Jika pada pertanaman varietas bukan PS di lahan sawah, pemberian pupuk kompos akan mengakibatkan terjadinya penurunan rendemen, maka pada lahan
tegalan justeru akan meningkatkan rendemen yang dihasilkan. Faktor-faktor lainnya, yakni pupuk N, umur dan brix juga sama seperti pada lahan sawah akan
memberikan pengaruh positif terhadap rendemen. Dari persamaan-persamaan regresi di atas, terlihat adanya kesamaan pola
komponen-komponen input baik yang memberikan kontribusi positif terhadap rendemen, yaitu pemberian pupuk N, umur dan brix, kecuali untuk tanaman bukan
PS yang ditanam di lahan tegalan ditambah dengan pemberian pupuk kompos. Komponen-komponen input yang memberikan kontribusi negatif terhadap
rendemen yang dihasilkan juga mempunyai kesamaan pola antara varietas PS dan Triton bukan PS baik yang ditanam di lahan sawah maupun tregalan, yaitu :
keprasan, pupuk NPK, kotoran dan kewayuan
4.5. Korelasi Antar Variabel
Hasil analisis korelasi antara variabel-variabel bebas dengan rendemen disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Tingkat korelasi variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat Variabel Pearson
Correlation Sig.
2-tailed Kontribusi
Varietas 0.028
0.823 0.17
Tkt. Keprasan - 0.041
0.746 0.00
Pupuk N 0.307
0.012 4.63
Kompos - 0.029
0.064 -0.07 Pupuk NPK
- 0.029 0.170
0.16 Umur tebu
0.136 0.278
-0.11 Kotoran -
0.197 0.113 0.43 Kewayuan
- 0.611 0.000
13.02 Brix kebun
0.988 0.000
78.17 Jumlah kontribusi
96.40
n = 142 Korelasi signifikan pada level 0.01 2-tailed.
Korelasi signifikan pada level 0.05 2-tailed.
Tabel diatas merupakan hasil path analysis dengan SPSS-12. Hasil analisis diperoleh kontribusi rendemen terbesar adalah brix kebun 78,17, selanjutnya
kewayuan 13,02 , Pupuk N 4,63 dan efisiensi pabrik 1,6 . Oleh karena itu, untuk mendapatkan rendemen setinggi-tingginya keempat komponen tersebut
perlu diperhatikan secara seksama, khususnya kadar total padatan terlarut dalam tebu brix. Pada penelitian ini, kadar brix tertinggi 24,43 menghasilkan
rendemen yang sangat tinggi yaitu 11,42 , dicapai oleh jenis tebu PS 851 yang ditanam di lahan sawah dengan pemupukan 0,7 tonha dan digiling setelah 1 hari
tebang. Berdasarkan signifikansi korelasi antar variabel diatas, dapat dibuat persamaan
baru yang merupakan persamaan regresi berganda pendugaan rendemen berdasarkan pemupukan N, kewayuan dan brix, sebagai berikut :
Y = 0,198 + 0,226 X1 – 0,040 X2 + 0,451 X3
dimana : Y
= Rendemen X1
= Pemupukan N tonha ZA X2
= Kewayuan hari X3
= Brix Dari persamaan regresi diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap penambahan
pupuk N 0,1 tonhektar akan meningkatkan rendemen sebesar 0,226 poin, dan peningkatan nilai brix sebesar 1 akan berpengaruh meningkatkan rendemen
sebanyak 0,451 poin. Sementara itu, setiap terjadi penambahan 1 hari penundaan kewayuan giling akan mengakibatkan terjadinya penurunan nilai rendemen tebu
sebesar 0,04 poin.
4.6. Implementasi Hasil Penelitian
Penggunaan metoda sampling sebagai teknik penetapan rendemen secara individual petani merupakan teknologi yang paling siap untuk diterapkan dalam
upaya perbaikan industri gula di Indonesia saat ini. Penggunaan metoda krepyak mini sampler dapat diterapkan secara akurat untuk mengukur kualitas tebu
individual petani, khususnya untuk pabrik-pabrik gula berkapasitas kecil dengan meja tebu 1-2 buah seperti di PG Mojopanggung.
