I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Erosi merupakan salah satu penyebab terbesar kerusakan tanah di Indonesia. Tanah tererosi dapat mengalami penurunan kesuburan tanah,
longsor, sedimentasi maupun dampak negatif lainnya. Melihat besarnya
pengaruh yang ditimbulkan oleh erosi maka sangatlah penting untuk dapat menduga besar erosi yang terjadi. Informasi mengenai daerah rawan erosi
dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan dalam penentuan tata ruangwilayah sehingga setiap pelaksanaan kegiatan yang bermaksud
mengurangi tutupan lahan pada suatu tempat dapat diiringi dengan kajian kesesuaian penggunaan lahan.
USLE Universal Soil Loss Estimation merupakan metode pendugaan
erosi yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith 1978 pada lahan pertanian di Amerika Utara. Dalam perkembangannya model ini diaplikasikan
untuk menduga erosi pada lahan kehutanan, daerah aliran sungai, pemukiman, jalan, daerah pertambangan dan sebagainya. Pengembangan model ini yang
diaplikasikan di luar daerah asalnya dengan kondisi yang berbeda dapat menghasilkan nilai prakiraan yang berbeda. Untuk mengetahui sejauh mana
tingkat keakuratan metode USLE pada skala yang lebih besar, dalam hal ini adalah Daerah Aliran Sungai DAS maka perlu dilakukan perbandingan
dengan melakukan pengukuran erosi secara nyata di lapangan. Pengukuran erosi dilakukan pada unit Stasiun Pengamatan Aliran Sungai SPAS yang
terletak pada outlet suatu DAS. Selain menduga erosi, dengan metode ini dapat diketahui karakteristik DAS melalui analisis hidrologi DAS tersebut.
Daerah Aliran Sungai bagian hulu merupakan kawasan yang harus dipertahankan sebagai daerah resapan. Hal ini dikarenakan DAS bagian hulu
merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS. Peran Daerah Aliran Sungai DAS
Citarum sebagai tempat keberadaan tiga waduk besar Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang menghasilkan daya listrik, mengairi jaringan irigasi pertanian,
penghasil sumber air minum, sumber air bagi bahan baku industri memiliki
fungsi strategis sebagai penyangga kehidupan masyarakat dan keseimbangan ekosistem daerah tersebut.
Daerah Tangkapan Air DTA merupakan bentuk mikro DAS yang dapat mewakili proses yang terjadi pada DAS secara keseluruhan. Oleh karena itu
pengukuran pada mikro DAS diasumsikan dapat mewakili keadaan DAS yang sebenarnya. Dengan mengetahui karakteristik biofisik DTA berikut tingkat
bahaya erosi dan sedimentasinya maka dapat dilakukan tindakan pengelolaan yang diperlukan berupa pengendalian laju erosi tanah dan rehabilitasi lahan.
Sistem Informasi Geografis SIG merupakan suatu sistem berbasis komputer yang merupakan salah satu teknologi yang banyak digunakan pada
saat ini dalam melakukan analisis terhadap pengelolaan sumberdaya alam. Pemanfaatan SIG cocok digunakan untuk keperluan prediksi maupun
penggunaan data untuk melakukan perencanaan maupun pengelolaan DAS. Dengan pemanfaatan SIG diharapkan akan mempermudah pengelola dalam
melakukan pengelolaan DAS yang lestari.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Menghitung dan membandingkan hasil pendugaan erosi dengan menggunakan metode USLE dan Unit SPAS
2. Melakukan analisis data SPAS untuk mengetahui karakteristik DTA
Cilebak 3.
Melakukan analisis hidrologi DTA Cilebak 4.
Melakukan aplikasi tekhnologi Sistem Informasi Geografis SIG untuk pendugaan erosi
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai kondisi hidrologis, karakteristik biofisik dan tingkat bahaya erosi
pada Daerah Tangkapan Air Cilebak, Sub DAS Citarum Hulu kepada pemerintah maupun instansi terkait untuk pengelolaan ke arah yang lebih
baik.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum DAS dan DAS Citarum