b
2
-0.026  pada  pengujian  integrasi  pasar  Bula  SBT.    Dengan  demikian  setiap penambahan  satu  satuan  lag  rataan  harga  tiga  3  jenis  ikan  yang  dominan
dipasarkan di Pasar Mardika P
3At
- P
3At-1
akan menurunkan harga di pasar Bula 0.026 ceterius paribus. Harga ikan segar di Pasar Piru P
SBB
dan pasar Binaya P
MT
dibentuk  oleh  harga  ikan  segar  di  masing-masing  pasar  tersebut  pada  hari sebelumnya,  lag  harga  ikan  segar  di  Pasar  Mardika  dan  harga  ikan  di  pasar
Mardika pada hari sebelumnya. Sementara harga ikan di Pasar Bula  P
SBT
tidak ditentukan baik oleh harga ikan di pasar tersebut maupun di pasar acuan. Dengan
demikian, harga ikan di Pasar Bula P
SBT
ditentukan oleh kondisi ikan yang ada di pasar tersebut pada setiap hari pengamatan.
2. Apabila  pasar  acuan  adalah  Pasar  Binaya  P
MT
,  sedangkan  pasar  pengikut masing-masing adalah Pasar Salahutu P
S
, Leihitu P
L
, Piru P
SBB
dan Bula P
SBT
,  maka  model  persamaannya  pembentukkan  harga  di  masing-masing pasar sebagai berikut :
a.
Pasar Salahutu P
S
= 5 578.49 + 0.5411+b
1
+ 0.034 b
2
+ 0.175 b
3
- b
1
b.
Pasar Leihitu P
L
= 6 321.94 + 0.209 1+b
1
+ 0.067 b
2
+0.005 b
3
- b
1
c.
Pasar Piru P
SBB
= 23.84 + 0.114 1+b
1
+ 1.090 b
2
+ 0.911 b
3
- b
1
d.
Pasar Bula P
SBT
= 16 252.85 + 0.150 1+b
1
+ 0.202 b
2
+ 0.035 b
3
- b
1
Dari persamaan-persamaan di  atas terlihat  bahwa seluruh nilai  1+b
1
yang merupakan koefisien rataan harga tiga 3 jenis ikan dominan yang dipasarkan di
masing-masing  pasar  pengikut  P
3it-1
,  b
2
yang  adalah  koefisien  lag  rataan  harga tiga 3 jenis ikan  yang  dominan dipasarkan di  pasar acuan P
3t
- P
3t-1
dan b
3
-b
1
yang  adalah  koefisien  rataan  harga  tiga  3  jenis  ikan  dominan  yang  dipasarkan pada hari sebelumnya di pasar acuan P
3t-1
menunjukkan nilai positif +. Peubah  rataan  harga  tiga  3  jenis  ikan  yang  dominan  dipasarkan  di
masing-masing pasar pengikut pada hari sebelumnya P
3it-1
adalah 0.541, 0.209, 0.114 dan 0.150.  Itu berarti bahwa  setiap penambahan satu satuan harga ikan di
masing-masing  pasar  pengikut  Salahutu,  Leihitu,  Piru  dan  Bula  pada  hari sebelumnya  t-1,  akan  menaikkan  harga  ikan  pada  waktu  t  di  pasar  Salahutu
0.541,  Leihitu  0.209,  Piru  0.114  dan  Bula  0.150  ceterius  paribus.  Peubah    b
2
yang  merupakan  lag  harga  tiga  3  jenis  ikan  yang  dominan  dipasarkan  di  pasar
acuan P
3t
- P
3t-1
menunjukkan angka sebesar 0.034, 0.067, 1.090 dan 0.202 pada masing-masing pasar pengikut. Angka-angka tersebut menerangkan bahwa setiap
penambahan nilai lag rataan harga tiga 3 jenis ikan yang dominan dipasarkan di pasar  Binaya,  akan  menaikkan  harga  ikan  pada  masing-masing  pasar  pengikut
sebesar,  Salahutu  0.034,  Leihitu  0.067,  Piru  1.090  dan  Bula  0.202  ceterius paribus.  Peubah b
3
- b
1
yang merepresentasikan rataan harga tiga 3 jenis ikan dominan  yang  dipasarkan  pada  hari  sebelumnya  di  pasar  acuan  P
3t-1
menunjukkan  angka  sebesar  0.175,  0.005,  0.091  dan  0.035.  Dengan  demikian bahwa  setiap  penambahan  satu  satuan  rataan  harga  tiga  3  jenis  ikan  dominan
yang  dipasarkan  pada  hari  sebelumnya  di  pasar  acuan  Binaya,  dapat  menaikkan harga ikan di masing-masing pasar pengikut, Salahutu 0.175, Leihitu 0.005, Piru
0.091 dan Bula 0.035 ceterius paribus. Ketika Pasar Binaya dijadikan pasar acuan, maka faktor pembentuk harga
ikan  segar  di  Pasar  Salahutu,  Leihitu,  Piru  maupun  Bula  hampir  mirip  dengan ketika  Pasar  Mardika  menjadi  pasar  acuan.  Dengan  demikian  dapat  dikatakan
bahwa  harga  ikan  segar  di  pasar-pasar  pengikut  lebih  banyak  dipengaruhi  oleh faktor harga ikan segar di masing-masing pasar tersebut pada hari sebelumnya dan
harga ikan segar di di pasar acuan pada hari sebelumnya.
