BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang Masalah
Tertinggalnya prestasi olahraga nasional dengan negara-negara Asia lainnya merupakan salah satu masalah besar bagi bangsa untuk meningkatkan prestasi
olahraganya. Percepatan acceleration prestasi olahraga kita lebih lamban bila dibandingkan dengan negara Cina, Jepang, Korea, Thailand bahkan Vietnam yang
baru-baru ini pada Sea Games merupakan ancaman besar bagi prestasi olahraga bangsa. Ketertinggalan ini mendorong perlunya penataan sistem pembinaan olahraga
nasional termasuk di dalamnya sistem pembinaan dan pengembangan atlet berbakat. Program pembinaan dan pengembangan bibit atlet berbakat di negara-negara
yang maju prestasinya telah dilaksanakan dengan mendapatkan dukungan sumber- sumber daya memadai, termasuk bukan saja dari dana pemerintah dan masyarakat,
tetapi dukungan kepakaran melalui pendekatan ilmiah secara lintas dan inter disiplin. Kecanggihan dalam bidang pengukuran dan evaluasi dan ditemukannya instrumen
yang dapat digunakan untuk meramal prestasi seseorang mendorong kita untuk bekerja secara efektif dalam mengidentifikasi dan memilih calon atlet berbakat.
Kegiatan PON yang diselenggarakan setiap 4 tahun sekali di Indonesia merupakan wujud dari usaha pembinaan atlet berprestasi di Indonesia. Kegiatan ini
1
merupakan tolak ukur kegiatan pembinaan olahraga yang dilakukan setiap provinsi di seluruh Indonesia. Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi besar di Indonesia
memiliki cacatan prestasi yang cukup impresif di ajang ini. Pada PON ke XVI di Palembang Sumatra Selatan, Jawa Tengah berhasil menduduki peringkat ke-4 dari 30
provinsi. Akan tetapi pada penyelenggaraan PON ke XVII di Kalimantan Timur peringkat Jawa Tengah justru menurun satu tingkat di peringkat 5. Dari jumlah
perolehan medali atlet-atlet pun menurun. Berikut ini adalah tabel perolehan medali pada PON ke XVI dan XVII.
Tabel 1.1 : Tabel Hasil Perolehan Medali PON XVI Sumatra Selatan
Peringkat Provinsi
Emas Perak
Perunggu Total
1 DKI
141 111
114 366
2 JATIM
77 81
111 269
3 JABAR
76 79
94 249
4 JATENG
56 59
64 179
5 SUMSEL
30 41
40 111
6 JAMBI
27 28
15 70
7 PAPUA
23 13
19 55
8 LAMPUNG
22 21
21 64
9 KALTIM
19 28
33 80
10 SELSEL
17 22
19 58
Sumber : http:www.Wikimediaonline.com. Diakses pada 10 Agustus 2010
2
Pada tabel di atas Jawa Tengah berada pada peringkat 4 dengan 56 medali emas, 59 medali perak, 64 medali perunggu. Sedangkan pada penyelenggaraan PON
XVII di Kalimantan Timur prestasi Jawa Tengah mengalami penurunan. Hasil perolehan medali PON XVII di Kalimantan Timur adalah sebagai berikut.
Tabel 1.2 : Tabel Hasil Perolehan Medali PON XVII Kalimantan Timur
Peringkat Provinsi
Emas Perak
Perunggu Total
1 JATIM
92 75
65 232
2 KALTIM
83 76
76 235
3 DKI
70 71
78 219
4 JABAR
70 58
94 222
5 JATENG
33 57
52 142
6 LAMPUNG
18 12
14 44
7 SULSEL
15 11
16 40
8 SUMUT
14 9
15 39
9 RIAU
12 9
14 36
10 DIY
11 12
16 37
Sumber : Jurnal PB PON XVII KALTIM. Diakses pada 11 Agustus 2011 Dari tabel diatas dapat dilihat penurunan perolehan medali para atlet Jawa
Tengah. Sebagian masyarakat pasti bertanya-tanya mengapa ditengah beberapa daerah seperti Jawa Timur, Kalimantan Timur yang mengalami peningkatan prestasi
justru Jawa Tengah mengalami penurunan.
3
Di Jawa Tengah sendiri pembinaan prestasi sebenarnya sudah berjalan, terbukti dengan diadakannya Pekan Olahraga Provinsi PORPROV. PORPROV di Jawa
Tengah terakhir diselenggarakan di kota Surakarta tahun 2009. Ajang olahraga 4 tahunan ini bersifat multieven seperti halnya Pekan Olahraga Nasional. Hasil
pembinaan prestasi di masing-masing kabupaten dan kota di Jawa Tengah akan diukur di ajang ini. Selain sebagai ajang mencari prestasi ajang ini juga menjadi
seleksi bagi atlet-atlet daerah untuk mewakili Jawa Tengah dalam Pekan Olahraga Nasional. Hasil dari PORPROV Jawa Tengah ke-XIII adalah sebagai berikut.
