1 23
Sumber : Brry L., Jack K. Nelson Practical Measurements for Evaluation in Physical Education
1970:144-148
2.6 Unsur-unsur Dominan Pada Cabang - Cabang Olahraga
Dalam upaya melihat secara mendalam faktor-faktor utama yang berkaitan dengan prestasi dan pengidentifikasian bakat Kunts dan Florescu dalam Bompa
1990:342 mengidentifikasi 1 kapasitas motorik, 2 kapasitas psikologis, 3 kualitas biometrik termasuk pengukuran-pengukuran antrometrik dan jenis atau
bentuk tubuh. Meskipun tiga hal tersebut menggambarkan faktor- faktor utama untuk semua
cabang olahraga, namun memiliki penekanan yang berada untuk setiap cabang olahraga. Makin efektif sistem identifikasi bakat yang harus memulai dengan
karakterisasi olahraga, maka makin spesifik kemudian didasarkan pada analisis ini, untuk memisahkan faktor-faktor utama tersebut untuk memilih calon atlet.
Dalam Bompa 1990:339 mengidentifikasi bakat sebagai berikut:
Olahraga Jenis tes
Lari Cepat Waktu reaksi, Eksitabilitas otot-syaraf,
koordinasi, kemampuan mengatasi stress, perbandingan tinggi dan panjang tungkai.
Basket Tinggi dan lengan panjang, unaerobik,
koordinasi, dayatahan, intelegensi.
Senam Koordinasi,
kelentukan, kekuatan,
keseimbangan vestibuler,
kegigihan, kemampuan
mengatasi emosi
kemampuan anaerobik power, tinggi badan sedang dan pendek.
41
Sepak bola Koordinasi,
semangat kerjasama,
dayatahan mengatassi
stress dan
kelelehan, kapasitas
aerobik dan
anerobik, intelegensi. Bola volly
Tinggi badan, panjang lengan dan ukuran biacromial lebar, kapasitas anerobik dan
aerobik, daya tahan mengatasi mengatasi kelelahan dan stress, intelegensi.
Renang Densitas badan rendah, lengan panjang,
kaki lebar, bahu lebar, kapasitas aerobik dan anaerobik.
Balap Sepeda Kapasitas
aerobik tinggi,
memiliki kemampuan mengatsasi stress, ulet.
Judo Memiliki
koordinasi, waktu
reaksi, intelegensi, diameter misal lebar dan
jangkauan panjang. Menembak
Memiliki koordinasi visual motorik, kecepatan reaksi, konsentrasi, ketahanan,
kesimbangan emosi.
2.7 Pemanduan dan Pembinaan Bakat
Pemanduan bakat adalah suatu proses awal untuk mengidentifikasi keterbakatan anak yang pemanduan bakat diterapkan pada anak usia dini. Pembinaan
dan pengembangan olahraga sejak usia dini, yaitu periode anak kurang lebih 6 tahun, sampai dengan 14 tahun, pada hakekatnya merupakan bagian dari kebijaksanaan
nasional. Said Junaidi 2003: 1. Menurut Rusli Lutan 2000 : 11 Perkembangan olahraga juga dipengaruhi
oleh sistem pembinaan, apabila sistem pembinaan yang dilaksanakan berjalan dengan baik maka perkembangan olahraga juga akan lebih baik. Sistem pembinaan olahraga
berdasar pada 1 Pendidan jasmani dan organisasi, yang di dalamnya mencakup
42
program pendidikan di sekolah, rekreasi dan klub-klub olahraga dan struktur olahraga dan strukur organisasi dalam kepemerintahan dan 2 sistem latihan
2.7.1 Tahapan Pemanduan dan Pembinaan Bakat
Pemanduan dan pembinaan atlet usia dini dalam lingkup perencanaan untuk mencapai prestasi puncak, memerlukan latihan jangka panjang, kurang lebih berkisar
antara 8 s.d 10 tahun secra bertahap, kontinue, meningkat dan berkesinambungan dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1 pembibitan pemanduan bakat, 2
