Pendugaan Laju Erosi TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum DAS dan DAS Citarum

5. Erosi selokan, merupakan kelanjutan dari erosi alur, akibat runtunya terowongan atau saluran di bawah tanah, akibat terjadinya longsor yang arahnya memanjang 6. Erosi gerak massa tanah, erosi ini dapat berbentuk rayapan, longsoran, runtuhan batu atau aliran lumpur.

C. Pendugaan Laju Erosi

Menurut Asdak 1995, praktek bercocok tanam bersifat merubah keadaan penutupan lahan, dan oleh karenanya, dapat mengakibatkan terjadinya erosi permukaan pada tingkat atau besaran yang bervariasi. Dari beberapa metode yang digunakan untuk memprakirakan besarnya erosi permukaan, metoda Universal Soil Loss Equation USLE yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith 1978 adalah metode yang paling umum digunakan untuk memprakirakan besarnya erosi dengan bentuk rumus : A = R K L S C P ......................................................................................... 1 dimana A adalah besarnya kehilangan tanah per satuan luas lahan tonhathn, R adalah faktor erosivitas curah hujan, K adalah faktor erodibilitas untuk tanah, L adalah faktor panjang kemiringan lereng, S adalah faktor gradien kemiringan lereng, C adalah faktor cara bercocok tanam pengelolaan tanaman dan P adalah faktor praktek konservasi tanah. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Faktor Erosivitas Hujan Asdak 1995 menyatakan tenaga pendorong yang menyebabkan terkelupas dan terangkutnya partikel – partikel tanah ke tempat yang lebih rendah dikenal dengan istilah erosivitas hujan. Kemampuan air hujan sebagai penyebab terjadinya erosi adalah bersumber dari laju dan distribusi tetesan air hujan, dimana keduanya mempengaruhi besarnya energi kinetik air hujan. Faktor erosivitas hujan merupakan hasil perkalian antara energi kinetik E dari suatu kejadian hujan dengan intensitas hujan maksimum 30 menit I 30 . 2. Faktor Erodibilitas Tanah Faktor erodibilitas tanah menunjukkan resistensi partikel tanah terhadap pengelupasan dan transportasi partikel – partikel tanah tersebut oleh adanya energi kinetik air hujan. Meskipun besarnya resistensi tersebut di atas akan tergantung pada topografi, kemiringan lereng dan besarnya gangguan oleh manusia. Besarnya erodibilitas juga ditentukan oleh karakteristik tanah seperti tekstur tanah, stabilitas agregat tanah, kapasitas infiltrasi, dan kandungan organik dan bahan kimia tanah. 3. Faktor Panjang Lereng L dan Kemiringan Lereng S Faktor indeks topografi L dan S, masing – masing mewakili pengaruh panjang dan kemiringan lereng terhadap besarnya erosi. Panjang lereng mengacu pada aliran air permukaan, yaitu lokasi berlangsungnya erosi dan kemungkinan terjadinya deposisi sedimen. Pada umumnya, kemiringan lereng diperlakukan sebagai faktor yang seragam. 4. Faktor Pengelolaan Tanaman C Faktor pengeloalaan tanaman adalah rasio rata – rata kehilangan tanah dari tahun yang ditanami dengan pengelolaan tertentu terhadap rata – rata kehilangan tanah yang diolah tanpa tanaman, pada tanah, lereng dan curah hujan yang sama. Semakin baik perlindungan permukaan tanah oleh tanaman pangan vegetasi semakin rendah tingkat erosi Departemen Kehutanan, 1998. Selanjutnya, nilai faktor C dipengaruhi oleh banyaknya peubah yang dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu peubah alami dan peubah – peubah yang dipengaruhi oleh sistem pengelolaan. Peubah alami adalah iklim dan fase pertumbuhan tanaman. Sedangkan peubah – peubah yang dipengaruhi oleh sistem pengelolaan tanaman adalah tajuk tanaman, mulsa tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah dan pengelolaan tanah. Nilai faktor C berkisar antara 0,001 pada hutan tak terganggu hingga 1 pada tanah kosong yang diolah searah lereng. 5. Faktor Tindakan Konservasi Tanah P Faktor tindakan konservasi tanah adalah rasio rata – rata kehilangan tanah dari lahan yang mendapat perlakukan konservasi tanah terhadap rata – rata kehilanagn tanah dari lahan yang diolah tanpa tanaman, pada tanah, lereng dan curah hujan yang sama. Penerapan teknik konservasi tanah di lapangan dilakukan untuk mengamankan tanah dan tanaman dari bahaya erosi, sehingga faktor konservasi tanah P biasanya sudah menjadi satu dengan nilai faktor pengeloalaan tanaman C atau menjadi CP Arsyad, 2000.

D. Sedimen