Penelusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
PENELUSURAN POTENSI DAERAH UNTUK
PEMBINAAN OLAHRAGA USIA DINI DI KECAMATAN
BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1 untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Laksana Aribowo
6101407221
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
(2)
September 2011 SARI
Laksana Aribowo.
Penelusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010.
V + 106 + 34 tabel + 7 gambar + 9 lampiran
Pembinaan adalah usaha atau tindakan yang dilakukan secara berdaya guna dengan tujuan untuk meningkatkan atau memperoleh hasil yang lebih baik. Selama ini pembinaan olahraga hanya terfokus pada daerah perkotaan yang memiliki potensi sarana prasarana yang lebih menunjang. Lalu bagaimana pembinaan di daerah non perkotaan? Permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini bagaimana bagaimana potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010.
Sumber data atau subjek dalam penelitian ini yaitu SDN 1 Baturetno, SDN 2 Baturetno, SDN 3 Baturetno, SDN 4 Baturetno, SDN 6 Baturetno, tokoh masyarakat di kecamatan Baturetno, Pengurus Koni dan Dinpora Kabupaten Wonogiri. Sumber data yang digunakan berasal dari siswa Sekolah Dasar Negeri sejumlah 103 siswa, 5 orang Kepala Sekolah, 5 orang Guru Pendidikan Jasmani, 10 Tokoh Masyarakat di Kecamatan Baturetno, pengurus Koni/Dinpora Kabupaten Wonogiri. Variable dalam penelitian ini adalah potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Metode pengumpulan data menggunakan Iowa -Brace Test for Motor Educability, kuisioner, dan wawancara Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.
Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability untuk keseluruhan Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri menunjukan : a) kategori sangat baik sebanyak 53 siswa dengan jumlah persentase 51,45%. b) kategori baik sebanyak 49 siswa dengan jumlah persentase 47,58%. c) kategori sedang sebanyak 1 siswa dengan jumlah persentase 0,97%. d) kategori kurang sebanyak 0 siswa dengan jumlah persentase 0,00%. . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno berkategori sangat baik.
Saran yang dapat peneliti berikan antara lain bahwa diharapkan dengan penelitian ini, perhatian pihak-pihak terkait dalam membina potensi-potensi usia dini di kecamatan Baturetno menjadi lebih besar. Hal ini bertujuan agar potensi-potensi yang sangat baik ini dapat mendapat pembinaan yang terarah dan menghasilkan prestasi maksimal yang dapat menjadi kebanggaan daerah.
Kata Kunci : Penelusuran, Potensi, Pembinaan Usia Dini, Bakat Kepustakaan : 21 (1970-2011)
(3)
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Penalusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010” adalah benar-benar karya saya sendiri. Semua kutipan baik langsung maupun tidak langsung, sumber kepustakaan telah disertai keterangan identitas sumber sebagai mana yang lazim dalam penulisan karya ilmiah.
Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagai mana mestinya.
Semarang, September 2011
Laksana Aribowo NIM.6101407221
(4)
Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas nama :
Nama : Laksana Aribowo
NIM : 6101407221
Judul : Penelusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di Kecamatan baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
Pada hari : Rabu
Tanggal : 28 September 2011
Panitia Ujian
Ketua Panitia, Sekertaris,
Drs. Said Junaidi, M. Kes Drs. Hermawan Pamot R., M. Pd NIP. 19690715 199403 1 001 NIP. 19651020 199103 1 002
Dewan Penguji
1. Dra. Heny Setyawati, M. Si Ketua ________________
NIP. 19670610 199203 2 001
2. Drs. Mugiyo Hartono, M. Pd. Anggota ________________ NIP. 19610903 198803 1 002 (Pembimbing Utama)
3. Drs. Bambang Priyono, M. Pd Anggota ________________ NIP. 19600422 198601 1 001 (Pembimbing Pendamping)
(5)
1. “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (Q.S Al Insyirah:6-8)
2. ”Semua orang menginginkan kesuksesan. Bagi saya kesuksesan hanya bisa diraih dengan kegagalan dan introspeksi diri” (Soiciro Honda)
3. ”Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan adalah cara gembira menuju kegagalan” (Mario Teguh)
Persembahan :
Karya yang sederhana ini ananda persembahkan kepada :
1. Ayah, Ibu, Kakak, dan Keponakan tercinta yang senantiasa selalu memberikan do’a, kasih sayang dan dukungan.
2. Almamater Universitas Negeri Semarang
(6)
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Penelusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010” dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Keberhasilan penulis dalam penyususnan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segenap ketulusan hati pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dengan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Unnes.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. Harry Pramono, M.Si., yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Drs. Hermawan Pamot R, M.Pd., atas izin yang telah diberikan
4. Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd Pembimbing utama yang telah sabar dan teliti memberikan bimbingan guna menyelesaikan skripsi ini
(7)
terwujud.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang luar biasa dalam memberikan segala perhatian, motivasi, dan bekal hidup dunia dan akhirat kepada penulis
7. Kakak dan keponakanku tersayang, jangan takut menjalani hidup. Kalian berada diantar orang-orang yang sangat menyayangi kalian.
8. Ikke Nurdyastutik, “my luv bee”, yang senantiasa menemani dari awal hingga skripsi ini terwujud. Terima kasih atas perhatian dan sayang yang telah diberikan.
9. Kepala UPT-DISDIK Kecamatan Baturetno, Drs. Mohamad Zunaidi, M.Pd, yang telah memberikan izin dan bantuan dalam melaksanakan penelitian
10. Kepala Sekolah SDN 1 Baturetno, SDN 2 Baturetno, SDN 3 Baturetno, SDN 4 Baturetno, SDN 6 Baturetno yang telah bersedia memberikan ijin penelitian dan semua fasilitas yang mendukung jalannya penelitian ini.
11. Seluruh siswa SDN 3 Baturetno, yang telah bersedia menjadi subjek penelitian ini.
12. Bapak Ibu dosen Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi atas bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman selama penulis melaksankan studi. 13. Teman-teman PJKR angkatan 2007 yang telah memberi semangat dan dorongan. 14. Teman-teman “kontrakan bapak Rahmat”, Arif pacitan, Arif demak, kholik,
triyaz, susilo, hakim, aris.
(8)
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penelitian sebagai acuan penulisan skripsi ini.
Semoga semua kebaikan yang diberikan kepada penulis dapat menjadi kemuliaan dan memperoleh pahala yang melimpah dari Allah SWT. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Semarang, September 2011
Penulis
(9)
Halaman
JUDUL ... i
SARI ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Penegasan Istilah ... 12
1.4.1 Penelusuran ... 12
1.4.2 Potensi ... 13
1.4.3 Daerah ... 13
1.4.4 Pembinaan ... 13
(10)
1.5 Manfaat Penelitian ... 14
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Potensi Diri ... 15
2.1.1 Pengertian Potensi Diri ... 15
2.1.2 Jenis-Jenis Potensi Diri ... 16
2.2 Bakat ... 17
2.2.1 Pengertian Bakat ... 17
2.2.2 Macam-Macam Bakat ... 18
2.3 Identifikasi Bakat Olahraga... 24
2.3.1 Tujuan Identifikasi Bakat ... 26
2.3.2 Manfaat Identifikasi Bakat ... 26
2.3.3 Metode Identifikasi Bakat ... 27
2.3.4 Kriteria Utama dalam Identifikasi Bakat ... 28
2.3.5 Tahap Identifikasi Bakat ... 30
2.3.5.1 Tahap Identifikasi Awal ... 30
2.3.5.2 Tahap Identikasi Kedua ... 31
2.3.5.3 Tahap Identifikasi Akhir ... 32
2.4 Motor ducability ... 34
2.5 Pemanduan IOWA-Brance Test for Motor Educability ... 35
2.5.1 IOWA-Brance Test for Motor Educability... 26
(11)
2.7.1 Tahap Pemanduan dan Pembinaan Bakat ... 43
2.7.2 Pembinaan Olahraga di Sekolah ... 45
2.7.2.1 Intrakurikuler ... 45
2.7.2.2 Ekstrakurikuler ... 45
2.8 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini (6-15 tahun ... 47
2.8.1 Perkembangan Fisik dan Motorik... 49
2.8.2 Aspek Psikologis Anak Usia Dini dalam Berolahraga ... 51
2.8.3 Indikator Perkembangan Anak Usia Dini ... 53
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 54
3.2 Lokasi Dan Sasaran Penelitian ... 54
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 54
3.2.2 Sasaran Penelitian ... 54
3.3 Variabel Penelitian ... 55
3.4 Sumber Data Penelitian ... 55
3.5 Instrumen Penelitian... 56
3.5.1 Tes Iowa-Brace Test for Motor Educability ... 56
3.5.2 Metode Dokumentasi ... 60
3.5.3 Wawancara ... 60
(12)
3.6.1 Prosedur Pelaksanaan Tes Iowa-Brance Test for Motor
Educability ... 62
3.6.2 Norma Penilaian Tes ... 63
3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian ... 65
3.7.1 Faktor Psikologis Sampel ... 65
3.7.2 Faktor Kegiatan di Luar Penelitian ... 65
3.7.3 Faktor Alat ... 65
3.7.4 Faktor Kondisi dan Kemampuan Sampel ... 65
3.8 Teknis Analisis Data ... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian ... 67
4.2 Hasil Penelitian ... 74
4.3 Hasil Analisis Data Tes Iowa-Brace Test For Motor Educability ... 75
4.2.1 Siswa Putra ... 75
4.2.2 Siswa Putri ... 82
4.2.3 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Putra ... 89
4.2.4 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Putri ... 90
4.2.5 Rekapitulasi Hasil Tes Seluruh Siswa... 91
4.4 Hasil Analisis Data Kuesioner ... 93
4.3.1 Hasil Kuesioner di Masyarakat ... 93
(13)
3.6.1 Wawancara dengan Tokoh KONI dan DISPORA ... 97
4.6 Pembahasan ... 99
4.5.1 Hasil Tes Iowa-Brance Test for Motor Educability ... 99
4.5.2 Hasil Pengisian Koesioner dengan Tokoh Masyarakat ... 99
4.5.3 Hasil Pengisian Koesioner dengan Guru Penjasorkes ... 101