spesialisasi cabang olahraga, 3 peningkatan prestasi. Menurut KONI dalam Proyek Garuda Emas 2000: 11-12, rentang waktu setiap tahapan latihan, serta materi
latihannya adalah sebagai berikut : 1
Tahapan latihan persiapan, lamanya kurang lebih 3 s.d 4 tahun Tahap latihan persiapan ini, merupakan tahap dasar untuk memberikan
kemampuan dasar yang menyeluruh multilateral kepada anak dalam aspek fisik, mental dan sosial. Pada tahap dasar ini, anak sejak usia dini yang
berprestasi diarahkandijuruskan pada tahap spesialisasi, akan tetapi latihan harus mampu membentuk kerangka tubuh yang kuat dan benar, khususnya
dalam perkembangan biomotorik, guna menunjang peningkatan prestasi di tahapan latihan berikutnya. Oleh karena itu, latiahnnya perlu dilaksanakan
dengan cermat dan tepat. 2
Tahap latihan pembentukan, lamanya kurang lebih 2 s.d 3 tahun Tahap latihan ini adalah untuk merealisasikan terwujudnya profil atlet seperti
yang diharapkan, sesuai dengan cabang olahraganya masing-masing.
43
Kemampuan fisik, maupun teknik telah terbentuk, demikian pula keterampilan taktik, sehingga dapat digunakan dipakai sebagai titik tolak pengembangan,
serta peningkatan prestasi selanjutnya. Pada tahap ini, atlet dispesialisasikan pada salah satu cabang olahraga yang paling cocok sesuai bagiannnya.
3 Tahap latihan pemantapan, lamanya kurang lebih 2 s.d 3 tahun
Profil yang telah diperolah pada tahap pembentukan, lebih ditingkatkan pembinaannya, serta disempurnakan sampai ke batas optimal maksimal. Tahap
pemantapan ini merupakan usaha pengembangan potensi atlet semaksimal mungkin, sehingga telah dapat mendekati atau bahkan mencapai puncak
potensinya. Sasaran tahapan-tahapan pembinaan adalah agar atlet dapat mencapai pretasi
puncak, dimana pada umumnya disebut GOLDEN AGE usia emas. Tahapan ini didukung oleh program latihan yang baik, dimana perkembangannya dievaluasi
secara periodik.
2.7.2 Pembinaan Olahraga di Sekolah
Sekolah merupakan dasar pembinaan dan pengembangan olaharaga, baik pelajar maupun masyarakat pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari pembinaan
dan pengembangan olahraga nasional. Pembinaan lewat pembinaan olahraga Sekolah Dasar SD, Sekolah Menengah Pertama SMP, sekolah Menengah Atas SMA, dan
Perguruan Tinggi, adalah upaya terobosan untuk meningkatkan akselerasi dan mengajar ketingian pembinaan dan pembibitan olahraga prestasi. Pada prinsipnya,
pengembangan olahraga di masyarakat termasuk sekolah berpijak pada tiga
44
orintasi,yaitu olahraga sebagai rekreasi,olahraga sebagai kesehatan dan olahraga sebagai prestasi.Pembinaan prestasi olahraga melalui kegiatan di sekolah di gunakan
sebagai pembinaan olahraga prestasi. Tujuan dari pembinaan olahraga prestasi ini untuk menjaring siswa-siswi yang kompeten sejak dini,sehingga dapat di lakukan
pembinaan lebih awal dan dapat di lakukan secara berjenjang Debdikbud,1976 : 3
2.7.2.1 Intrakurikuler
Program intrakurikuler adalah mata pelajaran wajib di sekolah yang tujuan utamanya meningkatkan kesegaran jasmani, lebih menekankan pada pengenalan dan
kemampuan gerak dasar dan keterampilan dasar cabang-cabang olahraga.
