1.2. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari teknik penetapan rendemen tebu alternatif yang akurat, terpercaya, obyektif dan mudah dilakukan
untuk penetapan rendemen tebu secara individual petani di pabrik gula. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk :
a. Melakukan pendugaan rendemen tebu secara individual petani melalui dua pendekatan, yaitu :
1 Mempelajari teknik penetapan rendemen tebu secara individual petani yang akurat, terpercaya serta mudah dilakukan di tingkat pabrik
2 Mengidentifikasi dan mempelajari faktor-faktor karakteristik tanaman tebu di tingkat kebun yang mempengaruhi rendemen serta mencari bentuk
hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan rendemen. b. Membuat model penetapan rendemen individual petani yang baik, mudah
diterapkan dan sesuai dengan kondisi pabrik gula Indonesia.
1.3. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah : a. Penelitian dilaksanakan di Pabrik Gula PG Mojopanggung, Tulung Agung –
Jawa Timur. b. Petani dan kebun tebu sampel merupakan petani yang menggilingkan tebunya
di PG tersebut pada musim giling 2005. c. Melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor input yang mempengaruhi
besarnya rendemen yang dihasilkan. d. Melakukan uji coba penetapan rendemen berdasarkan kondisi faktor-faktor
input yang mempengaruhi rendemen. e. Melakukan penentuan rendemen skala pabrik menggunakan sampling cara
“pendekatan core sampler” sebagai teknik penetapan rendemen individual petani.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut :
a. Menghilangkan kecurigaan dan meningkatkan kepercayaan petani kepada
pabrik gula untuk memasok tebu yang bermutu baik. b.
Tercipta suasana yang kondusif sehingga mendorong kedua belah pihak untuk membangun kemitraan yang lebih baik dalam rangka meningkatkan efisiensi
dan produktivitas industri gula. c.
Memicu gairah petani untuk meningkatkan kualitas tebu yang kemudian mendorong terjadinya peningkatan rendemen.
d. Peningkatan rendemen pada akhirnya akan dapat meningkatkan daya saing
industri gula serta peningkatan pertumbuhan wilayah.
2 PERMASALAHAN RENDEMEN TEBU
2. 1 Definisi-definisi
Berdasarkan modul penentuan rendemen tebu Harisutji, 2001 dan Cane Sugar Handbook Meade dan Chen, 1977 dapat didefinisikan istilah-istilah yang lazim
digunakan dalam penetapan rendemen tebu sebagai berikut : a. RENDEMEN Hablur tebu
Jumlah gula yang dapat dihasilkan setiap 100 bagian berat tebu. Pengertian rendemen disini adalah rendemen sementara, karena masih belum dikoreksi.
Untuk menghitung rendemen sementara digunakan rumus Hommes 1932 dalam Meade dan Chen, 1977, yaitu :
Rendemen = Nilai Nira perahan pertama NNPP x Faktor Rendemen. b. INDIVIDUAL
Yang dimaksud dengan individual dalam penelitian ini adalah setiap lori atau truk yang digunakan untuk mengangkut tebu yang akan digiling.
c. PETANI Pemilik tebu yang tebunya akan digiling.dan dimuat dalam lori atau truk
secara sendiri-sendiri, tidak bercampur dengan tebu orang lain. d. BRIX derajat brix,
o
bx Satuan yang menyatakan persen beratberat bb zat padat terlarut suatu
larutan. Bila larutannya adalah sakarosa murni, maka brix = sakarosa; tetapi bila tidak murni, maka brix selain terdiri dari sakarosa juga mengandung
zat padat terlarut lainnya. e. POL
pol Adalah konsentrasi gram solute100 gram larutan larutan sakarosa murni
dalam air. Untuk larutan sakarosa murni, maka pol = konsentrasi sakarosa; sedangkan untuk larutan yang terdiri dari sakarosa dan zat-zat optik lain, maka
pol merupakan jumlah aljabar rotasi zat-zat penyusunnya. Untuk nira yang “normal” kontribusi sakarosa sangat dominan, sehingga zat optik lainnya
dapat diabaikan. Dasar pengukurannya menggunakan satuan derajat gula internasional
o
Z
o
S
o
V. 100
o
Z = putaran optik suatu larutan “normal” sakarosa yang diukur pada 587 nm, 20
o
C dan tabung polarisasi 200 mm. Larutan “normal” sakarosa adalah larutan sakarosa murni 26.000 gram dalam
air murni yang dilarutkan pada 20
o
C hingga volume 100 ml. f. GULA
Produk utama pabrik gula yang merupakan butiran kristal “sakarosa” yang keluar dari masakan dan mengandung sedikit kotoran impurities. Kualitas
atau jenis gula antara lain dibedakan menurut derajat pol-nya. g. SAKAROSA
Gula murni, merupakan senyawa disakarida α- D- glucopyranosyl β- D-
fructofuranoside h. HARKAT KEMURNIAN HK, purity
Merupakan perbandingan persentase antara pol sakarosa dengan zat padat terlarut total brix.
