4.3. Hubungan Rendemen Dengan Varietas
Setiap tanaman yang tumbuh merupakan tanggap dari tanaman itu sendiri, demikian pula dengan tebu. Mata tebu akan akan tumbuh bila keadaan dalam
tanaman maupun lingkungannya menunjang Tim Penulis PS, 2000. Pengaruh faktor luar misalnya pengurangan air sampai kurang 50 persen akan dapat
mengurangi pertumbuhan tunas cukup drastis Laoh, 1986. Pertumbuhan tanaman tebu terdiri dari lima fase Subagio, 1993, yaitu:
perkecambahan, pertunasan, perpanjangan, pemasakan dan pembungaan. Kedua fase terakhir bersamaan dengan masa penuaan tebu. Kelima fase tersebut
merupakan keadaan dari dalam tanaman tebu itu sendiri yang pada masing-masing fase membutuhkan keadaan lingkungan yang berbeda-beda.
Terkait dengan hal tersebut, varietas-varietas yang ditanam petani di wilayah PG Mojopanggung relatif seragam, yaitu jenis tebu Triton dan PS. Dari jenis Triton,
59,3 petani menanam tebu varietas Triton, sedangkan sisanya berupa varietas BZ dan BL. Sedangkan untuk jenis PS, terdapat 88,02 petani menanam tebu
varietas PS 851 dan 11,98 menggunakan PS 92-3092. Penggunaan varietas yang tidak banyak variasinya tersebut mengakibatkan hasil analisis statistik pada
selang kepercayaan 95 untuk kedua varietas tersebut tidak berbeda nyata, meskipun dalam persamaan regresi jenis tebu PS rendemennya lebih tinggi 0,016
poin dibanding jenis tebu Triton. Demikian pula halnya dengan lokasi tanam yang merupakan faktor luar tanaman,
yaitu lahan sawah dan tegalan. Berdasarkan persamaan regresi di atas, lahan sawah memberikan rendemen lebih tinggi 0,047 poin dibanding lahan tegalan,
namun dalam analisis ragam keduanya tidak berbeda nyata. Berdasarkan kondisi tersebut, hubungan antar komponen input varietas dan lahan
dengan rendemen yang dihasilkan dapat didiskripsikan seperti pada Tabel 14.
Tabel 14. Deskripsi pendugaan rendemen berbasis varietas Rendemen
Statistik PS
Triton Bukan PS Mean 8.491
8.265 Standard Error
0.072 0.252
Median 8.46 8.370
Standard Deviation 0.768
1.311 Range 5.44
4.7 Minimum 5.98
5.57 Maximum 11.42
10.27 Count 115
27 Confid. Level 95,0
0.142 0.519
Pada Tabel 14 di atas, rata-rata rendemen tebu varietas PS lebih tinggi 2,73 ketimbang varietas Triton dengan standar deviasi yang lebih rendah, yaitu 0,768
poin dibanding standar deviasi varietas Triton yang sebesar 1,311 poin.
4.3.1. Rendemen dan Varietas PS
Hubungan antara rendemen dengan varietas PS PS 851 dan PS 32-9032 dapat dilihat pada persamaan berikut :
Y = 0,273 - 0,054X1 + 0,316X2 + 0,009X3 - 0,167X4 + 0,002X5 - 0,003X6 – 0,015X7 + 0,462X8
Dimana : Y = Rendemen
X1 = Keprasan pada tingkat keprasan 0 sampai 5; X2 = Pupuk N tonha ZA;
X3 = Kompos tonha; X4 = NPK tonha;
X5 = Umur bulan;
X6 = Kotoran ; X7 = Kewayuan hari;
X8 = Brix Pada persamaan tersebut, peningkatan rendemen dipengaruhi oleh pemberian
pupuk N, kompos, umur tanaman dan brix. Komponen input lainnya, yaitu : keprasan, pemberian NPK, pertambahan kotoran terangkut, serta kewayuan
justeru akan mengakibatkan terjadinya penurunan nilai rendemen.
4.3.2. Rendemen dan Varietas Triton Bukan PS .
Untuk varietas bukan PS Triton, BZ dan BL, hubungan antar variabel dapat dilihat pada persamaan berikut :
Y = 0,663 - 0,048X1 + 0,160X2 + 0,019X3 - 0,086X4 + 0,012X5 - 0,021X6 – 0,065X7 + 0,440X8
Dimana : Y = Rendemen
X1 = Keprasan pada tingkat keprasan 0 sampai 5; X2 = Pupuk N tonha ZA;
X3 = Kompos tonha; X4 = NPK tonha;
X5 = Umur bulan; X6 = Kotoran ;
X7 = Kewayuan hari; X8 = Brix
Dari persamaan regresi di atas, tidak terdapat perbedaan komponen-komponen input yang mempengaruhi terjadinya peningkatan rendemen pada varietas bukan
PS maupun varietas PS, yaitu pemberian pupuk N, kompos, umur tanaman dan brix. Begitu juga halnya dengan komponen-komponen input yang memberikan
kontribusi negatif terhadap rendemen, yaitu keprasan, pemberian NPK, pertambahan kotoran terangkut, serta kewayuan.
4.4. Hubungan Rendemen Dengan Varietas Dan Lahan Irigasi