Kondisi Perikanan Tangkap Model pengembangan sistem pemasaran ikan segar di kawasan Maluku Tengah
kencang yang mengakibatkan tingginya gelombang laut di sebagian besar tempat di Provinsi Maluku, sehingga nelayan tidak bisa melaut. Dengan demikian ikan
yang dijual di pasar hanya sedikit sehingga harganya mahal. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan ikan di bukan musim ikan seperti ini, pedagang
biasanya membeli ikan dari Cold Storage untuk kemudian dijual kembali ke konsumen. Dari pengamatan di lapangan, terlihat bahwa besar kecilnya volume
penjualan ikan oleh pedagang pengumpul di suatu pasar dipengaruhi oleh musim, modal yang dimiliki pedagang pengumpul, jumlah pembeli potensial, jumlah dan
jenis ikan yang dijual di pasar, dan harga ikan di pasar. Perhitungan Cumulative Ratio volume penjualan ikan oleh pedagang
pengumpul pada Tabel 19 didasarkan pada data di Lampiran 15 yang menyajikan keseluruhan volume penjualan selama proses penelitian berlangsung. Perhitungan
CR ini diawali dengan mentransfer volume penjualan pedagang pengumpul yang awalnya dinyatakan dalam loyang ke dalam satuan kilogram. Pengamatan yang
dilakukan terhadap 25 pedagang pengumpul selama 4 empat bulan kemudian dibagi ke dalam 18 minggu untuk melihat dinamika angka CR pada seluruh pasar
yang telah diasumsikan sebagai satu pasar besar. Tabel 19 menunjukkan CR volume penjualan ikan segar dari 25 pedagang
pengumpul di pasar Kawasan Maluku Tengah. Selama periode penelitian dilakukan, umumnya empat 4 pedagang pertama menunjukkan angka CR 40,
kecuali pada minggu ke-6 CR
4
= 41.22 dan 11 CR
4
= 42.68 Gambar 9. Hal ini mengindikasikan berarti bahwa pada kedua minggu tersebut, pasar agak
terkonsentrasi, sementara pada minggu-minggu pengamatan lainnya, pasar tidak terkonsentrasi. Pasar terkonsentrasi apabila rasio empat 4 pedagang pertama
sedikitnya 40 Parker and Connor dalam Sayaka 2006. Sementara Shepherd yang dikutip Rosyidi 2009 menyatakan bahwa apabila CR
4
≤ 40, maka pasar berbentuk loose oligopoly atau oligopoli yang tidak terlalu ketat kendur.
Subanidja 2006 menyatakan beberapa ciri pasar yang berstruktur oligopoli adalah : a hanya ada beberapa pedagang yang mendominasi pasar, b
ada produsen yang menawarkan barang yang sama produk yang tidak terdiferensiasi, namun ada pula produsen yang menawarkan model atau fitur
berbeda produsen dengan diferensiasi, c terdapat rintangan kuat entry barrier
untuk masuk ke pasar oligopoli, karena investasi yang dibutuhkan cukup tinggi, d persaingan melalui iklan sangat kuat.
Sumber : Data primer diolah 2011 Gambar 9 Cumulative Ratio CR volume penjualan ikan segar dari empat
pedagang pengumpul pertama di pasar Kawasan Maluku Tengah. Lebih lanjut dikatakan, bahwa struktur pasar ini memiliki kelebihan, yaitu
penjual hanya sedikit karena besarnya investasi yang dibutuhkan untuk masuk ke pasar tersebut, jumlah penjual yang sedikit menyebabkan harga dapat
dikendalikan pada tingkat tertentu dan bila terjadi perang harga, maka konsumen akan diuntungkan. Sebaliknya, produsen bisa melakukan kerja sama kartel yang
bertujuan membatasi produksi, sehingga barang dibuat langka agar harga bisa melambung tinggi dan pada akhirnya dapat merugikan konsumen. Harga yang
terlalu tinggi juga bisa mendorong inflasi serta dalam jangka waktu lama dapat mengganggu perekonomian Negara.
Rosyidi 2011 mengemukakan bahwa dari cara para pedagang beroperasi di pasar, terdapat tiga 3 macam oligopoli. Yang pertama adalah oligopoli tanpa
kolusi Non-Collusive Oligopoly yaitu pedagang yang memilih untuk tidak bekerja sama atau berkolusi dengan pedagang lainnya. Selanjutnya adalah
oligopoli yang berkolusi Collusive Oligopoly atau yang sering disebut kartel cartel. Kolusi ini dibuat secara formal, sehingga kartel juga disebut kolusi
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00 45.00
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1
Pedagang 2
Pedagang 3
Pedagang 4
Pedagang
Cu m
u lativ
e R
atio
Minggu Pengamatan