HK pol = polbrix x 100 HK sakarosa = sakarosabrix x 100 i. NILAI NIRA
Suatu gambaran teoritis jumlah gula yang dapat dikristalkan dari suatu larutan gula nira dengan cara penghablurankristalisasi. Karena kristalisasi sangat
dipengaruhi oleh bahan-bahan bukan gula yang terbawa dalam larutan, maka tidak semua gula dalam larutan tersebut dapat dikristalkan. Semakin besar
bahan bukan gula semakin kecil gula yang dapat dikristalkan.
Untuk menghitung nilai nira digunakan rumus Winter Carp Meade dan Chen, 1977, yaitu :
Nilai Nira nn = pol – 0,4 brix – pol j. NILAI NIRA PERAHAN PERTAMA NNPP
Adalah nira yang keluar dari gilingan pertama, yang belum tercampur air imbibisi atau bahan-bahan lain.
k. TEBU Sugar Cane
Bahan baku dari Saccharum officinarum yang dikirim ke gilingan, termasuk didalamnya tebu bersih, kotoran trash dan bahan asing lain yang terbawa.
2.2. Analisis Brix dan Pol
Dalam analisis nira tebu dikenal istilah brix, pol, Harkat Kemurnian HK, nilai nira, rendemen sementara, dan rendemen tebu giling rendemen nyata, rendemen
realisasi atau rendemen efektif. Analisis Brix dan Pol merupakan dasar-dasar perhitungan dan kontrol pabrikasi pabrik gula. Dengan melakukan analisis ini
dapat diperkirakan jumlah gula yang akan diperoleh seorang pemilik tebu yang akan menggilingkan tebunya di pabrik gula.
2.2.1. Metode Analisis Brix
Analisis brix bisa menggunakan 3 tiga cara dengan menggunakan alat yang berbeda, yaitu Harisutji W., 2001 :
1 Cara refraktometris, dengan menggunakan alat refraktometer. Prinsip
kerja: sudut bias suatu sinar radiasi yang melalui larutan gula nira tergantung pada konsentrasi dan temperatur dari larutan tersebut. Dengan
temperatur konstan, konsentrasi brix larutan gula nira dapat diketahui dengan mengukur index bias larutan tersebut. Kalibrasi refraktometer brix
dengan menggunakan larutan sakarosa murni; 2
Cara timbangan hydrometer timbangan brix, dengan menggunakan alat timbangan brixbrix wegerbrix hydrometer. Prinsip kerja : gaya tekan ke
atas suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan larutan gulanira tergantung pada berat jenis larutan tersebut. Brix hydrometer dilengkapi
dengan thermometer dan koreksi pengukuran sesuai dengan suhunya. Cara kalibrasinya dengan menggunakan larutan sakarosa murni.
3 Cara piknometris, dengan menggunakan alat piknometer. Prinsip kerja :
brix larutan bisa ditemukan dengan mengukur berat jenisnya. Melalui tabel hubungan antara berat jenis dan brix larutan maka dapat dihitung brix
larutan.
2.2.2. Metode Analisis Pol
Salah satu cara melakukan analisis pol adalah dengan menggunakan alat yang disebut polarimetersakarimetersakaromat. Prinsip kerja : berdasarkan
pengukuran sudut pemutaran bidang polarisasi oleh larutan gula. Besarnya sudut putar tergantung pada konsentrasi larutan, ketebalan larutan yang dilewati sinar
panjang tabung polarisasi, temperatur dan panjang gelombang. Kalibrasinya dengan menggunakan standar tabung kwarsa yang mempunyai nilai putaran optik
yang tetap. Perhitungan persen pol menurut Winter Carp Meade dan Chen, 1977 :
pol = { 26 x
o
Z 100 x BJ } x 1,1. BJ = berat jenis nira, dihitung dari tabel hubungan antara brix dan BJ
o
Z = pembacaan derajat polarisasi
2.3. Rendemen dan Produksi Tebu