Tabel 1.3 : Hasil PORPROV XIII SOLO
Peringkat Daerah
Emas Perak
Perunggu Total 1
Kota Semarang 156
128 107
391 2
Kota Surakarta 78
73 99
250 3
Kab. Banyumas 61
39 61
161 4
Kab. Grobogan 42
28 39
109 5
Kota Salatiga 28
20 33
81 6
Kab. Kudus 24
26 31
81 7
Kab. Klaten 22
18 27
67 8
Kab. Blora 19
24 30
73 9
Kab. Karanganyar 11
34 33
78 10
Kab. Semarang 18
14 22
54 11
Kab. Cilacap 14
17 20
51 12
Kab. Banjarnegara 17
12 13
42 4
13 Kab. Pati
13 20
9 42
14 Kab. Jepara
12 14
22 48
15 Kab. Boyolali
9 11
22 42
16 Kab. Demak
7 15
17 39
17 Kota Magelang
7 14
19 40
18 Kota Pekalongan
9 9
12 30
19 Kab. Purbalingga
7 9
22 38
20 Kab. Kendal
6 13
17 36
21 Kab. Purworejo
8 9
13 30
22 Kab. Sukoharjo
5 12
20 37
23 Kab. Sragen
6 10
10 26
24 Kota Tegal
7 4
16 27
25 Kab. Wonogiri
7 5
7 19
26 Kab. Magelang
4 7
8 19
27 Kab. Wonosobo
4 6
10 20
28 Kab. Brebes
5 1
12 18
29 Kab. Pemalang
1 7
18 26
30 Kab Pekalongan
4 3
5 12
31 Kab. Temanggung
2 3
6 11
32 Kab. Rembang
2 3
5 10
33 Kab. Batang
1 5
5 11
34 Kab. Kebumen
1 2
7 10
5
35 Kab. Tegal
1 1
Sumber : www.pasarsolo.com. Di akses pada 11 Agustus 2011 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah-daerah perkotaan mendominasi
perolehan medali. Hal ini menunjukan bahwa pembinaan prestasi di daerah kota di Jawa Tengah lebih baik daripada daerah lain. Hal ini tentunya didukung dengan
adanya potensi-potensi baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut. Potensi-potensi ini saling bekerja sama dengan
peranannya masing-masing sehingga mengahasilkan suatu prestasi maksimal. Lalu bagaimana dengan pembinaan prestasi di daerah non perkotaan? Hal ini
memunculkan permasalahan, apakah di didaerah non perkotaan ini pembinaannya yang kurang baik ataukah potensi-potensinya yang belum dikembangkan?.
Pembibitan olahraga merupakan sebuah tahap penting dalam pembinaan prestasi olahraga yang merupakan pondasi dari bangunan sistem pembinaan prestasi
olahraga. Jadi untuk mencapai jenjang prestasi tinggi diperlukan sistem pembibitan yang bagus. Tanpa pembibitan yang tersistem dengan baik maka tahap pencapaian
prestasi tidak akan tercapai dengan baik. Sistem Pembibitan yang baik adalah sistem pembibitan yang mampu memberikan pondasi yang kuat untuk menuju ketahap
selanjutnya yaitu spesialisasi yang selanjutnya secara berkelanjutan dibina menjadi prestasi tingkat tinggi.
Pencapaian prestasi yang berkelanjutan adalah terciptanya sistem peralihan yang baik antara satu generasi atlet berprestasi ke generasi selanjutnya, sehingga
tidak terjadi kesenjangan antara satu generasi atlet berprestasi ke generasi
6
penggantinya pelapisnya sehingga prestasi tinggi dapat dicapai secara berantai dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Untuk itu pembibitan olahraga harus ditata
dengan pola yang terstruktur sesuai dengan fungsi perkembangan atlet pada usia pembibitan. Usia pembibitan olahraga di Indonesia ditetapkan berdasarkan jenjang
pendidikan yaitu pada usia Sekolah Dasar SD sampai dengan Sekolah Menengah Atas SMA.
Salah satu daerah di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang juga melaksanakan pembinaan prestasi adalah Kabupaten Wonogiri. Kabupaten yang dalam PORPROV
2009 lalu hanya menduduki peringkat ke 25 dari 35 kabupaten kota di Jawa Tengah. Kabupaten Wonogiri terletak di ujung selatan provinsi Jawa Tengah. Sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Poonorogo, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan Jawa Timur, sebelah barat berbatasan dengan
DIY dan Kabupaten Klaten. Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu kawasan dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga
saling berbeda. Di Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian, berbatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau.
Saat ini Kabupaten Wonogiri dipimpin oleh Bupati Dhanar Rahmanto dan Wakil Bupati Yuli Handoko yang memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah
untuk masa jabatan 2010-2015. Dalam jalannya roda pemerintahan, bertumpu pada semboyan Wonogiri SUKSES yang merupakan singkatan dari STABILITAS,
UNDANG-UNDANG, KOORDINASI, SASARAN, EVALUASI, dan SEMANGAT JUANG.