5.5 Strategi  Pengembangan  Pemasaran  Ikan  Segar  di  Kawasan  Maluku
Tengah
Dalam  menentukan  strategi  pengembangan  pemasaran  ikan  segar  di Kawasan  Maluku  Tengah,  dilakukan  pemberian  bobot  nilai  terhadap  setiap
unsur SWOT berdasarkan tingkat kepentingan dan kondisi pemasaran. Bobot atau nilai  yang  diberikan  berkisar  antara 1 paling penting  hingga  0 tidak penting
dan nilai rating diberi skala 4 hingga 1. Untuk faktor internal, apabila peluangnya besar, rating 4 dan jika peluangnya kecil, rating 1. Sebaliknya rating kelemahan
akan  bernilai  -1  apabila  kelemahannya  besar  dan  bernilai  -4  jika  kelemahannya kecil.  Untuk  faktor  eksternal,  bobotnya  sama  dengan  internal,  1  paling  penting
hingga  0  tidak  penting  dengan  nilai  rating  4  hingga  1.  Semakin  besar  peluang, rating  4  dan  semakin  kecil,  rating  1.  Nilai  rating  untuk  ancaman  merupakan
kebalikan  dari  peluang.  Jika  ancamannya  besar,  rating  -1,  sebaliknya  jika  nilai ancamannya kecil, rating -4 Rangkuti, 2002.
Tabel 28 Analisis Faktor Internal dan Eksternal
Uraian Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Bobot
Rating Skor
Kekuatan 1
Potensi SDI tinggi 2
Pulau yang banyak, memungkinkan ikan ada setiap saat 3
Transportasi cukup lancar 4
Penetapan Provinsi Maluku sebagai lumbung ikan nasional 5
Penetapan Kota Ambon sebagai Kawasan Minapolitan 6
Penetapan  Provinsi  Maluku  sebagai  salah  satu  koridor percepatan pembangunan kawasan ekonomi Indonesia Timur
7 Cold Storage tersedia
Kelemahan 1
Kesadaran nelayan mempertahankan mutu ikan rendah 2
Keterbatasan modal yang dimiliki 3
Posisi tawar nelayan rendah 4
Daerah produsen menyebar dan jauh dari daerah konsumsi 5
TPI hanya berada di Kota Ambon dan tidak berfungsi 6
Fasilitas pemasaran terbatas 7
Biaya pemasaran tinggi 8
Fluktuasi harga ikan tinggi 9
Struktur pasar oligopoli 10
Integrasi pasar rendah 11
Jaringan dan informasi pasar lemah 12
Alternatif diversifikasi produk olahan sedikit 0.10
0.07 0.05
0.10 0.10
0.10
0.05 0.05
0.04 0.04
0.03 0.03
0.04 0.02
0.04 0.05
0.05 0.02
0.02 3
2 2
3 3
3 2
-1 -1
-1 -2
-3 -2
-3 -2
-1 -1
-4
-3 0.30
0.14 0.10
0.30 0.30
0.30
0.10 -0.05
-0.04 -0.04
-0.06 -0.09
-0.08 -0.06
-0.08 -0.05
-0.05 -0.08
-0.06
Total skor kekuatan-kelemahan 1.00
0.80
Peluang
1 Populasi penduduk di Maluku meningkat
2 Kesadaran masyarakat untuk makan ikan meningkat
3 Potensi pasar di luar Maluku
4 Peningkatan pendapatan per kapita dan daya beli
5 Perhatian Pemerintah yang besar terhadap nelayan
Ancaman
1 Illegal, Unrepported and Unregulated Fishing di Maluku
2 Patroli laut yang tidak rutin
3 Peredaran ikan impor yang tidak terkontrol
0.10 0.10
0.20 0.10
0.20
0.10 0.10
0.10 3
3 4
3 4
-1 -2
-1 0.30
0.30 0.80
0.30 0.80
-0.10 -0.20
-0.10 Total skor peluang-ancaman
1.00 2.10
