasi cahaya matahari yang cukup. Sirkulasi air yang baik sangat penting bagi lamun karena akan memberikan pasokan nutrient dan membuang sisa-sisa metabolisme. Ekosistem lamun memiliki beragam potensi. Di antaranya adalah kemampuan untuk memperangkap trapped sedimen, menstabilkan substrat dasar dan menjernihkan air. Selain itu, lamun juga berfungsi sebagai sumber makanan langsung bagi kebanyakan hewan laut dan habitat bagi berbagai jenis hewan air. Lamun memiliki kemampuan untuk memindahkan unsur hara di permukaan sedimen dan mengikatnya menggunakan rhizome sehingga dasar perairan terjaga dari erosi. Lamun juga memiliki kemampuan menyaring bahan pencemar Supriharyono, 2002. Sebagai habitat penting perikanan, ekosistem lamun merupakan nursery ground bagi berbagai juvenile kerapu bernilai ekonomi tinggi seperti Ephinephelus bleekeri, E . fuscoguttatus, E. mera, E. Septemfasciatus, E. tauvina, dan Plectropoma sp. Berbagai spesies udang, kepiting dan kerang juga memanfaatkan lamun sebagai nursery ground, sementara beberapa spesies herbivora bernilai ekonomi penting seperti baronang dan duyungdugong memanfaatkan lamun sebagai feeding ground Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Banten dan PUSPICS Fakultas Geografi UGM, 2002. Studi yang dilakukan Tim PKSPL IPB pada bulan Juni 2004 menemukan delapan jenis tumbuhan lamun di perairan di Teluk Banten, yakni Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Halophila minor, Syringodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii . Jenis lamun yang dominan di wilayah ini adalah Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii. Menurut studi itu, luas total padang lamun di perairan Teluk Banten mencapai 366,9 ha dan terdistribusi di beberapa lokasi seperti disajikan pada Tabel 10. Hasil studi itu juga menunjukkan bahwa kerapatan rata- rata lamun di perairan Teluk Banten berkisar antara 40 sampai 3.920 individum 2 . Kerapatan tertinggi ditemukan pada jenis Syringodium isoetifolium, kerapatan terendah pada jenis Enhalus acoroides dan Halodule uninervis. Distribusi padang lamun yang terkonsentrasi di pantai barat Teluk Banten dan berdekatan dengan lokasi permukiman dan perindustrian, dinilai Glimmerveen 2001 semakin membuat rentan kondisi ekosistem ini. Semakin terdesaknya ekosistem lamun oleh aktivitas reklamasi juga ditunjukkan Douven 1999. Aktivitas reklamasi yang berlangsung intensif berdampak pada terjadinya pergeseran garis pantai ke arah laut yang pada akhirnya mendesak keberadaan ekosistem lamun. Tabel 10. Distribusi padang lamun di perairan Teluk Banten Bapedal Propinsi Banten dan PKSPL IPB 2004

c. Terumbu Karang