4.5.4 Hasil Pengisian Koesioner dengan Kepala SD ... 102
4.5.5 Hasil Wawancara dengan KONI dan DISPORA ... 102
4.6 Kelemahan Penelitian... 103
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 104
5.2 Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 107 LAMPIRAN – LAMPIRAN
(14)
1.1 Hasil Perolehan Medali PON XVI Sumatra Selatan ... 2
1.2 Hasil Perolehan Medali PON XVII Kalimantan Timur ... 3
1.3 Hasil Perolehan Medali PORPROV XIII JATENG Tahun 2009 ... 4
2.1 Urutan Gerak dalam IOWA-Brance Test for Motor Educability ... 39
2.2 Daftar Skor T untuk Hasil IOWA-Brance Test for Motor Educability .. 40
2.3 Unsur-Unsur Dominan dalam Cabang Olahraga ... 41
3.1 Daftar Skor T untuk Hasil IOWA-Brance Test for Motor Educability .. 63
4.1 Daftar Sekolah, Guru, dan Murid Per Kecamatan Tahun 2007/2008 ... 73
4.2 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 8 Siswa Putra ... 75
4.3 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 4 Siswa Putra ... 76
4.4 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 10 Siswa Putra ... 77
4.5 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 9 Siswa Putra ... 77
4.6 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 7 Siswa Putra ... 78
4.7 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 2 Siswa Putra ... 79
4.8 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 3 Siswa Putra ... 79
4.9 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 6 Siswa Putra ... 80
4.10 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 12 Siswa Putra ... 81
4.11 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 13 Siswa Putra ... 82
4.12 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 8 Siswa Putri ... 82
4.13 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 14 Siswa Putri ... 83
(15)
4.16 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 9 Siswa Putri ... 85
4.17 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 1 Siswa Putri ... 86
4.18 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 3 Siswa Putri ... 87
4.19 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 12 Siswa Putri ... 87
4.20 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 11 Siswa Putri ... 88
4.21 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 5 Siswa Putri ... 89
4.22 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Siswa Putra .. 89
4.23 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Siswa Putri .. 90
4.24 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Seluruh Siswa ... 91
4.25 Hasil Analisis Kuesioner untuk Masyarakat ... 93
4.26 Hasil Analisis Kuesioner untuk Kepala Sekolah SD ... 94
4.27 Hasil Analisis Kuesioner untuk Guru Penjasorkes ... 96
(16)
2.1 Jenjang pembinaan Olahraga Nasional ... 33
4.1 Grafik Hasil Deskriptif Tes Siswa Putra ... 90
4.2 Grafik Hasil Deskriptif Tes Siswa Putri ... 91
4.3 Grafik Hasil Deskriptif Tes Seluruhan Siswa... 92
4.4 Grafik Hasil Deskriptif Kuisioner untuk Masyarakat... 94
4.5 Grafik Hasil Deskriptif Koesioner untuk Kepala Sekolah SD ... 95
4.6 Grafik Hasil Deskriptif Koesioner untuk Guru Penjasorkes ... 97
(17)
1. Usul Penetapan Pembimbing ... 109
2. SK Pembimbing ... 110
3. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan ... 112
4. Surat Ijin Penelitian dari UPT-DISDIK Kecamatan Baturetno ... 113
5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 114
6. Daftar Nama Siswa Peserta Test Iowa ... 117
7. Instrumen Penelitian... 119
8. Hasil Penelitian TKJI ... 134
9. Dokumentasi Penelitian ... 138
(18)
LATAR BELAKANG
1.1
Latar Belakang Masalah
Tertinggalnya prestasi olahraga nasional dengan negara-negara Asia lainnya merupakan salah satu masalah besar bagi bangsa untuk meningkatkan prestasi olahraganya. Percepatan (acceleration) prestasi olahraga kita lebih lamban bila dibandingkan dengan negara Cina, Jepang, Korea, Thailand bahkan Vietnam yang baru-baru ini pada Sea Games merupakan ancaman besar bagi prestasi olahraga bangsa. Ketertinggalan ini mendorong perlunya penataan sistem pembinaan olahraga nasional termasuk di dalamnya sistem pembinaan dan pengembangan atlet berbakat.
Program pembinaan dan pengembangan bibit atlet berbakat di negara-negara yang maju prestasinya telah dilaksanakan dengan mendapatkan dukungan sumber-sumber daya memadai, termasuk bukan saja dari dana pemerintah dan masyarakat, tetapi dukungan kepakaran melalui pendekatan ilmiah secara lintas dan inter disiplin. Kecanggihan dalam bidang pengukuran dan evaluasi dan ditemukannya instrumen yang dapat digunakan untuk meramal prestasi seseorang mendorong kita untuk bekerja secara efektif dalam mengidentifikasi dan memilih calon atlet berbakat.
Kegiatan PON yang diselenggarakan setiap 4 tahun sekali di Indonesia merupakan wujud dari usaha pembinaan atlet berprestasi di Indonesia. Kegiatan ini
(19)
merupakan tolak ukur kegiatan pembinaan olahraga yang dilakukan setiap provinsi di seluruh Indonesia. Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi besar di Indonesia memiliki cacatan prestasi yang cukup impresif di ajang ini. Pada PON ke XVI di Palembang Sumatra Selatan, Jawa Tengah berhasil menduduki peringkat ke-4 dari 30 provinsi. Akan tetapi pada penyelenggaraan PON ke XVII di Kalimantan Timur peringkat Jawa Tengah justru menurun satu tingkat di peringkat 5. Dari jumlah perolehan medali atlet-atlet pun menurun. Berikut ini adalah tabel perolehan medali pada PON ke XVI dan XVII.
Tabel 1.1 : Tabel Hasil Perolehan Medali PON XVI Sumatra Selatan
Peringkat Provinsi Emas Perak Perunggu Total
1 DKI 141 111 114 366
2 JATIM 77 81 111 269
3 JABAR 76 79 94 249
4 JATENG 56 59 64 179
5 SUMSEL 30 41 40 111
6 JAMBI 27 28 15 70
7 PAPUA 23 13 19 55
8 LAMPUNG 22 21 21 64
9 KALTIM 19 28 33 80
10 SELSEL 17 22 19 58
(20)
Pada tabel di atas Jawa Tengah berada pada peringkat 4 dengan 56 medali emas, 59 medali perak, 64 medali perunggu. Sedangkan pada penyelenggaraan PON XVII di Kalimantan Timur prestasi Jawa Tengah mengalami penurunan. Hasil perolehan medali PON XVII di Kalimantan Timur adalah sebagai berikut.
Tabel 1.2 : Tabel Hasil Perolehan Medali PON XVII Kalimantan Timur Peringkat Provinsi Emas Perak Perunggu Total
1 JATIM 92 75 65 232
2 KALTIM 83 76 76 235
3 DKI 70 71 78 219
4 JABAR 70 58 94 222
5 JATENG 33 57 52 142
6 LAMPUNG 18 12 14 44
7 SULSEL 15 11 16 40
8 SUMUT 14 9 15 39
9 RIAU 12 9 14 36
10 DIY 11 12 16 37
Sumber : Jurnal PB PON XVII KALTIM. Diakses pada 11 Agustus 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat penurunan perolehan medali para atlet Jawa Tengah. Sebagian masyarakat pasti bertanya-tanya mengapa ditengah beberapa daerah seperti Jawa Timur, Kalimantan Timur yang mengalami peningkatan prestasi justru Jawa Tengah mengalami penurunan.
(21)
Di Jawa Tengah sendiri pembinaan prestasi sebenarnya sudah berjalan, terbukti dengan diadakannya Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV). PORPROV di Jawa Tengah terakhir diselenggarakan di kota Surakarta tahun 2009. Ajang olahraga 4 tahunan ini bersifat multieven seperti halnya Pekan Olahraga Nasional. Hasil pembinaan prestasi di masing-masing kabupaten dan kota di Jawa Tengah akan diukur di ajang ini. Selain sebagai ajang mencari prestasi ajang ini juga menjadi seleksi bagi atlet-atlet daerah untuk mewakili Jawa Tengah dalam Pekan Olahraga Nasional. Hasil dari PORPROV Jawa Tengah ke-XIII adalah sebagai berikut.
Tabel 1.3 : Hasil PORPROV XIII SOLO
Peringkat Daerah Emas Perak Perunggu Total 1 Kota Semarang 156 128 107 391 2 Kota Surakarta 78 73 99 250
3 Kab. Banyumas 61 39 61 161
4 Kab. Grobogan 42 28 39 109
5 Kota Salatiga 28 20 33 81
6 Kab. Kudus 24 26 31 81
7 Kab. Klaten 22 18 27 67
8 Kab. Blora 19 24 30 73
9 Kab. Karanganyar 11 34 33 78
10 Kab. Semarang 18 14 22 54
11 Kab. Cilacap 14 17 20 51
(22)
13 Kab. Pati 13 20 9 42
14 Kab. Jepara 12 14 22 48
15 Kab. Boyolali 9 11 22 42
16 Kab. Demak 7 15 17 39
17 Kota Magelang 7 14 19 40
18 Kota Pekalongan 9 9 12 30
19 Kab. Purbalingga 7 9 22 38
20 Kab. Kendal 6 13 17 36
21 Kab. Purworejo 8 9 13 30
22 Kab. Sukoharjo 5 12 20 37
23 Kab. Sragen 6 10 10 26
24 Kota Tegal 7 4 16 27
25 Kab. Wonogiri 7 5 7 19
26 Kab. Magelang 4 7 8 19
27 Kab. Wonosobo 4 6 10 20
28 Kab. Brebes 5 1 12 18
29 Kab. Pemalang 1 7 18 26
30 Kab Pekalongan 4 3 5 12
31 Kab. Temanggung 2 3 6 11
32 Kab. Rembang 2 3 5 10
33 Kab. Batang 1 5 5 11
(23)
35 Kab. Tegal 0 0 1 1 Sumber : www.pasarsolo.com. Di akses pada 11 Agustus 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah-daerah perkotaan mendominasi perolehan medali. Hal ini menunjukan bahwa pembinaan prestasi di daerah kota di Jawa Tengah lebih baik daripada daerah lain. Hal ini tentunya didukung dengan adanya potensi-potensi baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang ada di daerah tersebut. Potensi-potensi ini saling bekerja sama dengan peranannya masing-masing sehingga mengahasilkan suatu prestasi maksimal. Lalu bagaimana dengan pembinaan prestasi di daerah non perkotaan? Hal ini memunculkan permasalahan, apakah di didaerah non perkotaan ini pembinaannya yang kurang baik ataukah potensi-potensinya yang belum dikembangkan?.
Pembibitan olahraga merupakan sebuah tahap penting dalam pembinaan prestasi olahraga yang merupakan pondasi dari bangunan sistem pembinaan prestasi olahraga. Jadi untuk mencapai jenjang prestasi tinggi diperlukan sistem pembibitan yang bagus. Tanpa pembibitan yang tersistem dengan baik maka tahap pencapaian prestasi tidak akan tercapai dengan baik. Sistem Pembibitan yang baik adalah sistem pembibitan yang mampu memberikan pondasi yang kuat untuk menuju ketahap selanjutnya yaitu spesialisasi yang selanjutnya secara berkelanjutan dibina menjadi prestasi tingkat tinggi.
