Hubungan debit, debit sedimen dan curah hujan

2. Hubungan debit, debit sedimen dan curah hujan

Dengan melakukan pengukuran debit dan konsentrasi sedimen secara berulangkali seperti yang tercantum pada Lampiran 10, dapat diperoleh persamaan yang menggambarkan hubungan debit dan sedimen, yaitu : Qs = 0.078 x Q 1.61 ………………………………………………………… 14 Keterangan : Qs = Debit sedimen tonhahari Q = Debit m3detik Model persamaan ini menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar 93,3 , hal ini berarti 93,3 sedimen dapat diduga dengan menggunakan informasi debit. Hasil regresi hubungan debit dan sedimen tercantum pada Lampiran 16. Gambar 24. Hubungan Debit dan Debit Sedimen Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan 13, dapat diketahui debit rata – rata yang terjadi pada tahun 2003 sebesar 0.1398 m3detik dan pada tahun 2004 mengalami kenaikan menjadi sebesar 0.2082 m3detik. Kenaikan debit ini diikuti oleh kenaikan debit sedimen pada DTA Cilebak. Pada tahun 2003 debit sedimen adalah sebesar 2.47086 tonhatahun dengan rata – rata debit sedimen perhari mencapai 0.00699 tonhahari . Pada tahun 2004 terjadi peningkatan debit sedimen yang cukup besar yaitu mencapai 9,08534 tonhatahun dengan rata – rata debit sedimen perhari sebesar 0.0251 0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500 Q m3s Q to n h ar i Q = 0.079 x Q 1.61 R 2 = 0.93 tonhahari. Pengukuran debit sedimen tahun 2003 dan 2004 tercantum dalam Lampiran 17 dan Lampiran 18. Nilai debit sedimen melayang secara umum relatif besar. Hal ini menggambarkan kondisi biogeofisik sebagian besar DTA Cilebak relatif mengalami gangguan terutama pada kondisi hidrologisnya yang diduga akibat perluasan lahan terbuka terutama semak belukar dan rendahnya kerapatan hutan maupun penggunaan lainnya yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Bahkan ditambah oleh kondisi lereng yang relatif bergelombang dan curam dan pola jaringan sungai yang berbentuk dendritik yang bersifat cepat mengalirkan limpasan air sungai. Hujan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan maupun penurunan debit dan debit sedimen. Untuk mengetahui pengaruh hujan terhadap debit dan debit sedimen maka dapat diketahui berdasarkan data curah hujan, debit dan debit sedimen tahun 2003 dan 2004 seperti terlihat pada Gambar 25. Gambar 25. Grafik hubungan curah hujan, debit dan debit sedimen Berdasarkan Gambar 25 diketahui bahwa debit aliran memiliki kolerasi positif dengan debit sedimen. Semakin tinggi debit sungai semakin tinggi pula debit sedimen, begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan semakin tinggi debit sungai maka kecepatan arus sungai akan semakin meningkat sehingga endapan yang berada pada dasar sungai dan tanah yang terkikis oleh pengikisan arus sungai akan terbawa. 5 10 15 20 25 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Bulan Q d a n Qs m 3 s 50 100 150 200 250 300 CH m m CH bulanan Q bulanan Qs bulanan Hal tersebut sesuai dengan pendapat Soewarno 1991 yang menyatakan dasar sungai biasanya tersusun oleh endapan dari material angkutan sedimen yang terbawa oleh aliran sungai dan material tersebut dapat dapat terangkut kembali apabila kecepatan aliran cukup tinggi. Besarnya angkutan sedimen terutama tergantung pada perubahan kecepatan aliran. Angkutan sedimen dapat bergerak, bergeser di sepanjang sungai, tergantung pada komposisi sedimen ukuran dan berat jenis dan kondisi aliran kecepatan dan kedalaman aliran. Hujan maksimum merupakan jumlah hujan terbesar yang terjadi pada suatu waktu tertentu. Berikut ini merupakan tabel yang menggambarkan hujan maksimum setiap bulannya dengan debit yang ditimbulkan pada tahun 2004. Tabel 18. Hubungan curah hujan maksimum terhadap debit tahun 2004 Sifat hujan akan berpengaruh terhadap debit, terutama jumlah, intensitas dan lama hujan. Tingginya curah hujan tidak selalu diikuti oleh kenaikan debit. Hal ini terjadi karena pengaruh curah hujan yang tinggi, hujan dengan durasi panjang dan intensitas yang tinggi akan mengakibatkan peningkatan debit secara positif, tetapi hujan dengan durasi yang lama tetapi intensitas hujan yang kecil tidak memberikan pengaruh peningkatan debit. Hal ini dikarenakan tanah tidak menjadi jenuh dengan cepat sehingga limpasan yang terbentuk kecil karena air lebih banyak meresap ke dalam tanah. Curah hujan maksimum pada tahun 2004 terjadi pada bulan April sebesar 59,7 mm mampu menghasilkan debit puncak sebesar 10,306 m3s. Sedangkan hujan maksimum Bulan CH maks mm Debit m3s Januari 30,7 0,226 Februari 31,4 0,106 Maret 23,7 2,888 April 59,7 10,306 Mei 29,1 3,266 Juni 8,3 0,308 Juli 3,4 0,308 Agustus 2,5 0,106 September 32,2 0,106 Oktober 11,3 0,106 November 50,9 0,159 Desember 45,6 0,106 terkecil terjadi pada bulan Agustus sebesar 2,5 mm dengan debit puncak 0,106 m3s. Terlihat pada tabel, pada curah hujan yang mulai meningkat setelah bulan kering Mei – Oktober tidak disertai oleh peningkatan debit dan debit sedimen yang drastis. Pada saat ini laju infiltrasi tanah masih tinggi. Rasio debit terhadap hujan pada tahun 2003 adalah sebesar 21,62 sedangkan pada tahun 2004 sebesar 24,36. Dengan menggunakan persamaan pada neraca air, dimana presipitasi merupakan jumlah dari debit dan evapotranspirasi, maka berdasarkan rasio tersebut dapat diketahui hujan yang turun pada tahun 2003 sebesar 21,62 dan tahun 2004 sebesar 24,36 menjadi debit sedangkan sisanya teruapkan melalui evapotranspirasi dan masuk ke dalam tanah. Hal ini selain dipengaruhi curah hujan juga dipengaruhi oleh karakteristik penggunaan lahan di DTA Cilebak. DTA Cilebak didominasi oleh kawasan hijau hutan, semak belukar dan ladangtegalan seluas 341,034 Ha, sedangkan kawasan pemukiman dan sawah yang jenuh atau sulit ditembus air sebesar 61,416 Ha. Kemampuan tumbuhan hijau untuk menguapkan air mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menentukan neraca air di DTA Cilebak. Hal ini akan mengurangi air yang akan menjadi limpasan dan mengisi air tanah, selain itu pada kondisi hujan dengan durasi dan intensitas yang tinggi kawasan hijau terutama hutan akan dapat meresapkan air dengan baik karena kondisi perakaran yang kuat dan adanya serasah penutup tanah.

3. Hidrograf