permukaan lempeng agar. Lalu eramkan pada suhu 37
°
C selama 18-24 jam.
5.
Amati daerah jernih di sekitar cakram yang tidak ditumbuhi bakteri zona hambat, lalu zona hambat diukur dengan alat kaliper jangka sorong.
Ukur zona hambat di sekitar cakram dengan menggunakan kaliper dalam satuan milimeter.
6.
Untuk menentukan bakteri peka atau resistan terhadap antibiotik disesuaikan diameter zona hambat dengan pedoman CLSI dokumen
M100-S22
untuk Staphylococcus spp. CLSI, 2012.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari setiap pengukuran dicatat lalu ditabulasi untuk mempermudah pengolahan dan pembahasan.
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Perawatan Intensif Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik RSUP HAM Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No.17, Medan Selayang Sumatera Utara dan Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara FK USU yang berlokasi di Jalan Universitas No.1 Kampus USU, Kelurahan Padang Bulan,
Kecamatan Medan Baru, Provinsi Sumatera Utara. 5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah usap hidung semua dokter muda yang bertugas di Instalasi Perawatan Intensif Anak, Instalasi Perawatan Intensif Bedah
dan Instalasi Perawatan Intensif Dewasa RSUP HAM Medan pada saat peneliti melakukan skrining, dengan jumlah sebanyak 30 sampel.
5.1.3. Hasil Uji Laboratorium Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi FK USU diperoleh data-data yang terangkum dalam tabel berikut: Tabel 5.1. Distribusi isolat S.aureus berdasarkan jenis kelamin
Positif S.aureus f
Negatif S.aureus f
Jumlah f
Laki-laki 3 21,4
11 78,6 14 46,7
Perempuan 7 43,8
9 56,2 16 53,3
Total 10 33,3
20 66,7 30 100
Keterangan: f = frekuensi Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa isolat S. aureus ditemukan pada 10
orang 33,3 dokter muda yang bertugas di Instalasi Perawatan Intensif RSUP HAM Medan yaitu pada 3 21,4 laki-laki dan 7 43,8 perempuan.
Tabel 5.2. Hasil skrining S. aureus dengan resistansi berperantara MecA. No. Sampel
MecA 3
Negatif 5
Positif 10
Positif 17
Positif 19
Negatif 20
Positif 23
Positif 25
Negatif 26
Positif 29
Negatif
Dalam penelitian ini, diketahui bahwa diameter zona hambat terkecil Cefoxitin terhadap S.aureus adalah 11,0 mm dan diameter zona hambat terbesar
adalah 27,5 mm dimana rata-rata zona hambat Cefoxitin terhadap pertumbuhan S. aureus adalah 19,6 mm.
Pada penelitian ini, S. aureus dikatakan positif MecA apabila zona hambat di sekitar cakram cefoxitin
≤ 21 mm dan negatif MecA bila zona hambat di sekitar cakram Cefoxitin
≥ 22 mm setelah disesuaikan den gan pedoman CLSI. Dari tabel 5.2 dapat diketahui 6 60 dari 10 isolat S. aureus yang berhasil diidentifikasi
adalah strain positif MecA. Dari hasil uji kepekaan dengan metode difusi cakram terhadap 15 jenis
antibiotika, didapatkan hasil seperti berikut :
Tabel 5.3. Profil sensitivitas sampel S.aureus terhadap 15 antibiotik ANTIBIOTIK
SENSITIF f
INTERMEDIATE f
RESISTAN f
Ampicillin 0 0
- 10 100
Amoxicillin- Clavulanic acid
7 70 -
3 30 Amoxicillin
0 0 -
10 100 Ceftazidime
0 0 0 0
10 100 Ciprofloxacin
8 80 0 0
2 20 Cefotaxime
4 40 4 40
2 20 Cefepime
0 0 0 0
10 100 Gentamicin
10 100 0 0
0 0 Clindamycin
0 0 0 0
10 100 Imipenem
10 100 0 0
0 0 Levofloxacin
8 80 0 0
2 20 Meropenem
0 0 1 10
Trimethoprim- Sulfamethoxazole
9 90 0 0
1 10 Piperacillin-
tazobactam 0 0
- 10 100
Cefoxitin 4 40
- 6 60
Keterangan: f = frekuensi
Dari uji kepekaan isolat S. aureus terhadap 15 antibiotika, ditemukan bahwa isolat tersebut telah resistan terhadap beberapa antibiotik. Antibiotika
tersebut adalah Ampicillin, Amoxicillin, Ceftazidime, Cefepime, Clindamycin dan Piperacillin-tazobactam.
5.2. Pembahasan