7
Kabupaten Wonogiri termasuk terpencil apabila dilihat dari cakupan wilayah Provinsi Jawa Tengah. Namun potensi yang ada di daerah ini tentu saja tidak kalah
dengan kabupaten-kabupaten lain di Jawa Tengah. Secara umum, wilayah Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 2 kelompok. Wilayah selatan yang membentang dari
perbatasan Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur sampai perbatasan Kabupaten Gunung Kidul Provinsi DIY adalah wilayah yang kaya dengan pegunungan kapur.
Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berladang palawija dengan ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan per tahun berada pada level yang
rendah. Area ini memiliki banyak sumber air dalam, dimana sampai saat ini masih belum bisa dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat dijumpai sawah dengan jenis
padi khusus padi Gogo Rancah, ditanam pada media tanah yang sengaja diurugkan di atas batuan kapur.
Dari area timur berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo Jawa Timur, area utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, dan area barat berbatasan dengan
Kabupaten Sukoharjo, memiliki karakteristik yang relatif mendukung. Curah hujan yang cukup, dengan dukungan irigasi yang optimal, mampu mendukung budaya
pertanian yang lebih menjanjikan. Hamparan sawah banyak dijumpai pada area ini. Ditinjau dari sisi geografis, kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah
yang berpotensi untuk mengembangkan olahraga prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Kondisi lingkungan yang beragam serta kesempatan
beraktivitas terutama
pada anak-anak, merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kebugaran jasmani. Artinya meskipun kegiatan yang
dilakukan tidak berorientasi pada
8
gerak olahraga, tetapi secara alamiah kegiatan yang dilakukan telah membentuk kebugaran jasmani. Dengan demikian diduga anak-anak kabupaten Wonogiri
memiliki potensi yang besar untuk berprestasi di bidang olahraga. Dengan luas wilayah 1.822,37 km² dan populasi penduduk mencapai 1.005.000
jiwa, Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang memiliki aset dalam menyumbangkan atlet berprestasi baik tingkat nasional
maupun internasional pada setiap kegiatan kejuaraan baik tingkat remaja maupun dewasa, maka kontribusi atlet untuk menyumbangkan medali tentu ada. Untuk itu
dapat dikatakan bahwa kabupaten Wonogiri termasuk salah satu daerah yang berpotensi untuk pembibitan atlet. Selain itu, Wonogiri merupakan salah satu
kabupaten yang memiliki kepedulian untuk terlibat secara aktif dalam meningkatkan prestasi olahraga Indonesia.
Untuk meningkatkan kesehatan serta meningkatkan prestasi keolahragaan di Kabupaten Wonogiri khususnya pegawai negeri sering kali mengadakan pertandingan
persahabatan antar instansi maupun klub-klub bulutangkis maupun pertandingan antar DinasInstansi. Adapun untuk lapangan Bulutangkis yang ada di Kabupaten
Wonogiri Hampir di Setiap Kecamatan mempunyai sarana lapangan olah raga bulutangkis bahkan ditingkat Kelurahan juga banyak yang memilikinya.seperti
Kecamatan Wonogiri mempunyai + 8 lapangan bulutangkis. Dengan banyaknya sarana olahraga bulutangkis diharapkan banyak melahirkan atlit-atlit yang tangguh
yang lahir dari daerah bukan dimonopoli oleh daerah perkotaan saja. Disamping itu Kabupaten Wonogiri juga seringkali mengadakan turnamen Wonogiri Cup yang
9
sementara ini baru mengikut sertakan sebagian Kabupaten Sukoharjo yang dikemudian hari diharapkan akan mengadakan turnamen yang bersifat lebih besar
lagi. sumber : http:www.wonogirikab.go.idbulutangkis wonogiri.php.htm. diakses pada 10 agustus 2011.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah Kabupaten Wonogiri sangat peduli terhadap pembinaan prestasi olahraganya. Namun dari hasil yang
dicapai ternyata masih jauh dari harapan. Sampai di sini permasalahan muncul kembali, terdapat ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan kenyataan di
lapangan. Untuk melihat hal ini perlu dicermati lagi tentang masalah pembinaan ke dalam cakupan yang lebih sempit yaitu pembinaan prestasi olahraga di wilayah
kecamatan sebagai penyumbang kontribusi terhadap kemajuan prestasi kabupaten Wonogiri.
Salah satu wilayah kecamatan yang terletak paling ujung dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur adalah Kecamatan Baturetno. Kecamatan dengan luas
89,10 km² dan populasi penduduk mencapai 45.639 jiwa ini bagi peneliti dianggap menarik untuk ditelusuri menganai potensinya terutama potensi dan perkembangan
olahraganya. Serta bagaimana sumbangsihnya terhadap kemajuan prestasi olahraga di Kabupaten Wonogiri. Potensi yang ingin ditelusuri berkaitan dengan pembinaan
olahraga terutama olahraga usia dini. Baik tentang kondisi sarana prasarana, kondisi SDM, peran serta pemerintah setempat, sekolah, dan masyarakat.
10
1.2 Rumusan Masalah