Pencapaian prestasi yang berkelanjutan adalah terciptanya sistem peralihan yang baik antara satu generasi atlet berprestasi ke generasi selanjutnya, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara satu generasi atlet berprestasi ke generasi
(24)
penggantinya (pelapisnya) sehingga prestasi tinggi dapat dicapai secara berantai dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Untuk itu pembibitan olahraga harus ditata dengan pola yang terstruktur sesuai dengan fungsi perkembangan atlet pada usia pembibitan. Usia pembibitan olahraga di Indonesia ditetapkan berdasarkan jenjang pendidikan yaitu pada usia Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Salah satu daerah di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang juga melaksanakan pembinaan prestasi adalah Kabupaten Wonogiri. Kabupaten yang dalam PORPROV 2009 lalu hanya menduduki peringkat ke 25 dari 35 kabupaten kota di Jawa Tengah. Kabupaten Wonogiri terletak di ujung selatan provinsi Jawa Tengah. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Poonorogo, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur), sebelah barat berbatasan dengan DIY dan Kabupaten Klaten. Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu kawasan dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian, berbatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau. Saat ini Kabupaten Wonogiri dipimpin oleh Bupati Dhanar Rahmanto dan Wakil Bupati Yuli Handoko yang memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah untuk masa jabatan 2010-2015. Dalam jalannya roda pemerintahan, bertumpu pada semboyan Wonogiri SUKSES yang merupakan singkatan dari STABILITAS, UNDANG-UNDANG, KOORDINASI, SASARAN, EVALUASI, dan SEMANGAT JUANG.
(25)
Kabupaten Wonogiri termasuk terpencil apabila dilihat dari cakupan wilayah Provinsi Jawa Tengah. Namun potensi yang ada di daerah ini tentu saja tidak kalah dengan kabupaten-kabupaten lain di Jawa Tengah. Secara umum, wilayah Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 2 kelompok. Wilayah selatan yang membentang dari perbatasan Kabupaten Pacitan (Provinsi Jawa Timur) sampai perbatasan Kabupaten Gunung Kidul (Provinsi DIY) adalah wilayah yang kaya dengan pegunungan kapur. Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berladang (palawija) dengan ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan per tahun berada pada level yang rendah. Area ini memiliki banyak sumber air dalam, dimana sampai saat ini masih belum bisa dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat dijumpai sawah dengan jenis padi khusus (padi Gogo Rancah), ditanam pada media tanah yang sengaja diurugkan di atas batuan kapur.
Dari area timur berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), area utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, dan area barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, memiliki karakteristik yang relatif mendukung. Curah hujan yang cukup, dengan dukungan irigasi yang optimal, mampu mendukung budaya pertanian yang lebih menjanjikan. Hamparan sawah banyak dijumpai pada area ini.
Ditinjau dari sisi geografis, kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk mengembangkan olahraga prestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Kondisi lingkungan yang beragam serta kesempatan beraktivitas terutama pada anak-anak, merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kebugaran jasmani. Artinya meskipun kegiatan yang dilakukan tidak berorientasi pada
(26)
gerak olahraga, tetapi secara alamiah kegiatan yang dilakukan telah membentuk kebugaran jasmani. Dengan demikian diduga anak-anak kabupaten Wonogiri memiliki potensi yang besar untuk berprestasi di bidang olahraga.
Dengan luas wilayah 1.822,37 km² dan populasi penduduk mencapai 1.005.000 jiwa, Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang memiliki aset dalam menyumbangkan atlet berprestasi baik tingkat nasional maupun internasional pada setiap kegiatan kejuaraan baik tingkat remaja maupun dewasa, maka kontribusi atlet untuk menyumbangkan medali tentu ada. Untuk itu dapat dikatakan bahwa kabupaten Wonogiri termasuk salah satu daerah yang berpotensi untuk pembibitan atlet. Selain itu, Wonogiri merupakan salah satu kabupaten yang memiliki kepedulian untuk terlibat secara aktif dalam meningkatkan prestasi olahraga Indonesia.
Untuk meningkatkan kesehatan serta meningkatkan prestasi keolahragaan di Kabupaten Wonogiri khususnya pegawai negeri sering kali mengadakan pertandingan persahabatan antar instansi maupun klub-klub bulutangkis maupun pertandingan antar Dinas/Instansi. Adapun untuk lapangan Bulutangkis yang ada di Kabupaten Wonogiri Hampir di Setiap Kecamatan mempunyai sarana lapangan olah raga bulutangkis bahkan ditingkat Kelurahan juga banyak yang memilikinya.seperti Kecamatan Wonogiri mempunyai + 8 lapangan bulutangkis. Dengan banyaknya sarana olahraga bulutangkis diharapkan banyak melahirkan atlit-atlit yang tangguh yang lahir dari daerah bukan dimonopoli oleh daerah perkotaan saja. Disamping itu Kabupaten Wonogiri juga seringkali mengadakan turnamen Wonogiri Cup yang
(27)
sementara ini baru mengikut sertakan sebagian Kabupaten Sukoharjo yang dikemudian hari diharapkan akan mengadakan turnamen yang bersifat lebih besar lagi. (sumber : http://www.wonogirikab.go.id/bulutangkis wonogiri.php.htm. diakses pada 10 agustus 2011).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah Kabupaten Wonogiri sangat peduli terhadap pembinaan prestasi olahraganya. Namun dari hasil yang dicapai ternyata masih jauh dari harapan. Sampai di sini permasalahan muncul kembali, terdapat ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan kenyataan di lapangan. Untuk melihat hal ini perlu dicermati lagi tentang masalah pembinaan ke dalam cakupan yang lebih sempit yaitu pembinaan prestasi olahraga di wilayah kecamatan sebagai penyumbang kontribusi terhadap kemajuan prestasi kabupaten Wonogiri.
Salah satu wilayah kecamatan yang terletak paling ujung dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur adalah Kecamatan Baturetno. Kecamatan dengan luas 89,10 km² dan populasi penduduk mencapai 45.639 jiwa ini bagi peneliti dianggap menarik untuk ditelusuri menganai potensinya terutama potensi dan perkembangan olahraganya. Serta bagaimana sumbangsihnya terhadap kemajuan prestasi olahraga di Kabupaten Wonogiri. Potensi yang ingin ditelusuri berkaitan dengan pembinaan olahraga terutama olahraga usia dini. Baik tentang kondisi sarana prasarana, kondisi SDM, peran serta pemerintah setempat, sekolah, dan masyarakat.
(28)
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah UmumBedasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri ?
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1) Bagaimana kondisi potensi anak usia dini (10-12 tahun) di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri.
2) Bagaimana peran serta sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam menangani pembinaan olahraga usia dini di tingkat sekolah)
3) Bagaimana peran masyarakat dalam menanggapi dan menangani pembinaan olahraga usia dini.
4) Bagaimana serta pemerintah daerah setempat terhadap pembinaan olahraga usia dini.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan UmumTujuan penelitian Penelusuran potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri taun 2010 adalah untuk mengetahui potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan baturetno Kabupaten Wonogiri.
(29)
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui kondisi potensi anak usia dini (10-12 tahun) di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri.
2) Mengetahui peran serta sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam menangani pembinaan olahraga usia dini di tingkat sekolah)
3) Mengetahui peran masyarakat dalam menanggapi dan menangani pembinaan olahraga usia dini.
4) Mengetahui serta pemerintah daerah setempat terhadap pembinaan olahraga usia dini.
1.4
Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah tafsir atau pengertian yang berbeda maupun penyimpangan yang dapat berakibat kaburnya permasalahan dalam penelitian ini, penegasan ini digunakan untuk lebih menegaskan masalah yang akan di teliti.
1.4.1
PenelusuranPenelusuran adalah penelaahan, penjajakan (KBBI, 2005:1164). Penelitian penelusuran atau dalam bahasia inggris disebut tracer study. To trace artinya mengikuti jejak yang tidak lain adalah menelusuri. Dari arti kata menelusuri dapat diketahui bahwa kegiatan yang ada dalam penelitian ini adalah mengikuti jejak seseorang yang sudah pergi atau sesuatu yang sudah lewat waktu. (Suharsimi Arikunto, 2006:111)
(30)
Jadi penelusuran dalam penelitian ini adalah teknik riset yang bertujuan mengadakan penelitian untuk memperoleh kualitas hasil tentang potensi olahraga usia dini di daerah.
1.4.2 Potensi
Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. (KBBI, 2005 : 890). Potensi dalam penelitian ini adalah kemampuan olahraga yang dimiliki oleh anak usia dini.
1.4.3 Daerah
Lingkungan pemerintahan atau wilayah. Sekeliling tempat yang dipakai untuk tujuan khusus. Kawasan atau tempat sekeliling atau yang termasuk dalam lingkungan suatu kota. (KBBI, 2005 : 228)
Daerah dalam penelitian ini adalah wilayah kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri dalam pembinaan olahraga usia dini
1.4.4 Pembinaan
Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif utuk memperoleh hasil yang lebih baik. (KBBI, 2005 : 153) Jadi pembinaan adalah usaha atau proses membina untuk mencapai tujuan yang diharapkan.dalam hal ini adalah pembinaan olahraga usia dini.
1.4.5 Olahraga
Serangkaiaan gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup. (Santosa Giriwijoyo dan Mucthamadji M.Ali, 2005 : 84)
(31)
1.4.6 Olahraga Usia Dini
Olahrga khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak usia dini yang berusia antara 6 – 14 tahun, yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan karakteristik emosional periode tersebut.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Pemerintah KabupatenSebagai gambaran bagi pemerintah kabupaten, dinas pendidikan dan KONI mengenai pelaksanaan pembinaan olahraga usia dini yang telah dilakukan pada daerah Kabupaten Wonogiri.
1.5.2 Bagi Sekolah dan Guru
1. Sebagai masukan bagi setiap sekolah tentang pembinaan dan potensi olahrga yang ada disekolah
2. Sebagai masukan bagi guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan tentang pembinaan olahrga dan potensi olahrga yang ada disekolah
1.5.3 Bagi penulis
Menambah wawasan serta pengetahuan tentang pembinaan dan potensi daerah olahrga usia dini.
(32)
LANDASAN TEORI
2.1
Potensi Diri
2.1.1 Pengertian Potensi Diri
Salah satu aturan main dalam permainan hidup (the game of life) adalah diberlakukannya hukum kompetisi/persaingan. Kenyataan menunjukkan semua orang memiliki keinginan umum yang sama. Ingin kaya, ingin dihormati atau ingin berprestasi di bidang tertentu. Akan tetapi tidak semuanya dapat mencapai apa yang diinginkannya. Mengapa demikian ?
Hal ini karena masing-masing individu memiliki potensi diri yang berbeda dengan lainnya. Pengertian potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki setiap pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam berprestasi. Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang, setiap orang memilikinya (Siahaan,Parlindungan,2005:4).
Potensi dalam KBBI (2005:890) berarti kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, atau daya.diri berarti orang seorang terpisah dari yang lain. Jadi potensi diri adalah kemampuan yang ada atau dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan untuk di kembangkan.
(33)
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa potensi merupakan kemampuan yang trependam dalam diri seseorang dan memiliki kemungkinan dan kemampuan untuk dikembangkan menjadi sebuah prestasi.
