27
matematis. Aspek keempat, diskusi discussing, di dalam diskusi siswa dapat mengungkapkan dan merefleksikan pikiran-pikiran berkaitan dengan materi yang
sedang dipelajari. Dalam diskusi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan lebih berkwalitas, kelebihannya antara lain; a dapat mempercepat pemahaman materi
pembelajaran dan kemahiran menggunakan strategi; b membantu siswa meng- kotruksikan pemahaman matematika; c menginformasikan bahwa para ahli
matematika biasa tdak memecahkan masalah sendiri-sendiri tetapi mem-bangun ide bersama pakar lainnya dalam satu tim, dan d membantu siswa menganalisis
dan memecahkan masalah secara bijaksana. Aspek kelima, menulis writing, menulis merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan
dan mengreflesikan pikiran, yang dituangkan dalam media. Menulis adalah alat yang bermanfaat dari berfikir, karena siswa memperoleh pengalaman matematika
sebagai suatu aktivitas yang kreatif, dengan menulis siswa menstranfer pengetahuan yang dimilikinya ke dalam bentu tulisan.
Kemampuan komunikasi matematis siswa bisa dikembangkan dengan berbagai
cara, salah satunya dengan melakukan diskusi kelompok. Brenner 1998 menemukan bahwa pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan
pengembangan kemampuan komunikasi matematis. Adanya kelompok- kelompok kecil, maka intensitas seseorang siswa dalam mengemukakan
pendapatnya akan semakin tinggi. Hal ini akan memberi peluang yang besar bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya. Pada
penelitian ini, kemampuan komunikasi matematis akan diukur melalui kemampuan siswa dalam mengungkapkan kemampuan komunikasi matematisnya
secara tertulis. Setiap permasalahan matematika, pengukuran kemampuan
28
komunikasi secara tertulis dilakukan dengan indikator-indikator yaitu kemampuan menyatakan dan mengilustrasikan ide matematika ke dalam bentuk model
matematika seperti bentuk persamaan, notasi, gambar dan grafik, atau sebaliknya.
4.2 Penilaian Kemampuan Komunikasi Matematis
Kemampuan komunikasi matematis siswa tersebut dapat diketahui setelah pemberian skor terhadap kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal
komunikasi matematis. Pemberian skor kemampuan komunikasi matematis siswa didasarkan pada efektifitas, ketepatan, dan ketelitian siswa dalam menggunakan
bahasa matematika seperti model, simbol, tanda, danatau representasi untuk menjelaskan operasi, konsep, dan proses. Pedoman penskoran tersebut merupakan
modifikasi dari pedoman penskoran Maryland Math Communication Rubric yang dikeluarkan oleh Maryland State Department of Education 1991 berupa holistic
scale untuk kelas 8 matematika. Sementara itu, menurut Cai, Lane dan Jacabscin 1996: 240, untuk mengungkapkan kemampuan komunikasi matematis dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti diskusi dan mengerjakan berbagai bentuk soal, baik pilihan ganda maupun uraian. Menurut Ansari 2003: 18, soal uraian
yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa antara lain dapat berupa soal uraian berbentuk transfer, eksploratif, elaboratif,
aplikatif, dan estimasi. Berikut ini diberikan contoh masing-masing bentuk soal tersebut.
1 Soal berbentuk transfer
Contoh: Atap sebuah rumah berbentuk limas. Alasnya berbentuk persegi panjang dengan panjang 20 m dan lebar 10 m. Jika tinggi limas 2 m, berapa
29
meter luas atap rumah tersebut? Soal yang menyangkut masalah lain yang diselesaikan dengan cara matematika.
2 Soal bentuk eksporatif
Contoh: Sebuah tangki berbentuk balok dengan alas berukuran 60 cm x 25 cm diisi air setinggi 14 cm. Jika 3.507 liter air ditambahkan ke dalam tangki itu,
tentukan kenaikan air dalam tangki. 3
Soal bentuk elaboratif Contoh:
Pernahkah kamu berkemah? Berbentuk apakah tenda yang kamu pakai? Bila tenda yang kamu pakai seperti gambar tenda di atas, dapatkah kamu
menghitung luas kain terkecil yang diperlukan untuk membuat tenda itu? Cobalah hitung
4 Soal bentuk aplikatif
Contoh: Diketahui balok dengan ukuran panjang 10 cm, lebar 7 cm dan tinggi 5 cm. Carilah:
a. Berapakah volume balok tersebut? b. Jika panjang, lebar dan tinggi balok tersebut bertambah 3 cm, berapakah
volume balok sekarang? Berapa pertambahan volumenya? c. Jika panjang bertambah 4 cm, lebar bertambah 3 cm dan tinggi bertambah
2 cm, berapakah volume balok sekarang? Berapa pertambahan volume- nya?
d. Buatlah sketsa gambar balok yang menunjukkan pertambahan itu
30
5 Soal bentuk estimasi
Contoh: Gambarlah balok ABCD.EFGH. Gambarlah jaring-jaring balok serta berilah nama untuk setiap titik sudutnya, bila balok itu diiris sepanjang rusuk-
rusuk: a.
EG, EH, HD, HG, EF, CG dan BF . b.
EA, BF, AB, EH, FG, DG dan CG . c.
AB, AC, BD, BF, CH, EH dan FG . 5. Aktivitas Belajar
5.1 Pengertian Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas belajar memiliki beberapa yang berorientasi pada
pandangan ilmu jiwa, yakni pandangan dari ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama aktivitas didominasi oleh guru, sedangkan
menurut pandangan ilmu jiwa modern aktivitas belajar didominasi oleh siswa. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengekplorasi secara luas dengan objek yang dialami dan lingkungan belajar. Dengan demikian proses kontruksi
pembelajaran pengetahuan yang terjadi akan lebih baik. Pada perinsip belajar adalah berbuat mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan, tidak ada
belajar kalau tidak ada aktivitas. Jadi aktivitas belajar sangat erat hubungan nya dengan interaksi siswa. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan, pengertian
aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, dan perhatian dalam interaksi kegiatan belajar di dalam kelas guna menunjang
31
keberasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.
5.2 Jenis-jenis Aktivitas belajar
Menurut Diedric Sardiman, 2011: 101 ada delapan jenis belajar yang digolongkan. Jenis pertama yaitu visual activities, yang termasuk di dalamnya
misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. Jenis kedua yaitu oral activities, seperti menyatakan merumuskan,
bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi. Jenis ketiga yaitu listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
musik dan pidato. Jenis keempat yaitu writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin. Jenis kelima yaitu drawing activities,
menggambar, membuat grafik, peta, diagram. Jenis keenam yaitu motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan, membuat kontruksi,
model, mereparasi, berkebun, berternak. Jenis ketujuh yaitu mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, mengambil keputusan. Dan jenis kedelapan yaitu emotinal activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani, tenang.
Berdasarkan berbagai pengertian jenis aktivitas di atas, berpendapat bahwa dalam
belajar sangat dituntut keaktivan siswa. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan yang langsung dibimbing seorang tutor sebaya dan tugas guru hanyalah
untuk mengarahkan. Begitu pula dalam penelitian ini, model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tutor sebaya dapat meningkatkan komunikasi
matematis dan aktivitas belajar siswa.