commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting untuk setiap manusia. Dengan pendidikan kita dapat meningkatkan pemikiran lebih maju serta dapat
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Semua warga Negara Indonesia wajib mendapatkan pendidikan dan pengayoman dari pemerintah.
Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak- hak yang sama yang diatur dalam Undang- Undang Dasar 1945. Pada buku Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus, hak- hak yang dimiliki anak berkebutuhan khusus berdasar pada landasan yuridis formal meliputi: UUD 1945 amandemen , UU no 20 tahun 2003 sistem
pendidikan nasional dan UU no. 4 1997 tentang penyandang cacat. Pada UUD 1945 amandemen tepatnya pada pasal 31 ayat 1 dan 2. Bunyi
pasal 33 ayat 1 yaitu : “ Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”. sedangkan pada ayat 2 yaitu: “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan
berdasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Dengan demikian setiap warga Negara Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan dan dibiayai oleh
pemerintah. Pada UU no. 20 tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang
berbunyi, ”Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis”.
Sedangkan pada UU no. 4 1997 tentang penyandang cacat pada pasal 5 berbunyi: “ Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama
dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan”. Dari pernyataan tersebut semua anak berkebutuhan khusus mempunyai hak dan kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan ynag layak tanpa terkecuali.
commit to user
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa semua anak berkebutuhan khusus maupun anak normal wajib dan mempunyai hak
mendapatkan pendidikan serta mempunyai hak yang sama dalam berbagai bidang. Misalnya memperoleh hak milik, hak mengeluarkan pendapat, hak untuk
membela negara maupun hak mendapatkan pengayoman atau perlindungan. Dalam bidang hukum juga mempunyai hak yang sama dengan anak normal. Anak
kesulitan belajar merupakan anak yang mempunyai kebutuhan khusus. Dengan demikian anak kesulitan belajar mempunyai hak yang sama dalam segala bidang
seperti anak normal ataupun anak cacat. Sebagai contoh yaitu hak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk mendapatkan pengayoman maupun hak dalam
bidang politik, yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat. Dalam pendidikan maupun sekolah membaca merupakan hal yang sangat
penting dan juga merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat life long learning. Mengajarkan membaca pada
anak berarti memberi anak tersebut sebuah masa depan, yaitu memberi cara bagaimana mengerti atau mempelajari sesuatu dari buku, koran, majalah ataupun
dari sumber yang lain. Dengan kegiatan membaca dapat membuka jendela pengetahuan dengan mudah. Karena hampir semua pengetahuan disajikan dalam
bentuk tulisan. Membaca juga dapat memberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan hidupnya.
Selain itu membaca juga merupakan modal utama dalam setiap mata pelajaran, tidak hanya pada pelajaran Bahasa Indonesia saja. Namun pembelajaran
membaca sebagian besar dapat dijadikan hal yang pasti atau mutlak dari bagian mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tanpa membaca pembelajaran dalam kelas
tidak dapat terwujud dengan baik atau bahkan semua pelajaran tidak akan dimengerti oleh siswa. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang
melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan tetapi, juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, metakognitif.
Menurut Soedarso 1983 dalam Mulyono Abdurrahman 1999 : 200 “Membaca merupakan aktivitas komplek yang memerlukan sejumlah besar
tindakan terpisah- pisah mencakup penggunaan pengertian, khayalan,
commit to user
pengamatan, dan ingatan”. Sedangkan menurut Sunardi 1997 : 1 “ Membaca adalah aktifitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari simbol berupa
huruf dan kata. Aktivitas ini meliputi proses, yaitu proses decoding, yang dikenal juga dengan istlah membaca teknis, dan proses pemahaman”. Menurut Syafe’ei
dalam Farida Rahim 2007:2 tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca, yaitu recording, decoding,
dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikanya dengan bunyi- bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang
digunakan, sedangkan proses decoding penyandian merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata- kata. Proses recording dan
decoding biasanya berlangsung pada kelas awal, yang disebut dengan membaca
permulaan. Penekanan membaca pada tahap ini adalah proses prespektual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi- bunyi bahasa. Proses
memahami makna disebut dengan istilah meaning. Pada tahap ini dikenalkan pada kelas SD dengan jenjang kelas yang lebih tinggi. Dengan demikian membaca
sangatlah penting dalam setiap pembelajaran tidak hanya pada pelajaran Bahasa Indonesia saja, tetapi pada semua mata pelajaran.