2.1.2 Jenis-Jenis Potensi Diri
Ciri khas dari potensi yang dimiliki oleh seseorang berpengaruh besar pada pembentukan pemahaman diri dan konsep diri. Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dalam hal potensi diri adalah jika terolah dengan baik akan berkembang baik secara fisik maupun mental. Berikut adalah aspek-aspek yang dimiliki seseorang yang patut untuk dikembangkan antara lain :
1) Diri fisik : meliputi tubuh dan anggotanya beserta prosesnya
2) Proses diri : merupakan alur pikiran, emosi dan tingkah laku yang konstan. 3) Diri sosial : adalah bentuk pikiran dan perilaku yang diadopsi saat merespon
orang lain dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh
4) Konsep diri : adalah gambaran mental atau keseluruhan pandangan seseorang tentanmg dirinya.
(Sumber : http://www.dempelonline.com/2009/11/potensi-diri/comment-page-1/ Diakses pada 10 Agustus 2011)
Potensi diri manusia secara utuh adalah keseluruhan badan atau tubuh manusia sebagai suatu sistem yang sempurna dan paling sempurna bila dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Apabila diidentifikasi, potensi-potensi yang telah ada pada diri manusia adalah akal pikiran (otak), hati, dan indera (QS. Al-Hijr.28-29).
(34)
Potensi apapun yang ada pada diri manusia, masing-masing mempunyai fungsi, masing-masing dapat tumbuh dan berkembang, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, baik disengaja, maupun secara alami. Sesuai dengan potensi diri yang Tuhan berikan kepada manusia, konsekwensi logisnya adalah manusia harus memanfaatkan dan mengaktualisasikan semaksimal mungkin dalam hidup dan kehidupannya. (Wiyono Slamet ,2005:38)
2.2
Bakat
2.2.1 Pengertian Bakat
Menurut Cholik ( 1995:28 ) mengartikan bakat atau talenta sebagai potensi yang dibawa sejak lahir, merupakan pembawaan yang diperoleh secara genetik dari faktor keturunan.
Dr. H. Yul Iskandar, Ph. D dalam Semiawan Conny (1997:61) menjelaskan apa yang dimaksud bakat. Yang dimaksud bakat adalah sesuatu karakteristik unik individu yang membuatnya mampu melakukan sesuatu aktivitas dan tugas secara mudah dan sukses.
Menurut Leider dan Shapiro, bakat kita merupakan kecenderungan khusus yang ada sejak lahir, kekuatan di belakang hal-hal yang kita nikmati dan kita lakukan dengan baik yang tak pernah perlu kita pelajari. Mengekspresikan bakat kita adalah sesuatu yang kita lakukan secara alami, dengan mudah, dan tanpa pamrih, sedangkan bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum kita pahami, adalah kelebihan / keunggulan alamiah yang melekat pada diri kita dan menjadi pembeda
(35)
antara kita dengan orang lain. Kamus Advance, misalnya, mengartikan talent dengan “natural power to do something well”. Dalam kamus Marriam-Webster’s, dikatakan “natural endowments of person.” (http://sumber-kearifan.blogspot.com/2009/04/34-jenistema-bakat.html)
Dapat disimpulkan bahwa bakat merupakan kemampuan unik yang dimiliki setiap individu yang diperoleh secara genetik dari faktor keturunan yang membuat setiap individu mampu melakukan suatu aktivitas dan tugas dengan mudah dan sukses. Kemampuan tersebut menunjukkan kemampuan di atas rata–rata yang telah ada pada diri kita secara alamiah dan perlu dilatih untuk mencapai hasil yang maksimal.
2.2.2 Macam-Macam Bakat
Ada banyak sekali pendapat mengenai macam–macam bakat. Berdasarkan sumber yang penulis temukan di internet yaitu ada 34 bakat. 34 Tema Bakat tersebut adalah :
1) Achiever
Memiliki stamina tinggi dan juga seorang pekerja keras. Mendapat kepuasan dari kesibukan dan produktivitas.
2) Activator
Mampu merealisasikan ide-ide atau gagasan menjadu suatu tindakan nyata. Cenderung tidak sabar.
(36)
3) Adaptibility
Cenderung bisa mengikuti arus , mampu menjadi orang masa kini maupun menyiapkan untuk masa mendatang.
4) Analytical
Cenderung mencari penjelasan dan sebab sesuatu terjadi. Punya kemampuan mencari tahu faktor-faktor yang mempengaruhi situasi.
5) Arranger
Terorganisir, tetapi juga fleksibel. Senang berusaha memanfaatkan sumber-sumber yang ada agar menghasilkan produktivitas maksimal.
6) Belief
Memiliki nilai-nilai atau prinsip yang cenderung menetap, dalam mencapai tujuan hidupnya.
7) Command
Mampu mengontrol situasi dan membuat keputusan 8) Communication
Mampu menyampaikan gagasan melalui kalimat yang mudah dipahami, seorang lawan bicara dan presenter yang baik.
9) Competition
Selalu mengukur kemajuan dirinya dengan performa orang lain, berusaha menjadi nomor satu.
(37)
10)Connectedness
Memiliki keyakinan dalam hubungannya dengan segala hal, meyakini bahwa kebetulan hanya sebagian kecil, setiap kejadian ada penyebabnya.
11)Consistency
Berusaha adil, dengan cara membuat aturan yang jelas. 12)Context
Senang memahami kejadian masa kini melalui sejarah. 13)Deliberative
Sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan atau menentukan pilihan, mengantisipasi kesalahan.
14)Developer
Mengenali potensi orang lain, memperhatikan perkembangan walaupun kesil, dan memperoleh kepuasan darinya.
15)Discipline
Menikmati bekerja dalam struktur dan rutinitas, bekerja dalam arahan/aturan. 16)Empathy
Mampu merasakan perasaan orang lain membayangkan dirinya berada di posisi orang lain.
17)Focus
Bekerja dengan tujuan, melakukan tindakan selama masih dalam koridor tujuan, membuat prioritas lalu bertindak.
(38)
18)Futuristic
Terinspirasi oleh apa yang akan terjadi di masa mendatang, dan apa yang bisa dilakukan. Menginspirasi orang lain dengan visinya itu.
19)Harmony
Mencari konsensus, tidak menyukai konflik, mencari jalan tengah. 20)Ideation
Memiliki banyak ide, mampu menghubungkan fenomena yang berbeda. 21)Includer
Mudah menerima orang lain, menunjukkan kepedulian terhadap orang yang merasa diasingkan, berusaha mengguyubkan.
22)Individualization
Tertarik dengan keunikan masing-masing orang, mampu melihat bagaimana orang yang berbeda-beda dapat bekerjasama secara produktif.
23)Input
Senang mengumpulkan dan mencari berbagai informasi 24)Intellection
Memiliki daya intelektualitas tinggi, meminati diskusi-diskusi intelektual. 25)Learner
Memiliki keinginan besar untuk belajar dan terus melakukan perbaikan. 26)Maximizer
Cenderung fokus pada kekuatan untuk mendorong orang ataupun kelompok lebih maksimal, berusaha merubah sesuatu yang kuat menjadi super.
(39)
27)Positivity
Antusias, mampu membuat orang lain tertarik dengan apa dilakukannya. 28)Relator
Menikmati hubungan dekat dengan orang lain, mendapat kepuasan mendalam dengan bekerja keras bersama teman dalam mencapai tujuan.
29)Responsibility
Merasa apa yang dikatakan adalah apa yang akan dilakukannya, komitemen pada nilai-nilai seperti kejujuran dan kesetiaan.
30)Restorative
Cakap dalam mencari tahu penyebab masalah dan berusaha menyelesaikannya. 31)Self-Assurance
Percaya diri pada kemampuannya dalam mengatur hidupnya sendiri,yakin bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat.
32)Significance
Ingin menjadi orang yang penting di mata orang lain, cenderung mandiri, dan ingin dikenal.
33)Strategic
Membuat solusi alternatif atau antisipasi, dapat dengan cepat mengetahui hubungan dan isu-isu yang relevan.
34)Woo
Senang berhadapan dengan orang-orang, dan menjadi pusat perhatian. Memperoleh kepuasan dari memulai hubungan dengan orang lain.
(40)
(sumber:http://sumber-kearifan.blogspot.com/2009/04/34-jenistema-bakat.html. Diakses pada 9 Agustus 2011)
Hal ini pun didukung oleh pendapat Gardner, masing-masing dari kita memiliki sebuah kombinasi dari 7 kecerdasan. Setiap orang mempunyai kekuatan relatif dari tiap kecerdasan di atas sedemikian rupa sehingga orang tersebut cenderung menentukan pilihan aktifitas apapun yang dia sukai tanpaketerpaksaan. Kita menyebutnya sebagai bakat. Lalu apa saja yang termasuk 7 kecerdasan itu ?
Howard Gardner (1983:216) menyimpulkan hasil risetnya yang mengatakan bahwa sedikitnya ada tujuh jenis kecerdasan :
1) Kecerdasan linguistik, berkaitan dengan kemampuan bahasa dan penggunaannya. Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-main dengan bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti dan narasi. Mereka seringkali pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal, tempat dan nama.
2) Kecerdasan musikal, berkaitan dengan musik, melodi, ritme dan nada. Orang-orang ini pintar membuat musik sendiri dan juga sensitif terhadap musik dan melodi. Sebagian bisa berkonsentrasi lebih baik jika musik diperdengarkan; banyak dari mereka seringkali menyanyi atau bersenandung sendiri atau mencipta lagu serta musik.
3) Kecerdasan logis-matematis, berhubungan dengan pola, rumus-rumus, angka-angka dan logika. Orang-orang ini cenderung pintar dalam teka-teki, gambar,
(41)
aritmatika, dan memecahkan masalah matematika; mereka seringkali menyukai komputer dan pemrograman.
4) Kecerdasan spasial, berhubungan dengan bentuk, lokasi dan mebayangkan hubungan di antaranya. Orang-orang ini biasanya menyukai perancangan dan bangunan, disamping pintar membaca peta, diagram dan bagan.
5) Kecerdasan tubuh-kinestetik, berhubungan dengan pergerakan dan ketrampilan olah tubuh. Orang-orang ini adalah para penari dan aktor, para pengrajin dan atlet. Mereka memiliki bakat mekanik tubuh dan pintar meniru mimik serta sulit untuk duduk diam.
6) Kecerdasan interpersonal, berhubungan dengan kemampuan untuk bisa mengerti dan menghadapi perasaan orang lain. Orang-orang ini seringkali ahli berkomunikasi dan pintar mengorganisasi, serta sangat sosial. Mereka biasanya baik dalam memahami perasaan dan motif orang lain.
7) Kecerdasan intrapersonal, berhubungan dengan mengerti diri sendiri. Orang-orang ini seringkali mandiri dan senang menekuni aktifitas sendirian. Mereka cenderung percaya diri dan punya pendapat, dan memilih pekerjaan dimana mereka bisa memiliki kendali terhadap cara mereka menghabiskan waktu.