Hasil perhitungan di atas, kemudian dimasukkan ke dalam bentuk diagram Grand  Strategy.  Berdasarkan  hasil  analisis  SWOT,  posisi  kondisi  sistem
pemasaran  ikan  segar  di  Kawasan  Maluku  Tengah  berada  pada  kuadran  I  pada titik  0.80;  2.10  yang  berarti  mendukung  strategi  agresif  atau  Growth  Oriented
Strategy  Rangkuti  2002  sehingga  strategi  yang  diterapkan  dalam  kondisi  ini haruslah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif Gambar 15.
Gambar 15    Diagram Grand Strategy berdasarkan Kondisi Pemasaran Ikan Segar
di Maluku Tengah.
Kebijakan  pertumbuhan  agresif,  yaitu  kebijakan  pengembangan  sistem pemasaran  dari  hulu  hingga  ke  hilir.  Kebijakan  tersebut  meliputi  penyediaan
sarana  produksi,  penanganan  dan  pengolahan  produk,  penguatan  kapasitas nelayan  dan  pengembangan  layanan  pendukung  pemasaran.  Selanjutnya
berdasarkan faktor-faktor eksternal dan internal yang ada, maka dibuatlah strategi- strategi dalam matriks SWOT kualitatif Tabel 29.
a Strategi SO
Ketika  sejumlah  kekuatan  S  dipadukan  dengan  beberapa  peluang  O yang hadir sebagai akibat peningkatan ekonomi global dewasa ini, maka beberapa
strategi SO yang dihasilkan adalah : Pengembangan perikanan tangkap berwawasan lingkungan
Pengembangan integrasi sarana dan prasarana pemasaran dan pengolahan Peningkatan ketrampilan penanganan dan pengolahan ikan.
Kuadran II Kuadran IV
Kuadran I
Kuadran III 0.80;2.10
Kekuatan Internal
Berbagai Peluang
Kelemahan Internal
Ancaman Eksternal
Tabel 29  Analisis SWOT kualitatif pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah
Lingkungan  Internal Lingkungan Eksternal
Strengths S Weaknesses W
1 Potensi SDI tinggi
2 Lokasi  geografis  memiliki  pulau
banyak, memungkinkan
ikan tersedia setiap saat
3 Transportasi  antar  pulau  cukup
lancar 4
Penetapan  Kota  Ambon  sebagai Kawasan Minapolitan dan Lumbung
Ikan Nasional 5
Penetapan  Provinsi  Maluku  sebagai salah  satu  pusat  koridor  percepatan
pembangunan  kawasan  ekonomi Indonesia bagian timur.
6 Cold storage tersedia
1 Kesadaran  nelayan  untuk  mempertahan-
kan mutu ikan rendah 2
Keterbatasan modal yang dimiliki 3
Posisi tawar nelayan rendah 4
Daerah  produksi  menyebar  dan  jauh  dari daerah konsumen
5 TPI  hanya  berada  di  Kota  Ambon  dan
tidak berfungsi 6
Fasilitas pemasaran terbatas 7
Biaya pemasaran tinggi 8
Fluktuasi harga ikan tinggi 9
Struktur pasar oligopoli 10
Integrasi pasar rendah 11
Jaringan dan informasi pasar lemah 12
Alternatif  diversifikasi  produk  olahan sedikit
Opportunities O
Strategi SO Strategi WO
1 Peningkatan
populasi penduduk di Maluku
2 Peningkatan  kesadaran
masyarakat  untuk  ma- kan ikan
3 Peluang  pasar  di  luar
Maluku besar 4
Peningkatan  pendapatan per kapita dan daya beli
5 Perhatian
Pemerintah yang
cukup terhadap
nelayan a.