Prestasi membaca yaitu penguasaan pengetahuan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjuk oleh nilai tes yang diberikan
oleh guru. Sedangkan prestasi adalah hasil yang ingin dicapai. Menurut Conny Semiawan 2002 : 11 mengemukakan bahwa “Faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar adalah pemenuhan kebutuhan psikologis, intelegensi, faktor non kognitif, pengembangan kreatifitas”.
Pada siswa kelas II SD di SLB A YKAB terdapat siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hampir semua mata pelajaran tidak dikuasai siswa dengan
sempurna. Namun pada kegiatan penelitian ini hanya dilakukan pada kesulitan membaca pada pelajaran Bahasa Indonesia. Kesulitan pada anak yang jelas yaitu:
belum bisa membaca huruf dengung misalnya “ng”, “ny” pada kata, belum bisa membaca dengan huruf konsonan ditengah maupun diakhir kalimat atau sering
disebut dengan huruf paten. Ada juga siswa yang belum bisa membedakan antara huruf “d” dengan huruf “b”, huruf “f” dengan huruf “v”, huruf “f” dengan “p” dan
commit to user
yang pasti kesulitan yang umum yaitu belum bisa membaca dengan lancar. Kemampuan membaca mereka juga belum memenuhi KKM Kriteria Ketuntasan
Minimal meskipun nilai yang ditentukan juga sudah minimal. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya kurangnya
perhatian orang tua terhadap perkembangan anaknya, minat baca dari siswa rendah, keadaan kelas yang tidak kondusif, serta kurang perhatian guru tehadap
peserta didik. Kemampuan membaca anak tergantung pada kemampuan dalam memahami hubungan antara wicara, bunyi, dan simbol yang diminta. Menurut
Mulyono Abdurrahman 1999:13 “ Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal, dan eksternal. Penyebab utama kesulitan belajar lerarning
disabilities adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi
neurologis, sedangkan penyebab utama problema belajar learning problems adalah faktor eksternal, yaitu antara lain strategi pembelajaran yang keliru,
pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan reinforcement yang tidak tepat, adalah faktor
eksternal”. Sedangkan menurut Muhibin Syah 2009 : 135 “faktor penyebab kesulitan belajar adalah faktor intern siswa dan faktor ekstern siswa”. Faktor
intern siswa yaitu hal- hal atau keadaan- keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Sedangkan faktor ekstern siswa yaitu hal-hal atau keadaan-
keadaaan yang datang dari luar diri sendiri. Untuk memperbaiki kemampuan membaca anak dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Pengajaran membaca pada anak dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu metode pengajaran membaca bagi anak pada umumnya dan metode
pengajaran membaca khusus bagi anak berkesulitan belajar. Menurut Mulyono Abdurrahman 1999 : 215 metode pengajaran membaca bagi anak pada
umumnya terdiri dari metode membaca sadar, fonik, lingusitik, SAS, alfabetik, dan pengalaman bahasa. Sedangkan metode untuk anak berkesulitan belajar yaitu
Metode Fernald, Gilingham, dan Analisiss Glass. Dalam metode pengajaran membaca pada anak berkesulitan belajar
terdapat Metode Fernald. Menurut Mulyono Abdurrahman 1999,217 “ Fernald telah mengembangkan suatu metode pengajaran membaca multisensori yang
commit to user
merupakan pengembangan dari metode multisensoris yang dikenal pula sebagai metode VKAT visual, auditory, kinesthetic, and tactile. Metode ini
menggunakan materi bacaan yang dipilih dari kata- kata yang diucapkan anak, dan tiap kata yang diajarkan secara utuh”.
Dengan adanya beberapa hambatan dan masalah yang ada pada kelas tersebut peneliti ingin mengadakan penelitian dengan mengambil judul
”PENGGUNAAN METODE
FERNALD UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PADA ANAK KESULITAN BELAJAR
KELAS II SD DI SLB A YKAB SURAKARTA TAHUN AJARAN 20102011”
B. Rumusan Masalah