2.3
Identifikasi Bakat Olahraga
Pemanduan bakat ( talent identification ) adalah suatu usaha yang di lakukan untuk memperkirakan dengan probalitas yang tinggi peluang seseorang yang berbakat dalam olahraga prestasi untuk dapat berhasil dalam menjalani program latihan
(42)
sehingga mampu mencapai prestasi puncaknya. Bakat merupakan kemampuan terpendam seseorang yang di miliki sejak lahir dan menjadi dasar kemampuan nyata. Pembagian bakat kita kenal dengan bakat umum yaitu: bakat yang di mililki setiap orang, meskipun berbeda dalam kadarnya yang biasa disebut intelegensia. Bakat khusus yaitu, kemampuan yang menonjol pada seseorang yang tidak terdapat pada setiap orang. Sedangkan bakat olahraga yaitu, kemampuan dasar yang berkenaan dengan penampilan gerak (motor performance) dan merupakan kombinasi dari beberapa kemampuan dengan sikap badan seseorang (M. Furqon H dan Muchsin Doewes, 1999: 1).
Pemanduan bakat olahraga dilakukan dengan menggunakan test pemanduan bakat (sport search). Tes tersebut merupakan tes yang dilakukan untuk memandu seseorang ke cabang olahraga disesuaikan dengan minat dan kemapuan individualnya. Tes di berikan meliputi sepeluh bentuk tes yang pada dasarnya adalah tes postur, tes kebugaran atu kesegaran jasmani, dan tes keterampilan. Instrumen yang di gunakan dalam tes tersebut adalah: tinggi badan, tinggi duduk, berat badan, panjang depa, lempar tangkap bola tenis, lempar bola basket, lompat raihan, lari bolak balik lima meter, lari cepat 40 meter, dan multi stage. Dari data hasil test yang lakukan kemudian dimasukkan dan oleh dalam komputer yang nantinya akan secara otomatis diarahkan ke cabang olahraga yang sesuai dengan hasil test tersebut (Dirjen Dik Das Men, 2001: 1).
Langkah – langkah pemanduan bakat yang dapat ditempuh sebagai berikut: 1) Analisis lengkap dari fisik dan mental sesuai dengan karekteristik cabang olahraga.
(43)
2) Seleksi umum dan khusus dengan menggunakan instrumen dari cabang olahraga yang bersangkutan. 3) Seleksi berdasarkan karakteristik, antropometrik dan kemampuan fisik, serta disesuaikan dengan tahapan perkembangan fisiknya.
Untuk melakukan seleksi dengan tepat, dapat di gunakan evaluasi tes dan pengukuran kemampuan fisik, motorik, dan psikologis yang dilakukan secara khusus, kemudian dianalisis faktor penentunya antara lain: 1) Prestasi atau penampilan yang dicapai. 2) Peningkatan prestasi lebih cepat dari pada anak yang tidak berbakat. 3) Kualitas mental yang baik. 4) Stabilitas peningkatan prestasi. 5) Daya toleransi beban latihan yang di berikan.
2.3.1 Tujuan Identifikasi Bakat
Tujuan utama pengidentifikasian bakat adalah untuk mengidentifikasi dan memilih calon atlet yang memiliki berbagai kemampuan tertinggi dalam cabang olahraga tertentu (Harre. Ed. 1982:84 dalam KONI) mengemukakan bahwa tujuan pengedentifikasian bakat adalah untuk memprediksi suatu derajat yang tinggi tentang kemungkinan apakah calon atlet akan mampu berhasil memyelesaikan program latihan junior dalam olahraga yang dipilih agar ia dapat mengukur secara pasti, melakukan tahap latihan selanjutnya.
2.3.2 Manfaat Identifikasi Bakat
Bompa (1990:334) mengemukakan bahwa penggunaan kriteria ilmiah dalam proses pengedintifikasian bakat memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1) Menurunkan waktu yang diperlakukan untuk prestasi yang tinggi dengan menyeleksi calon atlet berbakat dalam cabang olahraga tertentu.
(44)
2) Mengeliminasi volume kerja, energi dan memisahkan bakat yang tinggi bagi pelatih. Keefektifan latihan dapat dicapai, terutama bagi calon atlet yang memiliki kemampuan tinggi.
3) Meningkatkan daya saing dan jumlah atlet dalam mencapai tingkat prestasi yang tinggi.
4) Meningkatkan kepercayaan diri calon atlet, karena perkembangan prestasi tampak makin dinamis dibanding dengan atlet-atlet lain yang memiliki usia sama yang tidak mengalami seleksi.
5) Secara tidak langsung mempermudah penerapan latihan. 2.3.3 Metode Pengidentifikasian Bakat
Bompa (1990:334) mengemukakan dua metode dalam mengidentifikasi bakat calon atlet, yaitu:
1) Seleksi alamiah
Seleksi ini dianggap sebagai pendekatan normal dengan cara alamiah dalam mengembangkan kemampuan seorang atlet dalam berolahraga. Mengasumsikan bahawa seorang atlet yang mendaftar pada cabang tertentu sebagai hasil dari pengaruh lokal ( tradisi sekolah, keinginan orang tua, atau teman seusia ).
2) Seleksi ilmiah
Seleksi ilmiah adalah suatu metode yang digunakan pelatih dalam memilih anak-anak prospektif yang telah menunjukan kemampuan alami pada cabang olah raga tertentu. Jadi dibandingkan dengan individu yang diidentifikasi melalui metode alamiah, waktu untuk mencapai tingkat kemampuan yang tinggi bagi meereka
(45)
yang terseleksi secara ilmiah lebih pendek. Untuk cabang-cabang olahraga yang membutuhkan tinggi atau berat tertentu (bola basket, sepak bola, mendayung, cabang-cabang lempar) seleksi ilmiah sangat dianjurkan. Hal yang sama pada cabang yang membutuhkan kecepatan, waktu, reaksi, koordinasi dan tenaga ( judo, sprint, hokey, cabang-cabang lompat pada atletik).
2.3.4 Kriteria Utama dalam Pengidentifikasian Bakat
Atlet yang berkemampuan tinggi mempunyai profil biologis yang spesifik, kemampuan biomotorik yang tinggi dan sifat fisiologis yang kuat. Meskipun demikian jika seseorang yang menekuni olahraga memiliki kekurangan secara biologis atau lemah dalam hal – hal yang diperlukan dalam suatu cabang olahraga, meskipun mendapatkan latihan yang lebih, tidak akan bisa menutupi kelemahan alami pada cabang olahraga itu. Karena itulah pengenalan bakat secara ilmiah merupakan hal yang penting untuk penampilan kemampuan atlet yang tinggi (peack performance). Adapun beberapa kriteris tersebut adalah :
1) Sehat
Merupakan hal yang paling penting bagi seorang yang berpartisipasi dalam pelatihan, maka sebelum diterima dalam klub tertentu setiap pemula harus mendapatkan pemeriksaan medis yang seksama. Dokter dan pelatih harus sepakat untuk memilih individu yang paling sehat.
2) Kualitas Biometrik
Kapasitas antropometrik dari seseorang merupakan hal yang penting pada beberapa cabang olahraga, maka dari itu menjadi pertimbangan utama pada
(46)
kriteria identifikasi bakat. Tinggi dan berat atau panjang dari anggota badan seringkali berperan penting dalam cabang olahraga tertentu.
3) Hereditas
Merupakan fenomena biologis yang komplek dan seringkali memainkan peranan penting dalam latihan. Anak-anak cenderung mewariskan karakteristik biologis dan psikologis orang tuanya, meskipun degan pendidikan,pelatihan dan pengkondisian sosial hal-hal yang diwarisi tersebut dapat sedikit diubah.
4) Fasilitas Olahraga dan Iklim
Membatasi kesempatan atlet yang telah terseleksi, sebab itulah jika fasilitas cabang olahraga tertentu kondisi alamnya tidak memungkinkan dan fasilitasnya tidak ada, mungkin atlet itu mengambil cabang olahraga lain.
5) Kemampuan Spesialis
Kemampuan spesialis atau pengetahuan dari seorang pelatih pada identifikasi bakat serta pengujian, juga menentukan selelksi kandidat. Semakin banyak dan rumit metode ilmiah yang di gunakan untuk identifikasi bakat, semakin tinggi pula kemungkinannya dalam menemukan bakat yang superior untuk cabang tertentu.
(sumber : IDENTIFIKASI BAKAT OLAHRAGA ~ ERIYAN TONI Blog: /identifikasi-bakat-olahraga.html. Diakses pada 9 Agustus 2011)
(47)
2.3.5 Tahap Identifikasi Bakat
Pengidentifikasian bakat yang berkomprehensif tidak hanya dilakukan sekali usaha, tetapi dilakukan dalam beberapa tahun. Bompa (1990:337) mengemukaan tiga tahap dalam pengidentifikasian bakat, tahap-tahap tesebut adalah :
2.3.5.1 Tahap Identifikasi Awal ( The Primary Phase )
Tahap awal ini dilakukan pada masa pro-adolensi (3-8 tahun). Sebagian besar didominasi dengan pemeriksaan fisik pada kesehatan calon atlet danpengembangan fisik umum serta dirancang untuk mendeteksi berbagai kegagalan fungsi atau penyakit. Porsi pengujian kemampuan biometrik dapat memfokuskan pada (1) menemukan kekurangan-kekurangan fisik yang memiliki peran membatasi atau menghambat usaha keras calon atlet, (2) menentukan tingkat perkembangan fisik calon atlet melalui cara sederhana, seperti rasio di antara tinggi dan berat badan; dan (3) mendeteksi genetik yang dominan (misalnya tinggi badan) agar anak dapat diarahkan pada klub-klub olahraga yang memungkinkan anak menspesialisaikan cabang olahraga di kemudian hari.
Karena usia dini pada tahap awal ini dilakukan pengidentifikasian bakat, sehingga hanya memperoleh informasi umum dari kondisi anak. Hasil pengidentifikasian belum dapat diputuskan secara pasti, karena dinamika tentang pertumbuhan dan perkembangan calon atlet pada masa yang akan datang masih secara relatif belum dapat diprediksi atau masih berubah-ubah. Namun demikian, untuk olahraga-olahraga seperti renang, senam dan figurskating di mana latihan yang
(48)
komprehensif harus sudah dimulai pada usia dini, maka tahap identifikasi awal harus seluruhnya dilaksanakan.
