B. Topografi
Topografi DTA Cilebak dapat digambarkan dengan menggunakan analisis Digital Elevation Model
DEM. Dengan menggunakan DEM dapat diketahui kemiringan lereng yang terdapat pada daerah penelitian. Kemiringan lereng
diturunkan dengan menggunakan metode Horn yang menduga kemiringan lereng pada topografi yang beragam. Luasan kemiringan lereng dapat dilihat
pada Tabel 8 dengan sebarannya pada Lampiran 3. Tabel 8. Persentase kemiringan lereng
Berdasarkan Tabel 8. dapat diketahui bahwa pada daerah penelitian mempunyai kelerengan yang bervariasi dari datar sampai sangat curam.
Daerah yang datar sampai bergelombang pada umumnya terdapat pada dataran dan kaki bukit. Sedangkan lahan yang curam sampai sangat curam pada
umunya terdapat di lereng bawah, tengah dan atas daerah perbukitan dan gunung.
Secara garis besar kawasan ini merupakan daerah perbukitan dan gunung yang didominasi oleh kelas lereng bergelombang sebesar 119,49 Ha 29,85.
Pada tempat kedua, luasan kemiringan lereng tertinggi merupakan kemiringan lereng dengan kriteria curam yaitu sebesar 102,19 Ha 25,53. Kemiringan
lereng menentukan volume, kecepatan daya rusak maupun angkutan pada suatu lahan. Kemiringan yang semakin curam akan memperbesar peluang
terjadinya erosi. Daerah ini memiliki potensi terjadinya erosi yang cukup tinggi apabila dalam pemanfaatannya tidak memperhatikan aspek – aspek
konservasi tanah dan air, sehingga perlu dilakukan suatu tinjauan dalam menentukan pola penggunaan lahan yang sesuai agar dapat meminimumkan
erosi tanah yang terjadi.
No. Kelas Lereng Kriteria
Luas Ha Persentase
1. 2.
3. 4.
5. 0 – 8
8 – 15 15 – 25
25 – 40 40
Datar Landai
Bergelombang Curam
Sangat Curam 73,07
82,00 119,49
102,19 23,49
18,26 20,49
29,85 25,53
5,87
Total 400,24 Ha
100
Secara fisiografis daerah penelitian memiliki tingkat penyebaran ketinggian yang beragam. Variasi ketinggian berkisar antara 837,5 mdpl
sampai dengan 1937,5 mdpl yang tersusun oleh unit-unit dataran, perbukitan dan pegunungan rendah Lampiran 4.
C. Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan dari hasil pengukuran pada Stasiun Pengamat Aliran Sungai SPAS selama 2 tahun 2003 – 2004 dapat
diketahui bahwa curah hujan tahunan rata – rata adalah sebesar 1403,7 mm, dengan rata – rata curah hujan bulanan sebesar 117.
Sebaran curah hujan pada daerah penelitian terlihat perbedaan musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pada umumnya dimulai pada bulan
November – April, sedangkan bulan kering dimulai pada bulan Mei – Oktober. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 12, yang memperlihatkan curah
hujan rata – rata bulanan. Perhitungan curah hujan harian tahun 2003 dan tahun 2004 dapat diketahui pada Lampiran 5 dan 6.
Gambar 12. Grafik rata – rata hujan bulanan
D. Tanah dan Geologi