Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Bahan dan Instrumen Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan uji diagnostik dengan desain potong lintang pada penderita HIV yang dicurigai menderita TB paru dengan melakukan pemeriksaan LAM Urin yang akan dibandingkan dengan pemeriksaan kultur sputum Mtb.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap dan poliklinik VCT serta paru, bagian penyakit dalam RSUP Sanglah. Pemeriksaan kultur sputum Mtb dilakukan di laboratorium mikrobiologi RSUP Sanglah dan identifikasi Mtb dilakukan di RSUP Dr Soetomo Surabaya. Pemeriksaan LAM urin dilakukan di ruang rawat inap RSUP Sanglah. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2015 hingga Agustus 2015.

4.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kedokteran dan secara spesifik merupakan penelitian untuk mengidentifikasi nilai diagnostik pemeriksaan LAM urin untuk mendiagnosis TB paru pada pasien HIV. Penelitian ini merupakan penelitian diagnostik yang dilakukan di bagian ilmu penyakit dalam, khususnya bidang ilmu penyakit infeksi HIV dan paru. 4.4 Penentuan Sumber Data 4.4.1 Populasi Target Populasi target adalah semua pasien HIV dewasa yang dicurigai menderita koinfeksi TB 18-60 tahun.

4.4.2 Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau adalah semua pasien HIV dewasa yang dicurigai menderita koinfeksi TB paru yang menjalani rawat inap maupun rawat jalan di poliklinik penyakit dalam RSUP Sanglah Denpasar yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

4.4.3 Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah secara consecutive sampling, yaitu dengan mengikutsertakan semua penderita HIV dewasa yang dicurigai TB paru yang memenuhi kriteria sebagai sampel hingga mencapai jumlah yang direncanakan. 4.4.3.1 Etika Penelitian Ethical clearance dimintakan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. Setiap sampel diminta untuk menandatangani informed consent. 4.4.3.2 Kriteria Inklusi - Penderita HIV baik yang sudah mendapat terapi ART atau belum, yang dicurigai menderita koinfeksi TB paru berusia 18 - 60 tahun baik pria maupun wanita - Bersedia ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani informed consent - Kadar CD 4 ≤ 200 selµL - Suspek TB kambuh - Suspek MDR TB 4.4.3.3 Kriteria Eksklusi - Pasien putus OAT, dengan batas konsumsi OAT terakhir 2 bulan lalu - Pasien infeksi salurang kencing - Pasien dengan gagal ginjal stadium I-V - Pasien dengan infeksi candidiasis - Pasien dengan infeksi Corynebacterium sp

4.4.4 Besar Sampel

Perkiraan besar sampel dihitung berdasarkan rumus berikut Maldiyono dkk, 2011: P d sen 1 sen Z α N 2 2   N = besar sampel Za = derivat baku dari tingkat kesalahan sebesar 1,96 Sen = sensitivitas alat yang diinginkan, sebesar 78 d = simpang baku sebesar 20 P = prevalensi HIV-TB, sebesar 25 Berdasarkan rumus diatas didapatkan sampel sebesar 65,92. Estimasi besar sampel minimal yang diperlukan pada penelitian ini adalah 66 orang 4.5 Variabel Penelitian 4.5.1 Variabel Uji Baru Variabel uji baru pada penelitian ini adalah LAM urin

4.5.2 Variabel Baku Emas

Variabel baku emas pada penelitian ini adalah kultur sputum Mtb

4.5.3 Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan variabel-variabel yang telah diidentifikasi, maka definisi operasional variabel penelitian ini disusun sebagai berikut. 1. Infeksi HIV dikatakan positif bila tiga kali pemeriksaan dengan menggunakan reagen tes cepat adalah positif untuk ketiganya. Kemenkes, 2011