2.3.5.2 Tahap Identifikasi Kedua (Secondry Phase)
Tahap ini dilakukan selama dan sesudah masa adolesensi, diantara usia 9-10 tahun untuk senam, figurskating dan renang. 10-15 tahun untuk puteri dan 10-17 tahun untuk putera utnuk olahraga yang lain. Ini menggambarkan tahap yang sangat penting dalam pemiliohan calon atlet. Tahap ini digunakan untuk
Anak usia belasan tahun yang telah berpengalaman dengan latihan yang terorganisasi. Teknik yang digunakan dalam tahap kedua ini menilai atau mengevaluasi dinamika parameter biometrik dan parameter fungsional, karena tubuh harus telah mencapai tingkat adaptasi tertentu untuk persyaratan dan kekhususan dari olahraga yang dipilih. Akibatnya, pemeriksaan kesehatan harus dilakukan secara rinci dan bermaksud mendeteksi hambatan-hambatan dalam meningkatakan prestasi (misalnya rematik, hepatitis, penyakit akut dan lain-lain).
Momen ini merupakan tahap yang sangat penting dan menentukan bagi anak pada masa adolesensi di mana perubahan-perubahan biometrik yang dramatis berlangsung (misalnya jika anggota badan bagian bawah bertambah secara nyata. maka otot berkernbang secara tidak proporsional dar lain-lain). Oleh karena itu, selama pemeriksaaan perkembangan fisik urnum harus mempertimbangkan pengaruh latihan yang di spesialisasikan pada pertumbuhan dan perkembangan atlet. Proporsional dalam Bompa (1990:338) menyatakan bahwa latihan kekuatan intensif dan dengan beban berat yang dilakukan pada usia yang sangat dini akan membatasi
(49)
pertumbuhan (tinggi) dengan mempercepat pengakhiran pertumbuhan serabut tulang rawan, misalnya pengakhiran prematur tulang-tulang yang panjang.
Anak bukan “orang dewasa kecil”, tetapi anak adalah anak, yaitu anak harus dipandang sebagai anak yang mempunyai dunianya sendiri yang disesuaikan dengan karakteristiknya. Oleh karena itu tidaklah tepat menharapkan anak melakukan kegiatan seperti yang dilakukan orang dewasa, dan tidak juga mengharapkan anak anak melakukan kondisi yang sama sebagaimana yang dilakukan orang dewasa. ASDEP Kemenpora (2007:37)
Untuk beberapa cabang olahraga, misalnya nomor-nomor lempar, kano, gulat dan angkat besi, yang memerlukan keluasan bahu yang lebar (biacromial diameter),
karena bahu yang kuat sangat berkaitan dengan kekuatan individu, atau setidaknya menggambarkan kerangka yang bagus untuk mengembangkan kekuatan.
Selama tahap pemanduan bakat kedua ini, psikolog olahraga mulai memainkan perannya yang makin penting dengan melakukan tes psikologi secara menyeluruh. Tiap profil psikologis atlet harus disusun untuk mengungkapkan apakah ia memiliki ciri-ciri psikologis yang diperlukan untuk olahraga yang dipilih. Tes ini akan membantu menentukan apakah gambaran tekanan-tekanan psikologis di masa yang akan datang.
2.3.5.3 Tahap Identifikasi Akhir
Tahap ini terutama ditujukan untuk calon tim nasional. Pada tahap ini harus sangat reliable dan sangat berhubungan dengan kekhususan dan persyaratan olahraga yang dipilih. Diantara faktor-faktor utama yang harus dilakukan (1) pemeriksaaan
(50)
keschatan, (2) adaptasi psikolugis pada latihan dan kompetisi, (3) kemampuan untuk mengatasi tekanan dan yang sangat penting udalah, (4) potensinya untuk mengingkatkan prestasinya di masa selanjutnya. Pemeriksaan kesehatan, tes psikologis dan tes latihan harus dilakukan secara periodik. Data-data tes ini harus dicatat dan dikomparasikan untuk mengilustrasikan dinamika atlet dari tahap pengidentifikasian awal sampai karier olahraga.
Di bawah ini adalah gambar Piramida olahraga prestasi:
PEMANTAPAN JUARA SPESIALISASI CABOR
MULTILATERAL
TALENT SCOUNTING
Gambar 2.1 Piramida Pembinaan Olahraga
Sumber: KONI, Gerakan Nasional Garuda Emas 1997-2007
Upaya perlu dilakukan pertama dalam pembinaan olahraga prestasi adalah pencarian bakat yang proaktif pada piramid level bawah atau pertama. Kemudian dilaksanakan pembinaan multilateral atau diadakannya Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP/, kelas olahraga ataupun perkumpulan olahraga. Kemudian
(51)
dilaksanakan tahapan ke piramida lebih tinggi yaitu tahap pembinaan spesialisasi cabang olahraga. Dan menuju piramid tertinggi adalah pemantapan juara. Dapat pula dilihat gambar jalur mekanisme Talent Scouting pada lampiran tiga.
2.4
Motor Educability
Motor educability adalah kemampuan seorang untuk dapat menguasai gerakan-gerakan baru ( new motor skill ). Dalam proses latihan pengelompokan atlet ke dalam kelompok-kelompok yang homogeny sangat perlu dilakukan, hal ini berkaitan dengan prinsip individualisasi. Setiap atlet mempunyai kemampuan yang berbeda dalam penguasaan gerak, sehingga dengan dilakukan pengelompokan dapat memudahkan pelatih dalam memberikan atau menentukan metode serta cara penyampaian teknik atau gerakannya. Karen dengan pengusaan teknik dasar yang baik, akan menunjang terhadap keterampilan seorang dalam pencapaian prestasi.
Salah satu parameter dalam dunia olahraga yang sudah sangat dikenal untuk melihat kemampuan anak dalam gerak atau keterampilan adalah motor educability.
Donal K (1983:150) menjelaskan bahwa “The ease with which a person learns new skill is refered to as motor educability”.Selanjutnya Nurhasan (2007:142) menjelaskan bahwa “Motor Educability adalah sebagai kemampuan seseorang untuk mempelajari gerakan yang baru (new motor skill).
Dari semua pendapat di atas bias ditarik kesimpulan bahwa motor educability
adalah cepat atau lambatnya kemampuan seseorang dalam mempelajari dan menguasai gerak baru, semakin anak menunjukan kemudahan ketika dia mempelajari
(52)
suatu gerak baru, maka hal tersebut menunjukan semakin tinggi derajat motor educability yang dimiliki oleh anak tersebut. Dengan demikian motor educability
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran gerak, terutama ketika anak diperkenalkan pada keterampilan yang belum dikenal atau masih baru.
David K. Brace merupukan peneliti pertama yang menyatakan hasil penelitiannya tentang motor educability pada tahun 1927. Hasil penelitian ini ternyata belum bias memuaskan kerena dalam perkembangannya tingkat reliabilitasnya masih rendah, karena tidak memliki norma yang tegas antara masing-masing kelompok, baik menurut umur dan jenis kelamin.
Rendahnya tingkat reliabilitas tes motor educability yang disusun oleh David K. Brace maka terbentuklah IOWA BRACE TEST
2.5
Pemanduan
Iowa – Brace Test for Motor Educability
Dari hasil penyempurnaannya, maka diperoleh motor educability yang mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi dan keseluruhan memnuhi kriteria sebagai berikut :
1) Persentasi berhasilnya seseorang melakukan latihan bertambah, sesuai dengan bertambahnya umur mereka
2) Item-itemnya mempunya korelasi yang rendah dengan pengukuran strength, size, dan power.
(53)
Pemanduan Iowa – Brace Test for Motor Educability dengan metode sport search terdiri dari 15 butir tes yang bertujuan membantu untuk menemukan potensi anak yang berbakat. Tetapi dalam pelaksanaannya yang digunakan hanya 10 tes untuk siswa putar dan 10 tes untuk siswa putri dengan urutan acak.
2.5.1 Iowa-Brance Test for Motor Educability 1) Tes 1
Berdiri dengan kaki kiri. Membungkuk ke depan, dua telapak tangan menyentuh lantai. Luruskan tungkai kanan ke belakang. Sentuhkan dahi ke lantai, dan kembali ke posisi berdiri tanpa kehilangan keseimbangan
2) Tes 2
Duduk di lantai, tungkai lurus dan rapat. Letakaan tangan kanan di lantai di belakang badan. Putar badan ke arah kanan daan luruskan lengan hinga badan terangkat. Berat badan di sangga oleh tangan kanan daan kaki kanan. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005. 3) Tes 3
Berdiri kaki rapat. Jongkok, kedua lengan berada diantara tungkai melewati bagian belakang pergelangan kaki, tautkan kedua belah jemari tangan dengan di depan pergelangan kaki. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.
(54)
4) Tes 4
Balik kanan, berlutut dengan 1 tungkai, dan angkat tungkai yang lain (bertumpu hanya pada 1 lutut). Rentangkan kedua lengan ke samping. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan.1001,1002, 1003, 1004, 1005.
5) Tes 5
Melompat setinggi-tingginya, sambil kaki bertepuk 2×, mendarat dengan kaki terbuka.
6) Tes 6
Tangan kanan di bahu kiri, tangan kiri di bahu kanan. Tungkai menyilang, kemudian duduk. Berdiri kembali dengan kedua tangan tetap di bahu, tidak boleh menggerak-gerakan badan atau tungkai untuk membantu keseimbangan.
7) Tes 7
Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah kiri. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak kehilangan keseimbangan atau melangkah.
8) Tes 8
Berdiri 1 kaki. Tutup mata. Melompat ke belakang 5 lompatan 9) Tes 9
Melompat setingi tinginya, ayun kedua tungkai lurus ke depan, saat melayang sentuh ujung jari kaki dengan jari tangan.
(55)
Berdiri dengan kaki kiri. Melompat sambil melakukan ½ putaran (180º) ke arah kiri dan pertahankan keseimbangan
11) Tes 11
Melompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan. Ayun kedua tungkai ke arah sisi kiri badan. Saat melayang, kedua kaki bertepuk. Saat kaki bertepuk/ bersentuhan, posisi kaki berada di luar garis bahu. Mendarat dengan kaki terbuka.
12) Tes 12
Berlutut. Kedua telapak kaki menghadap ke atas (punggung kaki melekat di lantai). Ayun kedua tangan, melompat, mendarat dengan dua kaki. Sebelum melompat, kedua telapak kaki harus tetap menghadap ke atas.
13) Tes 13
Jongkok, dengan satu tungkai lurus ke depan. Lakukan lompatan dengan bergantian kaki tungku dan tungkai yang di luruskan. Lakukan dua kali lompatan untuk tiap tungkai. Tumit tungkai harus lurus boleh menyentuh lantai, sementara tumit tungkai yang di tekuk harus selalu menyentuh pinggul.
14) Tes 14
Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah kanan. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak bolah kehilangan keseimbangan atau melangkah.
15) Tes 15
Duduk dengan tungkai ditekuk di depan dada. Masukkan kedua lengan di antara tungkai, lewat bawah lutut, pegang pergelangan kaki. Berguling cepat ke arah
(56)
kanan, dengan berat badan pertama di tumpukan di lutut kanan, kemudian bahu kanan, punggung, bahu kiri, lutut kiri, dan kembali ke posisi duduk. Saat kembali ke posisi duduk, menghadap ke arah yang berlawanan dengan arah menghadap saat sebelum bergerak.
Dari 15 butir tes tersebut siswa putra dan siswa putra mendapat rangkaian tes yang berbeda. Pembagiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Ururtan Gerak Tes untuk Siswa Kelas 4, 5, 6 SD
PUTRA PUTRI
5 Tes Pertama 5 Tes Kedua 5 Tes Pertama 5 Tes Kedua
Tes 8 Tes 2 Tes 8 Tes 1
Tes 4 Tes 3 Tes 14 Tes 3
Tes 10 Tes 6 Tes 7 Tes 12
Tes 9 Tes 12 Tes 15 Tes 11
Tes 7 Tes 13 Tes 9 Tes 5
Tes ini berupa tes lapangan yang mudah dilaksanakan dan memerlukan peralatan yang sederhana serta mudah dipersiapkan. Namun demikian, masih ditemui sedikit kendala yang berkaitan dengan aspek pengolahan dan analisis data, karena tes pemanduan bakat dengan metode Iowa – Brace Test for Motor Educability, hasilnya diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer. Dalam kenyataannya, sarana komputer dan dengan piranti lunak yang dimiliki oleh KONI hanya dapat diakses dengan bantuan sambungan internet. Oleh karena itu, perlu dicari upaya-upaya untuk mengatasi masalah tersebut agar tes dapat dilaksanakan dengan baik.
(57)
Kemudian terciptalah modifikasi yang dilakukan pada aspek pengolahan dan analisis data. Jika tes Iowa – Brace Test for Motor Educability pengolahan dan analisisnya menggunakan bantuan komputer, maka untuk menyesuaikan kondisi keterbatasan alat pengolahan dan analisis dimodifikasi atau diubah dengan menggunakan teknik pengolahan dan analisis secara manual. Tujuan utama dalam memodifikasi pengolahan ini adalah untuk mempermudah dalam menginterpretasikan dan menilai hasil tes, sehingga ditemukan alternatif lain dalam menganalisis dan mengolah hasil tes.
Tabel 2.2 Tabel Skor T untuk Hasil Tes Siswa Kelas 4-5-6 SD
Nilai skor T
SEKOLAH DASAR ( ELEMENTARY)
PUTRA PUTRI
20 69 69
19 66 65
18 63 62
17 60 60
16 57 58
15 54 56
14 51 54
13 48 52
12 45 50
11 43 48
10 41 45
9 39 42
8 37 39
7 35 36
6 33 33
5 31 30
4 29 28
3 27 26
(58)
1 23
Sumber : Brry L., Jack K. Nelson
Practical Measurements for Evaluation in Physical Education 1970:144-148
2.6
Unsur-unsur Dominan Pada Cabang - Cabang Olahraga
Dalam upaya melihat secara mendalam faktor-faktor utama yang berkaitan dengan prestasi dan pengidentifikasian bakat Kunts dan Florescu dalam Bompa (1990:342) mengidentifikasi (1) kapasitas motorik, (2) kapasitas psikologis, (3) kualitas biometrik termasuk pengukuran-pengukuran antrometrik dan jenis atau bentuk tubuh.
Meskipun tiga hal tersebut menggambarkan faktor- faktor utama untuk semua cabang olahraga, namun memiliki penekanan yang berada untuk setiap cabang olahraga. Makin efektif sistem identifikasi bakat yang harus memulai dengan karakterisasi olahraga, maka makin spesifik kemudian didasarkan pada analisis ini, untuk memisahkan faktor-faktor utama tersebut untuk memilih calon atlet.
Dalam Bompa (1990:339) mengidentifikasi bakat sebagai berikut:
Olahraga Jenis tes
Lari Cepat Waktu reaksi, Eksitabilitas otot-syaraf, koordinasi, kemampuan mengatasi stress, perbandingan tinggi dan panjang tungkai. Basket Tinggi dan lengan panjang, unaerobik,
koordinasi, dayatahan, intelegensi.
Senam
Koordinasi, kelentukan, kekuatan, keseimbangan vestibuler, kegigihan, kemampuan mengatasi emosi kemampuan anaerobik power, tinggi badan sedang dan pendek.
(59)
Sepak bola
Koordinasi, semangat kerjasama, dayatahan mengatassi stress dan kelelehan, kapasitas aerobik dan anerobik, intelegensi.
Bola volly
Tinggi badan, panjang lengan dan ukuran biacromial lebar, kapasitas anerobik dan aerobik, daya tahan mengatasi mengatasi kelelahan dan stress, intelegensi.
Renang Densitas badan rendah, lengan panjang, kaki lebar, bahu lebar, kapasitas aerobik dan anaerobik.
Balap Sepeda Kapasitas aerobik tinggi, memiliki kemampuan mengatsasi stress, ulet.
Judo Memiliki koordinasi, waktu reaksi, intelegensi, diameter misal lebar dan jangkauan panjang.
Menembak Memiliki koordinasi visual motorik, kecepatan reaksi, konsentrasi, ketahanan, kesimbangan emosi.
2.7
Pemanduan dan Pembinaan Bakat
Pemanduan bakat adalah suatu proses awal untuk mengidentifikasi keterbakatan anak yang pemanduan bakat diterapkan pada anak usia dini. Pembinaan dan pengembangan olahraga sejak usia dini, yaitu periode anak kurang lebih 6 tahun, sampai dengan 14 tahun, pada hakekatnya merupakan bagian dari kebijaksanaan nasional.( Said Junaidi 2003: 1).
Menurut Rusli Lutan ( 2000 : 11 )Perkembangan olahraga juga dipengaruhi oleh sistem pembinaan, apabila sistem pembinaan yang dilaksanakan berjalan dengan baik maka perkembangan olahraga juga akan lebih baik. Sistem pembinaan olahraga berdasar pada (1) Pendidan jasmani dan organisasi, yang di dalamnya mencakup
(60)
program pendidikan di sekolah, rekreasi dan klub-klub olahraga dan struktur olahraga dan strukur organisasi dalam kepemerintahan dan (2) sistem latihan
2.7.1 Tahapan Pemanduan dan Pembinaan Bakat
Pemanduan dan pembinaan atlet usia dini dalam lingkup perencanaan untuk mencapai prestasi puncak, memerlukan latihan jangka panjang, kurang lebih berkisar antara 8 s.d 10 tahun secra bertahap, kontinue, meningkat dan berkesinambungan dengan tahap-tahap sebagai berikut : (1) pembibitan/ pemanduan bakat, (2) spesialisasi cabang olahraga, (3) peningkatan prestasi. Menurut KONI dalam Proyek Garuda Emas (2000: 11-12), rentang waktu setiap tahapan latihan, serta materi latihannya adalah sebagai berikut :
1) Tahapan latihan persiapan, lamanya kurang lebih 3 s.d 4 tahun
Tahap latihan persiapan ini, merupakan tahap dasar untuk memberikan kemampuan dasar yang menyeluruh (multilateral) kepada anak dalam aspek fisik, mental dan sosial. Pada tahap dasar ini, anak sejak usia dini yang berprestasi diarahkan/dijuruskan pada tahap spesialisasi, akan tetapi latihan harus mampu membentuk kerangka tubuh yang kuat dan benar, khususnya dalam perkembangan biomotorik, guna menunjang peningkatan prestasi di tahapan latihan berikutnya. Oleh karena itu, latiahnnya perlu dilaksanakan dengan cermat dan tepat.
2) Tahap latihan pembentukan, lamanya kurang lebih 2 s.d 3 tahun
Tahap latihan ini adalah untuk merealisasikan terwujudnya profil atlet seperti yang diharapkan, sesuai dengan cabang olahraganya masing-masing.
(61)
Kemampuan fisik, maupun teknik telah terbentuk, demikian pula keterampilan taktik, sehingga dapat digunakan/ dipakai sebagai titik tolak pengembangan, serta peningkatan prestasi selanjutnya. Pada tahap ini, atlet dispesialisasikan pada salah satu cabang olahraga yang paling cocok/ sesuai bagiannnya.
3) Tahap latihan pemantapan, lamanya kurang lebih 2 s.d 3 tahun
Profil yang telah diperolah pada tahap pembentukan, lebih ditingkatkan pembinaannya, serta disempurnakan sampai ke batas optimal/ maksimal. Tahap pemantapan ini merupakan usaha pengembangan potensi atlet semaksimal mungkin, sehingga telah dapat mendekati atau bahkan mencapai puncak potensinya.
Sasaran tahapan-tahapan pembinaan adalah agar atlet dapat mencapai pretasi puncak, dimana pada umumnya disebut GOLDEN AGE (usia emas). Tahapan ini didukung oleh program latihan yang baik, dimana perkembangannya dievaluasi secara periodik.
2.7.2 Pembinaan Olahraga di Sekolah
Sekolah merupakan dasar pembinaan dan pengembangan olaharaga, baik pelajar maupun masyarakat pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari pembinaan dan pengembangan olahraga nasional. Pembinaan lewat pembinaan olahraga Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi, adalah upaya terobosan untuk meningkatkan akselerasi dan mengajar ketingian pembinaan dan pembibitan olahraga prestasi. Pada prinsipnya, pengembangan olahraga di masyarakat (termasuk sekolah) berpijak pada tiga
(62)
orintasi,yaitu olahraga sebagai rekreasi,olahraga sebagai kesehatan dan olahraga sebagai prestasi.Pembinaan prestasi olahraga melalui kegiatan di sekolah di gunakan sebagai pembinaan olahraga prestasi. Tujuan dari pembinaan olahraga prestasi ini untuk menjaring siswa-siswi yang kompeten sejak dini,sehingga dapat di lakukan pembinaan lebih awal dan dapat di lakukan secara berjenjang (Debdikbud,1976 : 3) 2.7.2.1 Intrakurikuler
Program intrakurikuler adalah mata pelajaran wajib di sekolah yang tujuan utamanya meningkatkan kesegaran jasmani, lebih menekankan pada pengenalan dan kemampuan gerak dasar dan keterampilan dasar cabang-cabang olahraga.
2.7.2.2 Ekstrakurikuler
Program ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan olahraga yang dilakukan diluar jam pelajaran sekolah dengan tujuan untuk lebih mengembangkan keterampilan pada satu cabang olahraga dengan pilihannya / bakat dan kesenangannya. Program ini merupakan kelanjutan dari program intrakulikuler, dengna demikian pengembangan program ekstrakulikuler harus berdasarkan pada cabang olahraga yang telah diajarkan di sekolah dasar yaitu :
1. Gerak dasar atletik,
2. Nomor-nomor atletik tertentu.
3. Senam dasar senam ketangkasan, senam irama, 4. Permainan kecil, dengan alat atau tanpa alat,
5. Permaianan bola besar meliputi sepak bola, bola tangan, bola basket, bola voli mini.
(63)
Maksud dan tujuan pembinaan dan pengembangan olahraga usia dini meliputi program ekstrakurikuler di sekolah adalah sebagai buku pegangan bagi para guru dan pembina olahraga di sekolah untuk melaksanakan program ekstrakulikuler sebagai upaya pemanduan bakat dan pembibitan para siswa (Direktorat TK dan SD, 2001 : 57-59)
Namun dalam pelaksanaannya, sekolah dihadapkan pada berbagai permasalahan menyengkut pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini. Masalah tersebut antara lain adalah :
1) Kurang atau tidak adanya guru pendidikan jasmani dan kesehatan yang mampu menangani cabang olahraga tertentu.