2.7.2.2 Ekstrakurikuler
Program ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan olahraga yang dilakukan diluar jam pelajaran sekolah dengan tujuan untuk lebih mengembangkan keterampilan pada
satu cabang olahraga dengan pilihannya bakat dan kesenangannya. Program ini merupakan kelanjutan dari program intrakulikuler, dengna demikian pengembangan
program ekstrakulikuler harus berdasarkan pada cabang olahraga yang telah diajarkan di sekolah dasar yaitu :
1. Gerak dasar atletik,
2. Nomor-nomor atletik tertentu.
3. Senam dasar senam ketangkasan, senam irama,
4. Permainan kecil, dengan alat atau tanpa alat,
5. Permaianan bola besar meliputi sepak bola, bola tangan, bola basket, bola
voli mini.
45
Maksud dan tujuan pembinaan dan pengembangan olahraga usia dini meliputi program ekstrakurikuler di sekolah adalah sebagai buku pegangan bagi para guru dan
pembina olahraga di sekolah untuk melaksanakan program ekstrakulikuler sebagai upaya pemanduan bakat dan pembibitan para siswa Direktorat TK dan SD, 2001 :
57-59 Namun dalam pelaksanaannya, sekolah dihadapkan pada berbagai
permasalahan menyengkut pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini. Masalah tersebut antara lain adalah :
1 Kurang atau tidak adanya guru pendidikan jasmani dan kesehatan yang mampu
menangani cabang olahraga tertentu. 2
Kurang atau tidak adanya sarana dan prasarana untuk cabang olahraga yang ingin dikembangkan.
3 Tidak adanya anggaran untuk membiayai honor guru pelatih, sewa lapangan
gedung dan pembelian alat, perlengkapan olahraga. 4
Program intrakurikuler dan ekstarkurikuler tidak merupakan satu kesatuan program, tetapi berdiri sendiri-sendiri karena statusnya yang belum jelas.
5 Kurangnya perhatian dari pimpinan sekolah dan guru pendidikan jasmani
kesehatan dan penilik olahraga terhadap pembinaan atlet yang berbakat atau berprestasi.
6 Belum terprogramnya dengan baik kegiatan latihan, pertandingan dan kompetisi
secara teratur, berjenjang dan berkesinambungan.
46
7 Belum melibatkan orang tua siswa dalam melaksanakan kegiatan
ekstrakurikuler. 8
Belum merupakan satu kesatuan sistem pembinaan. 9
Belum adanya penatara pelatihan bagi Guru Dasar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di Sekolah Dasar.
2.8 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia
Dini 6-12 tahun
Pertumbuhan manusia sangat kompleks. Bukan hanya karena adanya variasi di antara dua jenis kelamin atau di antara dua orang yang berbeda, tetapi juga variasi
di dalam diri orang yang sama dari waktu ke waktu selama proses pertumbuhan berlangsung. Masa kanak-kanak memiliki karakteristik pertumbuhan yang lamban
dan relatif stabil. Tulang-tulang masih lemah dan akan tetap bertahan seperti itu hingga masa pertumbuhan berakhir, yaitu sekitar akhir masa remaja.
Masa kanak-kanak secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu : 1 Periode usia 2 sampai 6 tahun yang disebut dengan awal masa kanak-kanak usia
kelompok bermain taman kanak-kanak, 2 Periode usia 6 sampai 9 tahun yang disebut dengan periode pertengahan masa kanak-kanak usia kelas 1-4 sekolah dasar,
dan 3 Periode usia 9 usia 12 tahun yang disebut periode akhir masa kanak-kanak usia kelas 4-6 sekolah. Asdep, 2010:21
Pada usia 10-12 tahun karakteristik perkembangan gerak dasar seiring dengan berkembangnya fisikya yang beranjak matang. Pada masa ini perkembangan gerak
47
atau motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakan sudah selaras dengan kebutuhan dan minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan
gerak atau aktivitas fisik yang lincah. Oleh karena itu masa ini adalah masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik. Ma’mun dan
Saputra 2000:67 menjelaskan keterampilan motorik sebagai berikut : 1
Keterampilan gerak kasar gross motor skill, sebagai keterampilan yang bercirikan gerak yang melibatkan kelompok otot-otot besar sebagai dasar utama
gerakannya, seperti : berjalan, berlari, melompat, naik dan turun tangga. 2
Keterampilan gerak halus fine motor skill, adalah keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecilhalus agar
pelaksanaan keterampilan yang sukses tercapai. Seperti : menulis, menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola serta memainkan benda-benda atau
alat-alat mainan. Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, penulis mempunya gambaran bahwa
anak-anak usia 10-12 tahun sudah memiliki keterampilan motorik baik keterampilan kasar maupun keterampilan halus. Keterampilan berlari, berjalan, melompat dan naik
turun tangga misalnya, sering dilakukan oleh anak-anak pada saat mereka sedang bermain. Hal ini berarti secara mendasar anak usia 10-12 tahun sudah memiliki
kemampuan gerak untuk ditindaklanjuti melalui suatu proses pembinaan.