Teknik sampling dengan menggunakan alat core sampler dapat diterapkan pada pabrik-pabrik gula dengan kapasitas lebih besar. Hanya saja, karena penelitian ini
belum menggunakan alat yang sebenarnya baru berupa pendekatan yang representatif, perlu dilakukan pengujian-pengujian yang lebih intensif sebelum
diterapkan pada skala luas. Pendugaan rendemen tebu secara individual petani berdasarkan data komponen
input pupuk N, kewayuan dan brix dengan menggunakan persamaan regresi : Y = 0,198 + 0,226 X1 pupuk N – 0,040 X2 kewayuan + 0,451 X3 brix
dapat diterapkan pada perhitungan rendemen tebu rakyat yang dibina oleh pabrik gula. Hal tersebut dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan dan
kesalahan data yang dilaporkan. Petani tebu rakyat binaan sendiri TRS pabrik gula biasanya mengambil kredit ketahanan pangan KKP untuk budidaya tebunya
dengan menggunakan PG sebagai avalis. Dengan demikian, setiap tahapan budidaya yang dilakukan petani yang bersangkutan dapat dimonitor oleh pabrik
gula. Metode ini dapat diterapkan pada sekitar 60 - 70 tebu yang akan digiling pabrik yang berasal dari tebu rakyat. Data tebu rakyat binaan sendiri
TRS yang digiling di pabrik-pabrik gula lingkup PT Rajawali II Jawa Barat pada periode tahun 2002 sampai 2005 rata-rata sebesar 73,175 dari total luas tanam
tebu rakyat, atau seluas 7.080,75 hektar dari rata-rata total luas tanam tebu rakyat seluas 9.750 hektar Dinas Perkebunan Jawa Barat, 2006. Hal tersebut berarti
untuk wilayah kerja PT Rajawali II Jawa Barat, metoda penetapan rendemen berdasarkan komponen input dapat diterapkan pada lebih dari 70 tebu PTR.
Untuk bahan baku giling yang berasal dari luar binaan pabrik, metode penetapan rendemen berdasarkan data komponen input sangat riskan diterapkan, karena
pabrik tidak dapat mengetahui secara pasti kebenaran data yang dilaporkan.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data pengamatan penelitian teknik penetapan
rendemen individual, dapat disimpulkan bahwa metode penetapan rendemen dengan Pendekatan Core Sampler PCS dan Krepyak Mini Sampler KMS
merupakan metode penetapan rendemen secara individual petani yang layak diterapkan ditingkat pabrik. Hal tersebut disebabkan rata-rata hasil penetapan
rendemen dengan metoda PCS dan KMS tidak berbeda nyata dengan rendemen yang sebenarnya dan identik pula dengan rendemen yang dikeluarkan pabrik gula
pada tingkat kepercayaan 95 dan deviasi standar masing-masing sebesar 0,224 dan 0,552 . Dengan demikian, teknik KMS dan PCS dapat digunakan sebagai
alternatif pemecahan masalah penetapan rendemen yang lebih adil dan transparan serta mengukur prestasi petani secara individual dengan tingkat akurasi tinggi
yang dinyatakan dengan deviasi standar kurang dari 5. Perkiraan rendemen individual petani juga dapat dihitung jika komponen-
komponen input diketahui. Komponen-komponen input tersebut adalah varietas tebu yang digunakan, tingkat keprasan, pemupukan N, kompos, dan NPK,
tingkat kemasakan tebu umur tebu, kotoran ’trash’ yang terangkut dan ikut tergiling, penundaan giling sejak tebang kewayuan, irigasi sawah atau tegalan,
serta total padatan terlarut brix tebu yang diukur dikebun. Dugaan atas besaran rendemen tersebut dinyatakan melalui persamaan :
Y = 0,033 + 0,016X
1
- 0,002 X
2
+ 0,155 X
31
– 0,011 X
32
- 0,104 X
33
+ 0,022 X
4
– 0,007 X
5
– 0,034 X
6
+ 0,047 X
7
+ 0,448 X
8
dimana : Y = rendemen , X
1
= varietas PSbukan PS, X
2
= tingkat keprasan 0 sampai 5, X
31
= pupuk N tonha ZA, X
32
= pupuk kompos tonha, X
33
= pupuk NPK tonha, X
4
= umur tebu bulan, X
5
= kotoran , X
6
= kewayuan hari, X
7
= irigasi sawahtegalan, dan X
8
= brix kebun .
Dari komponen-komponen input tersebut, faktor yang paling berpengaruh adalah pemberian pupuk N, penundaan giling sejak tebang kewayuan dan brix kebun.
Berdasarkan ketiga faktor tersebut dapat dilakukan pendugaan rendemen melalui persamaan :
Y = 0,198 + 0,226 X1 – 0,040 X2 + 0,451 X3 dimana : Y = Rendemen , X1 = Pemupukan N tonha ZA, X2= Kewayuan
hari, dan X3 = Brix
5.2. Saran