Latar Belakang Masalah Penelusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

BAB I LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang Masalah

Tertinggalnya prestasi olahraga nasional dengan negara-negara Asia lainnya merupakan salah satu masalah besar bagi bangsa untuk meningkatkan prestasi olahraganya. Percepatan acceleration prestasi olahraga kita lebih lamban bila dibandingkan dengan negara Cina, Jepang, Korea, Thailand bahkan Vietnam yang baru-baru ini pada Sea Games merupakan ancaman besar bagi prestasi olahraga bangsa. Ketertinggalan ini mendorong perlunya penataan sistem pembinaan olahraga nasional termasuk di dalamnya sistem pembinaan dan pengembangan atlet berbakat. Program pembinaan dan pengembangan bibit atlet berbakat di negara-negara yang maju prestasinya telah dilaksanakan dengan mendapatkan dukungan sumber- sumber daya memadai, termasuk bukan saja dari dana pemerintah dan masyarakat, tetapi dukungan kepakaran melalui pendekatan ilmiah secara lintas dan inter disiplin. Kecanggihan dalam bidang pengukuran dan evaluasi dan ditemukannya instrumen yang dapat digunakan untuk meramal prestasi seseorang mendorong kita untuk bekerja secara efektif dalam mengidentifikasi dan memilih calon atlet berbakat. Kegiatan PON yang diselenggarakan setiap 4 tahun sekali di Indonesia merupakan wujud dari usaha pembinaan atlet berprestasi di Indonesia. Kegiatan ini 1 merupakan tolak ukur kegiatan pembinaan olahraga yang dilakukan setiap provinsi di seluruh Indonesia. Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi besar di Indonesia memiliki cacatan prestasi yang cukup impresif di ajang ini. Pada PON ke XVI di Palembang Sumatra Selatan, Jawa Tengah berhasil menduduki peringkat ke-4 dari 30 provinsi. Akan tetapi pada penyelenggaraan PON ke XVII di Kalimantan Timur peringkat Jawa Tengah justru menurun satu tingkat di peringkat 5. Dari jumlah perolehan medali atlet-atlet pun menurun. Berikut ini adalah tabel perolehan medali pada PON ke XVI dan XVII. Tabel 1.1 : Tabel Hasil Perolehan Medali PON XVI Sumatra Selatan Peringkat Provinsi Emas Perak Perunggu Total 1 DKI 141 111 114 366 2 JATIM 77 81 111 269 3 JABAR 76 79 94 249 4 JATENG 56 59 64 179 5 SUMSEL 30 41 40 111 6 JAMBI 27 28 15 70 7 PAPUA 23 13 19 55 8 LAMPUNG 22 21 21 64 9 KALTIM 19 28 33 80 10 SELSEL 17 22 19 58 Sumber : http:www.Wikimediaonline.com. Diakses pada 10 Agustus 2010 2 Pada tabel di atas Jawa Tengah berada pada peringkat 4 dengan 56 medali emas, 59 medali perak, 64 medali perunggu. Sedangkan pada penyelenggaraan PON XVII di Kalimantan Timur prestasi Jawa Tengah mengalami penurunan. Hasil perolehan medali PON XVII di Kalimantan Timur adalah sebagai berikut. Tabel 1.2 : Tabel Hasil Perolehan Medali PON XVII Kalimantan Timur Peringkat Provinsi Emas Perak Perunggu Total 1 JATIM 92 75 65 232 2 KALTIM 83 76 76 235 3 DKI 70 71 78 219 4 JABAR 70 58 94 222 5 JATENG 33 57 52 142 6 LAMPUNG 18 12 14 44 7 SULSEL 15 11 16 40 8 SUMUT 14 9 15 39 9 RIAU 12 9 14 36 10 DIY 11 12 16 37 Sumber : Jurnal PB PON XVII KALTIM. Diakses pada 11 Agustus 2011 Dari tabel diatas dapat dilihat penurunan perolehan medali para atlet Jawa Tengah. Sebagian masyarakat pasti bertanya-tanya mengapa ditengah beberapa daerah seperti Jawa Timur, Kalimantan Timur yang mengalami peningkatan prestasi justru Jawa Tengah mengalami penurunan. 3 Di Jawa Tengah sendiri pembinaan prestasi sebenarnya sudah berjalan, terbukti dengan diadakannya Pekan Olahraga Provinsi PORPROV. PORPROV di Jawa Tengah terakhir diselenggarakan di kota Surakarta tahun 2009. Ajang olahraga 4 tahunan ini bersifat multieven seperti halnya Pekan Olahraga Nasional. Hasil pembinaan prestasi di masing-masing kabupaten dan kota di Jawa Tengah akan diukur di ajang ini. Selain sebagai ajang mencari prestasi ajang ini juga menjadi seleksi bagi atlet-atlet daerah untuk mewakili Jawa Tengah dalam Pekan Olahraga Nasional. Hasil dari PORPROV Jawa Tengah ke-XIII adalah sebagai berikut. Tabel 1.3 : Hasil PORPROV XIII SOLO Peringkat Daerah Emas Perak Perunggu Total 1 Kota Semarang 156 128 107 391 2 Kota Surakarta 78 73 99 250 3 Kab. Banyumas 61 39 61 161 4 Kab. Grobogan 42 28 39 109 5 Kota Salatiga 28 20 33 81 6 Kab. Kudus 24 26 31 81 7 Kab. Klaten 22 18 27 67 8 Kab. Blora 19 24 30 73 9 Kab. Karanganyar 11 34 33 78 10 