2.8.1 Perkembangan Fisik dan Motorik
2 Tinggi dan berat badan anak laki-laki dan perempuan antara 111,8-152,4 cm
dan 20,0-40,8 kg.
48
3 Pertumbuhan lamban, terutama mulai usia sekitar 8 tahun hingga akhir periode
ini. Meskipun lamban, tetapi tetap ada penambahan pertumbuhan secara bertahap dan ajeg, meskipun tidak senyata pertumbuhan yang di usia pra-
sekolah. 4
Tubuhnya akan memanjang, dengan penambahan tinggi badan rata-rata sekitar 5-7 cm dan berat badan sekitar 1,4-2,7 kg per tahun.
5 Perkembangan sesuai dengan prinsip cephalocaudal dan proximodistal, diman
otot-otot besar lebih berkembang disbanding otot kecil. 6
Perkembangan aspek fisiologis anak perempuan biasanya 1 tahun lebih awal daripada anak laki-laki, dan perbedaan minat akan mulai tampak pada akhir
periode ini. 7
Kecendurungan untuk beraktivitas dengan tangan kanan sekitar 85 dan tangan kiri 15.
8 Kemampuan atau kecepatan reaksinya rendah khususnya di awal periode ini,
sebab mereka masih mengalami kesulitan untuk melakukan koordinasi mata- tangan dan mata-kaki. Namun di akhir periode ini, kesulitan koordinasi sudah
dapat mereka atasi dengan baik. 9
Baik anak perempuan maupun laki-laki penuh tenaga dan enerjik, tapi pada umumnya tidak memiliki daya tahan sehingga cepat lelah. Mereka biasanya
sangat responsif dalam berlatih. 10
Di akahir periode ini mekanisme persepsi visual sudah berkembang penuh.
49
11 Pada periode ini anak-anak biasanya masih perpenglihatan jarak jauh
farsighted sehingga belum siap untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan kecermatan penglihatan.
12 Sebagian besar gerak dasar mampu mereka lakukan dengan baik pada awal
periode ini. 13
Berbagai bentuk keterampilan dasar yang diperlukan dalam permainan, dapat berkembang dengan baik.
14 Aktivitas yang memerlukan kecermatan mata dan anggota badan, seperti pasing
bola dalam bolavoli atau memukul lambungan bola dalam softball, berkembang sangat perlahan dan perlu berlatih berkali-kali sebelum mereka
dapat melakukan dengan baik. Periode ini ditandai dengan adanya masa transisi dari perbaikan kemampuan
melakukan gerak dasar menuju kearah penguasaan keterampilan dasar yang diperlukan dalam permainan olahraga kecabangan. ASDEP Kemenpora 2007:37
2.8.2 Aspek Psikologis Anak Usia Dini dalam Berolahraga
Menurut Yuanita Nasution 2000 dalam KONI, Gerakan Nasional Garuda Emas, Buku 1 2000 : 3, tentang aspek psikologis dalam pemanduan bakat olahraga.