Pengembangan  perikanan  tangkap berwawasan  lingkungan  S1,2,4;
O1,2,3,4 2  Pengembangan integrasi sarana dan
prasarana  pemasaran  dan  pengo- lahan S1,2,3,4,5,6; O1,2,3, 4,5,6
3 Peningkatan  keterampilan  pena-
nganan  dan  pengolahan  ikan  S1,2, 3,4; O1,2,3,4,5,6
1    Peningkatan  kerjasama  dengan  lembaga keuangan  dalam  penyediaan  modal  usaha
W2,8;O1,2,3,4,5 b.
Peningkatan  program-program  keteram- pilan  penanganan  dan  pengolahan  produk
perikanan W1,3,11,12; O1,2,3,4,5,6 c.
Peningkatan  fungsi  lembaga-lembaga pemasaran W4,5,6,7,9,10; O1,2,3,4,5
d. Pembentukan  lembaga  yang  memiliki
mandat  untuk  melaksanakan  stabilisasi harga produk perikanan W7; O1,2,3,4,5
Threats T
Strategi ST Strategi WT
1 Illegal,Unrepported  and
Unregulated IUU
Fishing di Maluku 2
Peredaran  ikan  impor yang tidak terkontrol
3 Patroli laut tidak rutin
1 Pengawasan
terpadu dengan
melibatkan masyarakat
lokal S1,3,4; T1,2
2 Pelarangan ikan impor S1, 2,4; T2
3 Pengetatan  mekanisme  dan  fungsi
pengawasan S7,8,9, 10,11; T1,2 4
Perbaikan  distribusi  bahan  baku S1,2,3,4,5,7,8,9,10; T2
1 Peningkatan  kapasitas  pengamanan  laut
W3;T1 2
Pelarangan penjualan ikan impor W2,3,10; T2
3 Peningkatan  sarana-prasarana  produksi  dan
pemasaran  produk  perikanan  W1,2,3,4,5, 6,7,8,9,10,11,12; T1,2
4 Pengetatan
mekanisme dan
fungsi pengawasan W1,2,3,5,6,7,8,9,10, 11; O1,2
Meningkatnya  populasi  penduduk  dan  kesadaran  untuk  mengonsumsi ikan, meningkatnya pendapatan serta daya beli masyarakat  merupakan tantangan
tersendiri  bagi  produsen  untuk  memproduksi  ikan  sebanyak-banyaknya. Eksploitasi  sumber  daya  ikan  yang  tidak  memperhatikan  keseimbangan  antara
pemanfaatan  dan  kemampuan  daya  reproduksi,  atau  daya  pulihnya  telah mengakibatkan  sejumlah  tempat  di  Maluku  mengalami  tekanan  penangkapan.
Kondisi aktual sumber daya perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan WPP
Laut  Maluku  pada  tahun  2010,  menunjukkan  hampir  semua  jenis  ikan  sudah mengalami kondisi eksploitasi maksimum fully exploited dan hasil tangkap lebih
over fishing Purbayanto, 2011. Esensi  pengembangan  perikanan  tangkap  berwawasan  lingkungan  adalah
untuk  mengelola  sumber  daya  perikanan  secara  berkelanjutan  dengan memperhatikan  aspek  kelestarian.  Kontrol  input  melalui  pembatasan  terhadap
upaya  penangkapan  yang  diijinkan  merupakan  salah  satu  strategi  pengelolaan yang  dapat  dilakukan,  di  samping  regulasi  selektivitas  alat  tangkap  dan
pembatasan  waktu  penangkapan  Purbayanto,  2011.    Lebih  lanjut  Widodo  dan Suadi  2006  menyatakan  bahwa,  prinsip  pengaturan  perikanan  dapat  didekati
dengan  dua  metode,  yaitu  pengaturan  input  berupa  pembatasan  upaya  melalui perijinan,  pembatasan  ukuran  kapal,  pembatasan  ukuran  alat  tangkap  dan
pembatasan  unit  waktu,  sedangkan  pengaturan  output  penangkapan  adalah penetapan  jumlah  tangkapan  yang  diperbolehkan,  pembagian  kuota  individu
menurut armada, perusahaan dan nelayan. Walau  sumber  daya  ikan  di  Maluku  banyak,  namun  kemampuan  nelayan
sebagai  produsen  maupun  pedagang  ikan  di  pasar  untuk  mempertahankan  mutu ikan  sangat  terbatas,  maka  harga  ikan  bisa  sangat  berfluktuasi,  walaupun  dalam
sehari penjualan. Peningkatan keterampilan penanganan dan pengolahan ikan saat panen  dan  pasca  panen,  serta  integrasi  pengembangan  sarana  dan  prasarana
pemasaran  dan  pengolahan  ikan  diperlukan,  agar  sistem  pemasaran  yang memberikan  share  yang  sebanding  dengan  usaha  dapat  tercapai.    Keterampilan
mengolah ikan juga perlu ditingkatkan agar alternatif ikan olahan yang terdapat di Maluku  lebih  beragam.  Upaya  peningkatan  daya  tahan,  mutu  dan  standardisasi
ikan  dapat  mengakibatkan  ikan  terdistribusi  lebih  jauh,  sehingga  terjadi peningkatan nilai tambah.
b Strategi WO
Strategi  ini  didapatkan  dengan  usaha  menekan  atau  meminimalisasi kelemahan  yang  ditemukan  dalam  pemasaran  produk  perikanan  di  Kawasan
Maluku Tengah untuk memanfaatkan peluang yang ada saat ini. Beberapa strategi tersebut adalah :
1 Peningkatan  kerjasama  dengan  lembaga  keuangan  dalam  penyediaan  modal
usaha. 2
Peningkatan  program-program  keterampilan  penanganan  dan  pengolahan produk perikanan.
3 Peningkatan fungsi lembaga-lembaga pemasaran.
4 Pembentukan lembaga yang memiliki mandat untuk melaksanakan stabilisasi
harga produk perikanan. Keterbatasan  modal  merupakan  masalah  yang  dihadapi  pada  hampir
semua nelayan dari waktu  ke waktu  dan kondisi  akan terus terjadi  bila tidak ada bantuan  dari  pihak  lain  terutama  Pemerintah.  Maka  strategi  yang  harus
diusahakan  adalah  meningkatkan  kerjasama  dengan  lembaga  keuangan  dalam menyediakan  modal  usaha  dan  memudahkan  nelayan  mengakses  kredit  untuk
memperluas  usahanya.  Di  samping  itu,  Pemerintah  perlu  pula  membentuk lembaga  yang  memiliki  mandat  untuk  melaksanakan  stabilisasi  harga  produk
perikanan, sehubungan dengan rentang fluktuasi harga produk perikanan di pasar. Lembaga    yang  nantinya  diberikan  mandat  untuk  melaksanakan  stabilisasi  harga
produk  perikanan  ini  akan  memiliki  tugas,  peran  dan  fungsi  yang  kurang  lebih sama  dengan  Badan  Urusan  Logistik  BULOG  yang  bukan  hanya  menjalankan
fungsi  pemasaran,  namun  juga  bertugas  sebagai  penjaga  ketahanan  pangan nasional dan berperan sebagai pengelola komoditas pangan milik pemerintah.
Program-program  keterampilan  penanganan  dan  pengolahan  produk perikanan,  serta  fungsi  lembaga-lembaga  pemasaran  harus  lebih  ditingkatkan,
agar  selain  mutu  hasil  tangkapan  nelayan  dapat  terpelihara,  produk-produk perikanan  ini  juga  dapat  didistribusikan  ke  konsumen  yang  tinggal  jauh  dari
daerah  produksi.  Dengan  demikian  pendapatan,  serta  taraf  hidup  nelayan  dan keluarganya dapat lebih ditingkatkan.
c Strategi ST
Strategi  ini  didapatkan  dengan  memaksimalkan  kekuatan  yang  dimiliki dalam  proses  pemasaran  produk  perikanan  di  Kawasan  Maluku  Tengah  dalam
mengantisipasi  ancaman  yang  ada.  Berdasarkan  analisis  yang  telah  dilakukan, rumusan strategi yang harus dilakukan adalah :
1 Pengawasan terpadu dengan melibatkan masyarakat lokal.
2 Pelarangan  ikan  impor  yang  mengandung  bahan  kimia  yang  dapat
membahayakan kesehatan masyarakat. 3
Pengetatan mekanisme dan fungsi pengawasan. 4
Perbaikan distribusi bahan baku. IUU  Fishing  yang  marak  dilakukan  di  Maluku  mengakibatkan  sumber
daya ikan  yang seharusnya tersedia bagi nelayan lokal, dieksploitasi secara tidak bertanggungjawab.  Praktik  perikanan  IUU  yang  memang  terorganisasi  dengan
baik  dan  menggunakan  teknologi  yang  lebih  maju  membuat  nelayan  lokal terdesak.  Nelayan  yang  menggunakan  teknologi  sederhana  dan  skala  kecil  ini
terpaksa keluar dari sumber daya  yang pada hakekatnya adalah miliknya sebagai warga  negara.  Akibatnya,  nelayan  lokal  memperoleh  pendapatan  yang  kecil  dan
rendah.  Praktik  perikanan  IUU  yang  jauh  masuk  ke  perairan  dekat  pantai  juga dapat  mengganggu sistem pengelolaan sumber daya perikanan lokal  berdasarkan
hak ulayat dan sistem tradisional lainnya Nikijuluw, 2008. Maraknya praktik perikanan IUU ini juga merupakan salah satu penyebab
negara  Indonesia  yang  dahulunya  dikenal  sebagai  negara  pengekspor  ikan  ke banyak  negara  lain,  sekarang  menjadi  salah  satu  negara  pengimpor  ikan  dari
banyak negara di dunia, antara lain Cina, India dan Pakistan. Pada dasarnya impor ikan  dilakukan  karena  adanya  masalah  kelangkaan  bahan  baku  industri
pengolahan.  Akan  tetapi  penyalahgunaan  izin  impor  oleh  para  pengusaha  dan lemahnya  koordinasi  pengawasan,  atau  pemantauan  Pemerintah  mengakibatkan
peredaran  ikan  impor  tidak  terkontrol,  sehingga  telah  terdistribusi  hingga  ke pelosok  daerah.  Padahal  membanjirnya  produk  ikan  impor  tersebut  telah  sangat
merugikan  nelayan  dan  memukul  daya  saing  perikanan  nasional.  Apalagi,  ikan impor  yang  ditemukan  sering  mengandung  formalin  yang  membahayakan
kesehatan konsumen. Evaluasi  dan  pengaturan  impor,  pendataan  ulang  kebutuhan  bahan  baku
industri  pengolahan  serta  kemampuan  produksi  nasional  dalam  memenuhi kebutuhan bahan baku industri Kompas 2011 serta sistem  buka-tutup Kompas
2011  merupakan  strategi  yang  dilakukan  Pemerintah  dalam  menyelesaikan masalah ini. Strategi-strategi ini masih menimbulkan pro dan kontra, karena bagi
sejumlah pihak, kebijakan Pemerintah untuk membuka impor ikan dinilai kurang
tepat dan dianggap hanya merupakan jalan pintas menghadapi  kelangkaan bahan baku  industri  pengolahan.    Padahal  permasalahan  utama  pada  kelangkaan  bahan
baku industri pengolahan adalah kesemrawutan  distribusi  bahan baku dari sentra produksi ke pengolahan ikan yang masih terabaikan Kompas 2011. Oleh karena
itu,  Pemerintah  harus  memperbaiki  distribusi  bahan  baku  dengan  cara menyediakan  sarana  prasarana  produksi  serta  pemasaran  produk  perikanan,
meningkatkan  fungsi-fungsi  lembaga  pemasaran,  mengetatkan  mekanisme  dan fungsi pengawasan, agar kehidupan nelayan tidak akan semakin terpuruk.
d Strategi WT
Strategi  ini  diperoleh  melalui  usaha  meminimalisasi  sejumlah  kelemahan W  yang  dimiliki  dan  mengantisipasi  ancaman  T  yang  hadir,  atau  untuk
menghadapi  kemungkinan  ancaman  yang  ada  dari  lingkungan  eksternal pemasaran produk perikanan di Kawasan Maluku Tengah. Beberapa strategi yang
muncul dari perpaduan unsur kelemahan dan ancaman adalah : 1
Peningkatan kapasitas pengamanan laut. 2
Pelarangan penjualan ikan impor yang mengandung bahan kimia. 3
Peningkatan sarana-prasarana produksi dan pemasaran produk perikanan. 4
Pengetatan mekanisme dan fungsi pengawasan. Strategi-strategi ini muncul untuk mengatasi kelemahan seperti rendahnya
kesadaran  nelayan  untuk  mempertahankan  mutu  ikan,  serta  terbatasnya  modal yang dimiliki nelayan sering menyebabkan rendahnya posisi tawar nelayan dalam
pemasaran produk hasil tangkapannya. Hal tersebut diperparah lagi dengan daerah produksi  yang  menyebar  dan  jauh  dari  daerah  konsumen,  tidak  berfungsinya
Tempat  Pelelangan  Ikan  TPI,  fasilitas  pemasaran  terbatas,  yang  juga  sering menyebabkan tingginya biaya pemasaran dan tingginya rentang fluktuasi harga di
pasar. Kelemahan-kelemahan tersebut mendorong munculnya kelemahan lain Tantangan  yang  muncul  dalam  pemasaran  produk  perikanan  di  Kawasan
Maluku Tengah adalah adanya perikanan IUU di Maluku dan tidak terkontrolnya peredaran ikan impor hingga ke pelosok pedesaan di Indonesia yang bukan hanya
dapat  menurunkan  pendapatan  nelayan  namun  membahayakan  kesehatan masyarakat yang mengonsumsinya
.
5.6 Model  Pengembangan  Sistem  Pemasaran  Ikan  Segar  di  Kawasan
Maluku Tengah
Model  pengembangan  sistem  pemasaran  ikan  segar  di  Kawasan  Maluku Tengah  ditunjukkan  pada  Gambar  16.    Pemerintah,  dalam  hal  ini  beberapa
lembaga  terkait  dengan  pemasaran  ikan  segar  seperti  Dinas  Perikanan  dan Kelautan,  Dinas  Perindustrian,  Dinas  Koperasi,  Dinas  Perhubungan,  Dinas
Pekerjaan Umum, PLN, Pertamina, Bank, BPS dan Lembaga Akademik bersama pihak  Swasta,  melakukan  beberapa  kegiatan  untuk  mewujudkan  pemasaran  ikan
segar yang efisien. Kondisi  geografis  Provinsi  Maluku  khususnya  Kawasan  Maluku  Tengah
yang  terdiri  dari  banyak  pulau  mengakibatkan  sarana  dan  prasarana  transportasi sangat  dibutuhkan,  agar  pulau-pulau  tersebut  dapat  saling  terhubungkan  satu
dengan lainnya. Tidak memadainya sarana dan prasarana transportasi, komunikasi dan pemasaran mengakibatkan pasar-pasar yang ada di Kawasan Maluku Tengah
tersegmentasi.  Perbedaan  harga  yang  besar  di  tingkat  nelayan  dan  konsumen dengan  share  terbesar  di  tingkat  pedagang  juga  merupakan  permasalahan
tersendiri  dalam  pemasaran.  Padahal  untuk  menghasilkan  suatu  pasar  yang efisien,  share  tersebut  harus  terbagi  sama  untuk  semua  unsur  yang  melakukan
kegiatan  pemasaran  tersebut.  Untuk  mengatasi  masalah  tersebut,  Pemerintah Daerah  melalui  Dinas  Pekerjaan  Umum  dan  Dinas  Perhubungan  harus
menyediakan  sarana  dan  prasarana  transportasi  agar  pulau-pulau  yang  ada  di Provinsi  Maluku  dapat  terhubungkan  satu  dengan  lainnya.  Dengan  demikian
produk  yang  dihasilkan  di  suatu  pulau  dapat  terdistribusi  dengan  baik  ke  pulau lain.