Kab. Semarang 18 14 22 54 11 Kab. Cilacap 14 17 20 51 12 Kab. Banjarnegara 17 12 13 42 4 13 Kab. Pati 13 20 9 42 14 Kab. Jepara 12 14 22 48 15 Kab. Boyolali 9 11 22 42 16 Kab. Demak 7 15 17 39 17 Kota Magelang 7 14 19 40 18 Kota Pekalongan 9 9 12 30 19 Kab. Purbalingga 7 9 22 38 20 Kab. Kendal 6 13 17 36 21 Kab. Purworejo 8 9 13 30 22 Kab. Sukoharjo 5 12 20 37 23 Kab. Sragen 6 10 10 26 24 Kota Tegal 7 4 16 27 25 Kab. Wonogiri 7 5 7 19 26 Kab. Magelang 4 7 8 19 27 Kab. Wonosobo 4 6 10 20 28 Kab. Brebes 5 1 12 18 29 Kab. Pemalang 1 7 18 26 30 Kab Pekalongan 4 3 5 12 31 Kab. Temanggung 2 3 6 11 32 Kab. Rembang 2 3 5 10 33 Kab. Batang 1 5 5 11 34 Kab. Kebumen 1 2 7 10 5 35 Kab. Tegal 1 1 Sumber : www.pasarsolo.com. Di akses pada 11 Agustus 2011 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah-daerah perkotaan mendominasi perolehan medali. Hal ini menunjukan bahwa pembinaan prestasi di daerah kota di Jawa Tengah lebih baik daripada daerah lain. Hal ini tentunya didukung dengan adanya potensi-potensi baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut. Potensi-potensi ini saling bekerja sama dengan peranannya masing-masing sehingga mengahasilkan suatu prestasi maksimal. Lalu bagaimana dengan pembinaan prestasi di daerah non perkotaan? Hal ini memunculkan permasalahan, apakah di didaerah non perkotaan ini pembinaannya yang kurang baik ataukah potensi-potensinya yang belum dikembangkan?. Pembibitan olahraga merupakan sebuah tahap penting dalam pembinaan prestasi olahraga yang merupakan pondasi dari bangunan sistem pembinaan prestasi olahraga. Jadi untuk mencapai jenjang prestasi tinggi diperlukan sistem pembibitan yang bagus. Tanpa pembibitan yang tersistem dengan baik maka tahap pencapaian prestasi tidak akan tercapai dengan baik. Sistem Pembibitan yang baik adalah sistem pembibitan yang mampu memberikan pondasi yang kuat untuk menuju ketahap selanjutnya yaitu spesialisasi yang selanjutnya secara berkelanjutan dibina menjadi prestasi tingkat tinggi. Pencapaian prestasi yang berkelanjutan adalah terciptanya sistem peralihan yang baik antara satu generasi atlet berprestasi ke generasi selanjutnya, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara satu generasi atlet berprestasi ke generasi 6 penggantinya pelapisnya sehingga prestasi tinggi dapat dicapai secara berantai dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Untuk itu pembibitan olahraga harus ditata dengan pola yang terstruktur sesuai dengan fungsi perkembangan atlet pada usia pembibitan. Usia pembibitan olahraga di Indonesia ditetapkan berdasarkan jenjang pendidikan yaitu pada usia Sekolah Dasar SD sampai dengan Sekolah Menengah Atas SMA. Salah satu daerah di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang juga melaksanakan pembinaan prestasi adalah Kabupaten Wonogiri. Kabupaten yang dalam PORPROV 2009 lalu hanya menduduki peringkat ke 25 dari 35 kabupaten kota di Jawa Tengah. Kabupaten Wonogiri terletak di ujung selatan provinsi Jawa Tengah. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Poonorogo, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan Jawa Timur, sebelah barat berbatasan dengan DIY dan Kabupaten Klaten. Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu kawasan dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian, berbatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau. Saat ini Kabupaten Wonogiri dipimpin oleh Bupati Dhanar Rahmanto dan Wakil Bupati Yuli Handoko yang memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah untuk masa jabatan 2010-2015. Dalam jalannya roda pemerintahan, bertumpu pada semboyan Wonogiri SUKSES yang merupakan singkatan dari STABILITAS, UNDANG-UNDANG, KOORDINASI, SASARAN, EVALUASI, dan SEMANGAT JUANG. 7 Kabupaten Wonogiri termasuk terpencil apabila dilihat dari cakupan wilayah Provinsi Jawa Tengah. Namun potensi yang ada di daerah ini tentu saja tidak kalah dengan kabupaten-kabupaten lain di Jawa Tengah. Secara umum, wilayah Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 2 kelompok. Wilayah selatan yang membentang dari perbatasan Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur sampai perbatasan Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DIY adalah wilayah yang kaya dengan pegunungan kapur. Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berladang palawija dengan ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan per tahun berada pada level yang rendah. Area ini memiliki banyak sumber air dalam, dimana sampai saat ini masih belum bisa dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat dijumpai sawah dengan jenis padi khusus padi Gogo Rancah, ditanam pada media tanah yang sengaja diurugkan di atas batuan kapur. Dari area timur berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo Jawa Timur, area utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, dan area barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, memiliki karakteristik yang relatif mendukung. Curah hujan yang cukup, dengan dukungan irigasi yang optimal, mampu mendukung budaya pertanian yang lebih menjanjikan. Hamparan sawah banyak dijumpai pada area ini. Ditinjau dari sisi geografis, kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk mengembangkan olahraga prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Kondisi lingkungan yang beragam serta kesempatan beraktivitas terutama pada anak-anak, merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kebugaran jasmani. Artinya meskipun kegiatan yang dilakukan tidak berorientasi pada 8 gerak olahraga, tetapi secara alamiah kegiatan yang dilakukan telah membentuk kebugaran jasmani. Dengan demikian diduga anak-anak kabupaten Wonogiri memiliki potensi yang besar untuk berprestasi di bidang olahraga. Dengan luas wilayah 1.822,37 km² dan populasi penduduk mencapai 1.005.000 jiwa, Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang memiliki aset dalam menyumbangkan atlet berprestasi baik tingkat nasional maupun internasional pada setiap kegiatan kejuaraan baik tingkat remaja maupun dewasa, maka kontribusi atlet untuk menyumbangkan medali tentu ada. Untuk itu dapat dikatakan bahwa kabupaten Wonogiri termasuk salah satu daerah yang berpotensi untuk pembibitan atlet. Selain itu, Wonogiri merupakan salah satu kabupaten yang memiliki kepedulian untuk terlibat secara aktif dalam meningkatkan prestasi olahraga Indonesia. Untuk meningkatkan kesehatan serta meningkatkan prestasi keolahragaan di Kabupaten Wonogiri khususnya pegawai negeri sering kali mengadakan pertandingan persahabatan antar instansi maupun klub-klub bulutangkis maupun pertandingan antar DinasInstansi. Adapun untuk lapangan Bulutangkis yang ada di Kabupaten Wonogiri Hampir di Setiap Kecamatan mempunyai sarana lapangan olah raga bulutangkis bahkan ditingkat Kelurahan juga banyak yang memilikinya.seperti Kecamatan Wonogiri mempunyai + 8 lapangan bulutangkis. Dengan banyaknya sarana olahraga bulutangkis diharapkan banyak melahirkan atlit-atlit yang tangguh yang lahir dari daerah bukan dimonopoli oleh daerah perkotaan saja. Disamping itu Kabupaten Wonogiri juga seringkali mengadakan turnamen Wonogiri Cup yang 9 sementara ini baru mengikut sertakan sebagian Kabupaten Sukoharjo yang dikemudian hari diharapkan akan mengadakan turnamen yang bersifat lebih besar lagi. sumber : http:www.wonogirikab.go.idbulutangkis wonogiri.php.htm. diakses pada 10 agustus 2011. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah Kabupaten Wonogiri sangat peduli terhadap pembinaan prestasi olahraganya. Namun dari hasil yang dicapai ternyata masih jauh dari harapan. Sampai di sini permasalahan muncul kembali, terdapat ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan kenyataan di lapangan. Untuk melihat hal ini perlu dicermati lagi tentang masalah pembinaan ke dalam cakupan yang lebih sempit yaitu pembinaan prestasi olahraga di wilayah kecamatan sebagai penyumbang kontribusi terhadap kemajuan prestasi kabupaten Wonogiri. Salah satu wilayah kecamatan yang terletak paling ujung dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur adalah Kecamatan Baturetno. Kecamatan dengan luas 89,10 km² dan populasi penduduk mencapai 45.639 jiwa ini bagi peneliti dianggap menarik untuk ditelusuri menganai potensinya terutama potensi dan perkembangan olahraganya. Serta bagaimana sumbangsihnya terhadap kemajuan prestasi olahraga di Kabupaten Wonogiri. Potensi yang ingin ditelusuri berkaitan dengan pembinaan olahraga terutama olahraga usia dini. Baik tentang kondisi sarana prasarana, kondisi SDM, peran serta pemerintah setempat, sekolah, dan masyarakat. 10

1.2 Rumusan Masalah