Seorang anak selalu mencari pengakuan dari orang dewasa akan kemampuan dirinya. Dalam melakukan aktivitas olahraga, pujian terhadap penampilan anak dapat
mengembangkan aspek psikologisnya, seperti perasaan percaya diri, kegembiraan, harga diri, pengalaman merasakan mencapai tujuan, dan pengakuan dari teman
sebaya. Sebaliknya, jika anak mendapatkan pengalaman yang negatif dalam
50
berolahraga, maka aspek psikologisnya pun dapat berkembang secara negatif. Disini penilaian dari negatif, frustasi, agresi, dan aspek negatif lain dapat terlihat dengan
jelas. Periode usia dini adalah periode umur anak sekitar 6-14 tahun. Periode umur
ini teramat penting, namun sekaligus juga teramat berpengaruh dalam perkembangan dan pertumbuhan fisik serta psikologis anak. Apabila dalam masa kritis ini, anak
tidak memperoleh rangsangan dan latihan yang tepat untuk pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik serta kepribadiannya, maka kita akan kehilangan
kesempatan emas baginya untuk berkembang secara optimal. Kesempatan ini tidak akan ditemui lagi pada tahap berikutnya, karena kesempatan baik seperti itu hanya
akan kita jumpai sekali saja dalam kurun waktu hidup kita. Setelah anak mulai berusia 5 tahun, mereka mulai dapat dikenalkan dengan
jenis olahraga permainan yang lebih kompleks, yang melibatkan kerjasama dan kompetisi. Namun perlu diperhatikan disini, kompetisi yang dimaksud haruslah tetap
berada dalam konteks bermain. Untuk memulai olahraga yang memiliki aturan formal sebaiknya tunggu anak sampai berusia minimal 8-9 tahun.
Dalam olahraga kompetitif, pemain bukan hanya berusaha mencapai targetnya, tapi juga berusaha mencegah lawan mencapai target mereka. Hal ini
biasanya terjadi karena terlalu menekankan untuk mencapai kemenangan. Oleh karena itu, orang dewasa yang terlibat dalam kompetisi olahraga atlet usia dini juga
perlu mendapat pengetahuan dan pendidikan tentang pembinaan olahraga atlet usia dini.
51
Sasaran yang ingin dicapai melalui pemanduan dan pembinaan olahraga sejak usia dini secara umum, yaitu membantu terwujudnya pembangunan watak dan
karakter bangsa dalam pembangunan nasional Indonesia seutuhnya, disamping upaya untuk mendapatkan olahragawan sejak usia dini yang berbakat dan potensial.
Sehingga siap dikembangkan dalam berbagai cabang olahraga, untuk mencapai prestasi tinggi baik tingkat daerah, nasional maupun tingkat Internasional. Untuk
mencapai hasil yang maksimal dan optimal, maka pembibitan sejak usia dini harus dilaksanakan dengan konsisten, berkesinambungan, mendasar, sistematis, efesien,
dan terpadu. Untuk itu perlu upaya agar anak-anak ingin, gemar bermain dan berolahraga sedini mungkin dengan adanya panduan yang baik dan benar. Sehingga
dapat memacu perkembangan organ tubuhnya dan dengan pendekatan yang persuasif, anak-anak usia dini tersebut dapat berminat menjadi atlet.
2.8.3 Indikator Perkembangan Anak Usia Dini
Beberapa hal yang dapat dijadikan indikator perkembangan anak usia dini, dimana kiranya berbakat untuk menjadi atlet berprestasi tinggi, yaitu : 1 prestasi
performa yang dicapai, 2 stabilitas peningkatan prestasi, 3 daya toleransi terhadap beban latihan, 4 memiliki jiwa kompetitif yang tinggi, 5 mudah mempelajari
menguasai keterampilan yang baru Said Junaidi, 2003: 19 .
52
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan ditetapkan berdasarkan pada tujuan penelitian yang diharapkan. Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk
memecahkan masalah penelitian, sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisis
kuantitatif dan kualitatif, sesuai dengan tujuan agar dapat memperoleh data dengan lengkap sesuai yang diinginkan.
3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian