2.2. Antibiotik Betalaktam ß-laktam
2.2.1. Mekanisme kerja antibiotik ß-laktam Penicillin, seperti semua antibiotik ß-laktam, menghambat pertumbuhan
bakteri dengan mengganggu reaksi transpeptidasi sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri berfungsi untuk menjaga bentuk sel dan integritas sel, dan
mencegah terjadinya lisis sel yang disebabkan oleh tekanan osmotik tinggi. Dinding sel bakteri diperbuat daripada polimer kompleks polisakarida dan
polipeptida serta peptidoglikan yang dihubungkan bersilangan cross-linked. Polisakarida tersebut mengandung gula amino, N-acetylglucosamine dan asam N-
acetylmuramic. Satu pentapeptida terhubung pada asam N-acetylmuramic; peptida ini akan terminasi pada D-alanyl-D-alanine. Dalam proses membentuk cross-link
dengan peptida yang berdekatan, enzim penicillin binding protein PBP akan mengeluarkan alanine terminal tersebut. Antibiotik ß-laktam mempunyai struktur
analog substrat alami D-Ala-D-Ala, mengikat secara kovalen pada active site PBP. Ini akan menyebabkan terjadi hambatan sintesis dinding sel bakteri karena proses
transpeptidasi antara rantai peptidoglikan terganggu dan membawa kepada kematian sel. Mekanisme kematian sel yang tepat tidak diketahui, namun terdapat
penglibatan autolisin dan gangguan pada morfogenesis dinding sel. Antibiotik ß- laktam hanya dapat membunuh sel bakteri pada waktu bakteri masih aktif tumbuh
dan mensintesis dinding sel Katzung, 2009 2.2.2. Mekanisme Resistansi
Resistansi bakteri terhadap penicillin dan antibiotik ß-laktam lain dapat disebabkan oleh satu dari empat mekanisme umum: a inaktivasi antibiotik oleh
enzim betalaktamase ß-laktamase, b modifikasi target PBP, c gangguan penembusan obat ke target PBP, dan d effluks. Produksi enzim ß-laktamase
merupakan mekanisme resistansi yang tersering. Terdapat ratusan enzim ß- laktamase yang telah diidentifikasi, bahkan ada enzim ß-laktamase yang
diproduksi oleh spesies bakteri tertentu yang mempunyai spesifisitas terhadap suatu substrat. Pengubahan target PBP merupakan dasar resistansi terhadap
methicillin dalam Staphylococci. Organisme bakteri yang resistan ini akan memproduksi PBP dengan afinitas rendah pada pengikatan antibiotik ß-laktam.
Sebagai konsekuensinya, organisme ini tidak terhambat kecuali pada konsentrasi obat tinggi yang biasanya tidak tercapai secara klinis Katzung, 2009. Semua
bakteri termasuk S. aureus mempunyai membran plasma dan dinding sel. Kebanyakan zat obat memasuki sel melalui pori pada membran sel. Konsentrasi
obat di dalam sel adalah sebanding dengan jumlah pori pada sel. Ada bakteri yang menjadi resistan terhadap obat antibiotik dengan mekanisme mengurangi jumlah
pori pada membran sel. Pada bakteri dimaksud, jumlah obat yang memasuki sel tidak cukup untuk merusak atau membunuh bakteri tersebut. Ada pula bakteri
yang memproduksi pompa efluks yang mengeluarkan antibiotik dari sel sebelum antibiotik tersebut dapat merusaknya. Terdapat pompa khusus untuk obat tertentu
saja dan pompa yang dapat mengekspor berbagai obat. Pompa yang dapat mengekspor berbagai obat ini dikenal sebagai pompa multi-drug resistance
MDR dan bakteri yang mempunyai pompa ini resistan terhadap berbagai antibiotik. Pompa MDR ini juga bisa mengeluarkan disinfektan dan antiseptik
yang biasanya digunakan untuk membunuh bakteri pada permukaan. Pompa- pompa ini kemungkinan telah berevolusi dari fungsi aslinya yaitu mengekspor
substansi kimia toksik yang dijumpai bakteri di alam Freeman-Cook, 2006.
2.3. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus MRSA