Proses Pengolahan Tebu Menjadi Gula

lebih rendah dibandingkan 10 tahun sebelumnya 1983-1992 yang dapat mencapai 9,8 . Produktivitas gula yang dihasilkan PG-PG nasional selama 10 tahun terakhir 1993-2004 juga relatif rendah dengan rata-rata 5,12 tonha. Demikian juga produksi gula yang dihasilkan PG-PG tersebut relatif rendah dan cenderung menurun dengan rata-rata 3,3 persen per tahun Sekretariat Dewan Gula, 2004. Dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti Thailand, Cina, India, Jepang dan Philipina, rata-rata produktivitas tebu Indonesia sebenarnya relatif tinggi dan mendekati produktivitas Amerika Serikat. Namun dalam hal rata-rata rendemen dan rata-rata produktivitas gula, Indonesia menempati posisi terendah Tabel 2. Tabel 2. Rata-Rata Rendemen dan Produktivitas Gula Antar Beberapa Negara Produsen Negara Rata-rata Produktivitas tebu tonha Rata-rata Rendemen Rata-rata Produktivitas Gula tonha Jepang 64,09 11,53 7,41 Thailand 56,76 10,97 6,24 Cina 59,16 11,84 7,00 India 69,33 10,90 7,56 Philipina 60,70 8,26 5,00 Indonesia 70,13 7,06 4,95 USA 78,44 11,61 9,11 Sumber : Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan, 2003

2.4. Proses Pengolahan Tebu Menjadi Gula

Angka rendemen yang digunakan untuk menghitung hasil di pabrik gula adalah rasio antara hasil gula kristal hablur dengan bobot tebu yang digiling disebut rendemen nyata Anonim, 1984; LP IPB, 2002; Purwono, 2002. Jika dihitung dalam persentase, maka rendemen adalah kristal nyata diperoleh tebu digiling atau lebih dikenal dengan kristal nyata tebu Harisutji, 2001; Santoso dan Martoyo, 2000. Dengan demikian perhitungan rendemen nyata yang diperoleh dapat dilakukan dengan rumus: Bobot hablur Rendemen nyata = ------------------- x 100 Bobot tebu Dari perhitungan ini berarti gula yang diperoleh adalah hanya gula yang dihasilkan dalam bentuk kristal selama satu periode proses. Kenyataannya, selama proses terjadi kehilangan gula yang sangat dipengaruhi oleh efisiensi pabrik gula. Kehilangan gula selama proses kemungkinan terbawa dalam bagase ampas, filter cake blotong atau molases tetes LP IPB, 2002. Gula yang dapat dikristalkan merupakan bagian dari total padatan terlarut yang terkandung dalam tebu. Total padatan terlarut tersebut terdiri dari gula dan bukan gula Winter Carp dalam Meade dan Chen, 1977. Komposisi tebu secara umum dapat dilihat pada Tabel 3 berikut : Tabel 3. Komposisi Tebu Komponen tebu Air Zat padat : Sabut Zat padat terlarut Komposisi Nira : Gula Sakarosa Glukosa Fruktosa Garam-garam : Garam asam anorganik Garam asam organik Asam-asam organik bebas : Asam karboksilat Asam-asam amino Zat-zat organik non gula lain : Protein Amilum Gum Lilin, lemak Lainnya 73 – 76 24 – 27 11 – 16 10 – 16 padat zat terlarut : 75 – 92 70 – 88 2 – 4 2 – 4 3,0 – 7,5 1,5 – 4,5 1,0 – 3,0 0,5 – 2,5 0,1 – 0,5 0,5 2,0 0,5 – 0,6 0,001 – 0,050 0,3 – 0,60 0,05 – 0,15 3,0 – 5,0 Sumber : Meade dan Chen 1977 Penggilingan yang kurang baik menyebabkan sebagian gula masih terbawa dalam bagase. Pada saat proses pemurnian nira kotor menjadi nira jernih dapat terjadi kehilangan gula bersama dengan filter cake blotong. Kehilangan gula lainnya adalah pada saat pemisahan antara kristal gula dengan tetes Santoso, 1998. Kehilangan gula biasanya dinyatakan dalam pol tebu, pada pabrik-pabrik gula di Jawa Timur berkisar antara 1,5 hingga 2,5 Dinas Perkebunan Jawa Timur, 2005. Pada Gambar 1 disajikan secara ringkas alur pengolahan gula dan kemungkinan terjadinya kehilangan gula. Gambar 1. Alur Pengolahan Tebu Menjadi Gula Kristal

2.5. Cara Penetapan Rendemen Tebu di Indonesia Saat ini