Fluktuasi  harga  ikan  yang  cukup  besar  merupakan  masalah  yang  paling  utama dalam pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah. Hal ini disebabkan oleh
sifat  dan  karakteristik  ikan  segar  yang  musiman  dan  mudah  busuk.  Pada  saat musim ikan, ketersediaan ikan di pasar banyak dan pada saat bukan musim ikan,
ketersediaan ikan di pasar sedikit. Sesuai hukum ekonomi,
Gambar 16   Model konseptual pengembangan sistem pemasaran ikan segar di Kawasan Maluku Tengah.
Pemerintah
Dinas    Perikan- an dan Kelautan
Dinas Perindustrian
BPS Lembaga
Akademik Lembaga
Keuangan
Sarana dan
prasarana transportasi
Meningkatkan kapasitas
dan menjamin
kebutuhan listrik
untuk Cold Storage Memperluas  jaringan
komunikasi dan
mekanisme informasi pasar yang akurat
Nelayan Pedagang
Konsumen
Monitoring dan Evaluasi
Kinerja Pemasaran Ikan Segar
PLN Pertamina
Menyediakan infrastruktur
pemasaran boks
penyimpanan ikan,
air bersih dan es Membangun
pasar yang
bersih dan sehat Menjamin
ketersediaan BBM dan es
Menggalakan diversifikasi
dan  kebiasaan makan
ikan olahan
Menyediakan pinjaman
dan memberikan  bantuan
keuangan saat
paceklik Kebutuhan  ikan
segar untuk
masyarakat maupun industri
Dinas Koperasi
Swasta Dinas
Perhubungan
ketika  ketersediaan  ikan  di  pasar  melebihi  jumlah  yang  dibutuhkan  konsumen, maka  harganya  akan  turun.  Kapasitas  tampung  Cold  Storage  yang  terbatas  dan
hanya untuk jenis dan kualitas ikan tertentu mengakibatkan pada saat seperti ini, tak  jarang  ikan  harus  dibuang,  karena  pasar  tidak  mampu  menyerap  ikan  yang
ada. Apabila nelayan tidak membawa es ketika melaut dan penanganan ikan pasca panen tidak higienis, maka kesegarannya akan menurun. Penerapan rantai dingin
yang  seadanya  selama  proses  distribusi  dan  pemasaran  akan  lebih  mempercepat proses  penurunan  tingkat  kesegaran  ikan  dan  diikuti  oleh  penurunan  harganya.
Untuk  mengatasi  hal  ini,  maka  Pemerintah  dalam  hal  ini  Dinas  Perikanan  dan Kelautan  serta  PLN  bekerja  sama  dengan  pihak  Swasta  harus  meningkatkan
kapasitas  dan  kebutuhan  listrik  untuk  Cold  Storage.  Pemerintah  juga  harus menjamin  ketersediaan  es  yang  bersih  dan  murah  baik  bagi  nelayan  maupun
pedagang,  agar  dalam  proses  penangkapan,  distribusi  dan  pemasaran,  tingkat kesegaran  ikan  tetap  terpelihara.  Selanjutnya,  Dinas  Perikanan  dan  Kelautan
melakukan  pelatihan  kepada  nelayan  tentang  cara  menangani  ikan  dengan  baik selama  proses  penangkapan  maupun  pasca  proses  penangkapan  agar  tingkat
kesegaran  ikan  tidak  mudah  menurun.  Dinas  Perikanan  dan  Kelautan  dengan Dinas Perindustrian juga harus merevitalisasi pasar yang ada menjadi pasar yang
bersih  dan  higienis  serta  menyediakan  infrastruktur  pemasaran  seperti  boks penyimpanan  ikan,  es  maupun  air  bersih  agar  tingkat  kesegaran  ikan  dapat
dipertahankan.  Pasar  yang  bersih  dan  sehat  juga  memberikan  kenyamanan  baik bagi pedagang yang berjualan maupun konsumen yang berbelanja.
Melalui  lembaga-lembaga  terkait  seperti  Lembaga  Akademik,  Dinas Kelautan  dan  Perikanan  maupun  Badan  Pusat  Statistika  Daerah,  Pemerintah
melakukan  riset  mengenai  kebutuhan  ikan  segar  untuk  masyarakat  maupun industri  yang  ada  di  Provinsi  Maluku,  serta  bersama  Lembaga  Akademik  dan
pihak Swasta, Pemerintah memperluas jaringan informasi pasar yang efisien bagi semua lembaga pemasaran.