2. CD4 diperiksa dengan menggunakan pemeriksan flow cytometri untuk

menentukan status imun pasien HIV dengan menghitung angka absolut per mm 3 atau persentase sel CD4, dengan cut point ≤ 200 selµL Graham dkk, 1995. 3. Pasien HIV suspek TB paru dicurigai pada semua penderita HIV yang memiliki gejala klinis minimal satu seperti batuk lebih dari 2 minggu atau lebih yang disertai keringat malam, demam lebih dari satu bulan, penurunan berat badan lebih dari 10 dalam satu bulan WHO, 2007; Patel dkk, 2011. 4. LAM urin merupakan lapisan lipid dari Mycobacterium yang dapat dideteksi melalui cairan tubuh, yaitu urin sehingga dapat digunakan sebagai pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis TB paru. Pemeriksaannya dengan menggunakan metode imunokromatografi. Hasilnya berupa kualitatif +4, +3, +2, +1 , dan negatif, dengan cut-point positif diambil pada +2 Lawn, 2012 5. Kultur sputum Mtb merupakan pemeriksaan standar baku yang digunakan untuk mendiagnosis TB paru. Pemeriksaannya dengan menggunakan bahan sputum. Pembiakan sputum dengan menggunakan media LJ. Hasil kultur yang positif menandakan adanya kuman Mycobacterium. Selanjutkan pemeriksaan dilanjutkan dengan identifikasi melalui uji niasin dan MTP-64. Hasil yang positif menunjukkan adanya Mtb WHO, 2006; Kemenkes, 2012 6. Penyakit Ginjal Kronik PGK ditentukan dengan tes kliren kreatinin dengan perhitungan memakai rumus Cockroft Gault KDOQI, 2002 Kliren kreatinin mlmnt = − ��� � � � � � � � , � � � Kriteria stadium PGK: 1. Stadium I apabila adanya penurunan fungsi ginjal dengan laju filtrasi glomerulus LFG 90 mlmnt, 2. Stadium II apabila adanya penurunan fungsi ginjal dengan LFG 60 - 89 mlmnt. 3. Stadium III apabila adanya penurunan fungsi ginjal dengan LFG 30- 59mlmnt 4. Stadium IV apabila adanya penurunan fungsi ginjal dengan LFG 15 -29 mlmnt 5. Stadium V apabila adanya penurunan fungsi ginjal dengan LFG 15 mlmnt 7. Infeksi saluran kencing ditentukan bila pada pemeriksaan urin sewaktu ditemukan adanya nitrit positif danatau sedimen lekosit lebih dari 8-10 per lapang pandang Nicolle, 2006 8. Candidiasis oral didiagnosis dengan melihat plak pada daerah oral atau melalui pemeriksaan potasium hidroxide KOH Reznik, 2005 9. Corynebacterium ditegakkan bila dijumpai adanya gambaran klinis berupa faringitis dan pneumonia granulomatosa Venezia, 2012 10. Mycobacterium Other Than Tuberculosis MOTT ditentukan bila dari pemeriksaan kultur sputum Mtb didapatkan dengan uji Niasin dan MPT-64 negatif tetapi ditemukan adanya pertumbuhan kuman pada media LJ Jones, 2002; Kemenkes, 2012; Jhonson, 2014. 11. Putus OAT adalah pasien yang tidak berobat selama dua bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai Kemenkes, 2013b. 12. Kasus TB kambuh adalah pasien yang sebelumnya pernah mendapat OAT dan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir pengobatan dan saat ini ditegakkan diagnosis TB episode rekuren baik untuk kasus yang benar-benar kambuh atau episode baru yang disebabkan reinfeksi Kemenkes, 2013b 13. MDR TB adalah resisten OAT ganda, isolat Mtb resisten minimal terhadap isoniazid dan rifampisin Kemenkes, 2013b 14. Terapi ART adalah terapi yang diberikan pada individu dengan klinis HIV berat stadium 3 atau 4 {WHO} dan individu dengan kadar CD4 ≤ 350 selµL atau pada individu dengan keadaan khusus WHO, 2013b

4.6 Bahan dan Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, semua pasien HIV akan diperiksa kadar CD4 dan yang dicurigai koinfeksi TB paru akan dilakukan pemeriksaan rontgen dada, sputum BTA dengan metode Ziehl-Nielsen, Xpert MtbRif dan pemeriksaan kultur sputum Mtb. Kultur sputum Mycobacterium dengan menggunakan media LJ. Bila dari media LJ terapat pertumbuhan Mycobacterium akan dilanjutkan dengan pemeriksaan uji niasin dan MPT-64 Pemeriksaan LAM Urin menggunakan metode lateral flow, Alere Determine TB LAM Ag. Reagensia disimpan dalam suhu 2-30°C dengan masa penyimpanan sembilan bulan. Pada penelitian ini nilai LAM Urin dikatakan positif bila memberikan hasil strip tes positif yang sesuai dengan kartu skala yang ada. Cut-point yang digunakan adalah skala +2. Prosedur pemeriksaan LAM Urin adalah sebagai berikut: - Metode pemeriksaan dengan lateral flow - Prosedur sampling: 1. Sobek strip dan lepaskan dari penutupnya 2. Ambil spesimen urin dengan menggunakan pipet atau mikropipet sebanyak 60 µ L kemudian teteskan pada strip tes yang tersedia 3. Tunggu selama 25-35 menit 4. Cocokkan dengan skala yang telah disediakan 5. Hasil dibaca oleh minimal oleh dua orang peneliti dan perawat ruangan tempat pemeriksaan LAM urin Gambar 4.1 Strip tes dan skala refrensi Peter dkk, 2012 Sputum yang sulit untuk dikeluarkan akan dibantu dengan induksi sputum. Prosedur induksi sputum: - Nebulizer salbutamol 2,5 mg selama 5 menit - Tunggu 20 menit - Nebulizer NaCl hipertonik 3 selama 5 – 20 menit dengan menggunakan high output nebulizer dengan rata-rata 2,5 mlmenit - Hentikan nebulizer setiap 5 menit untuk mengeluarkan dahak

4.7 Prosedur Penelitian