2) Kurang atau tidak adanya sarana dan prasarana untuk cabang olahraga yang ingin dikembangkan.
3) Tidak adanya anggaran untuk membiayai honor guru/ pelatih, sewa lapangan/ gedung dan pembelian alat, perlengkapan olahraga.
4) Program intrakurikuler dan ekstarkurikuler tidak merupakan satu kesatuan program, tetapi berdiri sendiri-sendiri karena statusnya yang belum jelas.
5) Kurangnya perhatian dari pimpinan sekolah dan guru pendidikan jasmani kesehatan dan penilik olahraga terhadap pembinaan atlet yang berbakat atau berprestasi.
6) Belum terprogramnya dengan baik kegiatan latihan, pertandingan dan kompetisi secara teratur, berjenjang dan berkesinambungan.
(64)
7) Belum melibatkan orang tua siswa dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler.
8) Belum merupakan satu kesatuan sistem pembinaan.
9) Belum adanya penatara/ pelatihan bagi Guru Dasar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di Sekolah Dasar.
2.8
Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia
Dini (6-12 tahun)
Pertumbuhan manusia sangat kompleks. Bukan hanya karena adanya variasi di antara dua jenis kelamin atau di antara dua orang yang berbeda, tetapi juga variasi di dalam diri orang yang sama dari waktu ke waktu selama proses pertumbuhan berlangsung. Masa kanak-kanak memiliki karakteristik pertumbuhan yang lamban dan relatif stabil. Tulang-tulang masih lemah dan akan tetap bertahan seperti itu hingga masa pertumbuhan berakhir, yaitu sekitar akhir masa remaja.
Masa kanak-kanak secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu : 1) Periode usia 2 sampai 6 tahun yang disebut dengan awal masa kanak-kanak (usia kelompok bermain taman kanak-kanak), 2) Periode usia 6 sampai 9 tahun yang disebut dengan periode pertengahan masa kanak-kanak (usia kelas 1-4 sekolah dasar), dan 3) Periode usia 9 usia 12 tahun yang disebut periode akhir masa kanak-kanak (usia kelas 4-6 sekolah). (Asdep, 2010:21)
Pada usia 10-12 tahun karakteristik perkembangan gerak dasar seiring dengan berkembangnya fisikya yang beranjak matang. Pada masa ini perkembangan gerak
(65)
atau motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakan sudah selaras dengan kebutuhan dan minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas fisik yang lincah. Oleh karena itu masa ini adalah masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik. Ma’mun dan Saputra (2000:67) menjelaskan keterampilan motorik sebagai berikut :
1) Keterampilan gerak kasar (gross motor skill), sebagai keterampilan yang bercirikan gerak yang melibatkan kelompok otot-otot besar sebagai dasar utama gerakannya, seperti : berjalan, berlari, melompat, naik dan turun tangga.
2) Keterampilan gerak halus (fine motor skill), adalah keterampilan-keterampilan yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus agar pelaksanaan keterampilan yang sukses tercapai. Seperti : menulis, menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, penulis mempunya gambaran bahwa anak-anak usia 10-12 tahun sudah memiliki keterampilan motorik baik keterampilan kasar maupun keterampilan halus. Keterampilan berlari, berjalan, melompat dan naik turun tangga misalnya, sering dilakukan oleh anak-anak pada saat mereka sedang bermain. Hal ini berarti secara mendasar anak usia 10-12 tahun sudah memiliki kemampuan gerak untuk ditindaklanjuti melalui suatu proses pembinaan.
2.8.1 Perkembangan Fisik dan Motorik
2) Tinggi dan berat badan anak laki-laki dan perempuan antara 111,8-152,4 cm dan 20,0-40,8 kg.
(1)
27 FIRMAN W. 142 32 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 18 63
28 GALANG RAMA 140 31 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 15 54
29 HERU NURURL A. 150 40 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 18 63
30 JULIUS DIMAS W. 144 54 0 0 1 0 2 2 2 2 2 2 13 48
31 MUH. FAQIH 138 28 1 0 1 1 2 2 2 2 2 2 15 54
32 MUH. RIDWAN 137 33 0 1 1 1 1 1 2 2 2 1 12 45
33 NARWOTO 147 33 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 19 66
34 NASIP SAMBUDI 147 34 1 1 0 1 2 2 2 2 2 2 15 54
35 REKHA CUCU K. 143 37 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 16 57
36 ROKI TRI M. 140 37 2 2 2 2 2 0 0 2 1 1 14 51
37 SOFIAN TRI EFENDI 145 44 0 1 1 1 2 2 2 2 2 2 15 54
38 SUPRI KURNIA 170 66 1 1 1 0 2 2 2 2 2 2 15 54
39 RATNA SUGARDA 140 31 1 0 1 2 1 1 2 2 2 1 13 48
40 AGUNG WICAKSONO 128 25 2 1 2 0 2 2 2 2 1 2 16 57
41 BENI SAPUTRO 137 30 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 18 63
42 OKI ADITYA N. 140 42 1 2 2 0 2 0 0 1 2 2 12 45
43 ADI AHMAD 131 29 1 2 2 0 2 2 2 2 2 2 17 60
44 ANDIKA NUR 126 25 2 2 2 0 1 2 1 2 2 2 16 57
45 ANDREAS MAFIN 131 26 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 69
46 ANGGITO ABI 128 21 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 17 60
47 ARAN SIDIQ 131 28 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 17 60
48 ARIF DWI 137 32 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 17 60
49 BIMANTARA SAKTI 124 25 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 19 66
50 CHAISAR UNGKI 132 30 2 1 2 1 1 2 0 2 2 2 15 54
51 RAFAEL C. 142 31 2 1 2 1 2 2 0 1 2 2 15 54
52 ERVAN ERAWATI 135 35 2 1 2 1 1 2 0 1 2 2 14 51
53 IQVALDO ALIF 133 30 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 18 63
54 THEO FEDO MILANO 133 27 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 18 63
55 EDWIN P. 137 32 2 1 2 1 0 2 2 2 1 2 15 54
(2)
HASIL TES MOTOR EDUCABILITY IOWA-BRACE TEST ANAK KELAS 4-5-6 SD
PUTRI
No N a m a TB BB
NILAI TIAP JENIS TES
TOTAL N SKOR T Tes 8 Tes 14 Tes 7 Tes 15 Tes 9 Tes 1 Tes 3 Tes 12 Tes 11 Tes 5
1 FITRIA C 130 25 2 2 2 0 1 2 2 2 2 0 15 56
2 IRMA DWI P 126 25 2 2 2 0 1 2 2 2 2 0 15 56
3 MARIA M 133 27 2 2 2 0 1 2 2 2 2 0 15 56
4 DINA MARDANI 136 40 1 2 2 2 1 2 1 2 2 0 15 56
5 ALDA SURYA TRI 126 20 2 1 2 2 1 2 2 2 1 0 15 56
6 INTAN KURNIA 122 21 2 2 2 0 0 2 1 1 2 0 14 54
7 MARETA AYU 125 25 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 18 62
8 NABILAH AYU 130 25 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 17 60
9 NURUL FATIMAH 127 27 2 2 2 1 1 2 2 2 2 0 16 58
10 SELFI TRI 131 24 2 1 2 2 1 2 2 2 2 0 16 58
11 TRI PRASETYANING 120 24 2 2 2 2 1 2 2 2 2 0 18 62
12 WIDA SAPUTRI 125 26 1 1 2 1 1 2 2 2 2 0 14 54
13 YULITA RUMSORI 127 32 2 2 2 1 1 2 1 1 1 0 13 52
14 SITI ASFIRA 121 25 2 2 2 1 1 2 1 2 2 0 15 56
15 AHMES NUR 127 25 2 2 2 2 1 2 2 2 2 0 17 60
16 APRILIA DAMAYANTI 133 33 2 2 2 1 2 0 1 2 2 1 15 56
17 NIKEN SAPITRI 137 30 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 17 60
18 EVI LUTFIAH 139 30 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19 65
19 ARSITA MAYA SARI 136 28 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 18 62 20 AYU EKA MAULANA 150 49 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 17 60
21 BERLIANA P 149 43 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 17 60
22 FINDRI RIYANDARI 135 40 2 2 2 2 2 2 1 2 2 0 17 60
23 FLOREN KRISNA 141 33 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 16 58
24 MURDIANA 144 36 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 19 65
25 RINI PUJIASTUTI 127 22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 65
(3)
27 ZULFA K HOIRUNISA 137 32 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 65
28 ABELINDA 139 31 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 18 62
29 ANISA FELI 152 46 2 2 1 0 2 1 0 2 2 0 12 50
30 DEA FITRIANA 148 33 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 17 60
31 DEVA RAHMA 133 31 2 2 2 2 2 2 1 2 2 0 17 60
32 DEVI RAHMA 132 30 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 18 62
33 DIAN AYU W 138 30 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 17 60
34 DWI VITASARI 138 47 2 2 2 0 2 0 0 2 2 0 12 50
35 INTAN KUMALASARI 142 49 2 2 2 1 2 2 0 2 1 0 14 54
36 MERNA SARI 148 36 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 16 58
37 RATIH 135 28 2 2 2 2 1 0 2 2 2 1 16 58
38 RATIH SIBA RESMI 142 42 2 2 2 0 0 0 2 2 2 1 13 52
39 RENI JAYANTI 137 26 2 2 2 0 0 2 2 2 2 0 14 54
40 RIANTI 146 44 2 2 2 0 0 0 0 2 2 1 11 48
41 ROSA HANA 147 43 1 2 1 0 0 1 1 2 2 1 11 48
42 ROSITA INTAN 152 38 1 2 2 0 0 2 1 2 2 0 12 50
43 SARAS CAHYADEWI 140 50 2 2 2 0 0 1 2 2 2 0 13 52
44 SEPTIAN HAYU 145 29 2 2 2 0 0 2 2 2 2 0 14 54
45 SRI HUMAYAH 127 25 2 2 2 0 0 2 2 2 2 0 14 54
46 REKA CUCUKARINA 143 37 2 2 2 0 0 0 2 2 2 0 12 50
47 AFIFAH 150 56 2 2 2 0 0 1 2 2 2 0 13 52
Semarang, 6 September 2010 Peneliti,
(4)
FOTO-FOTO KEGIATAN TES IOWA-BRANCE TEST FOR
MOTOR EDUCABILITY
(5)
(6)