Tanda dan Gejala Klinik

Setelah komponen struktural dirakit, virus dilepaskan dari dalam sel. Proses perkembangan virus DEN terjadi disitoplasma sel. Infeksi oleh satu serotype virus DEN menimbulkan imunitas protektif terhadap serotype virus tersebut, tapi tidak ada ”cross protective” terhadap serotype virus yang lain Soegijanto, 2003. Patogenesis Demam Berdarah Dengue DBD terhadap dua perubahan patofisiologi yang menyolok yaitu : meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal yang terjadi singkat 24-48 jam, hipovolemia dan terjadi syok. Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia dan koagulopati, mendahului terjadinya manisfestasi perdarahan Depkes RI, 2003.

2.1.4 Tanda dan Gejala Klinik

Menurut Depkes RI 2003, secara klinis ditemukan demam, suhu pada umumnya antara 39 o -40 o C, pada fase awal demam terdapat ruam yang tampak di muka, leher dan dada. Selanjutnya pada fase penyembuhan suhu turun dan timbul petekia yang menyeluruh pada tangan dan kaki. Pendarahan pada kulit pada DBD terbanyak adalah uji tornique positif. Penyakit DBD pada umumnya menyerang anak- anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi pada kelompok dewasa. Sedangkan masa inkubasi DBD biasanya berkisar antara 4-7 hari. Prognosis DBD sulit di ramalkan dan pengobatan yang spsifik untuk DBD tidak ada, karena obat terhadap virus Dengue belum ada. Prinsif dasar Universitas Sumatera Utara pengobatan penderita DBD adalah penggantian cairan tubuh yang hilang karena kebocoran plasma Depkes RI, 2005. Pencegahan dan penanggulangan infeksi Dengue diutamakan pada pemberantasan vektor penyakit karena vaksin yang efektif masih belum tersedia. Pemberantasan vektor ini meliputi pemberantasan sarang nyamuk dan pembasmian jentik. Pemberantasan sarang nyamuk meliputi pembersihan tempat penampungan air bersih yang merupakan sarana utama perkembangbiakan nyamuk, diikuti penimbunan sampah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Tempat air bersih perlu dilindungi dengan ditutup yang baik. Pembasmian jentik dilakukan melalui kegiatan larvaciding dengan abate dan penebaran ikan pemakan jentik di kolam- kolam Soegijanto S, 2004. Menurut Soegijanto 2003 gejala klinik utama pada penyakit DBD adalah demam dan manifestasi perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet. Adapun gejala klinik DBD antara lain : 1 Mendadak panas tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah lesu suhu badan antara 38°C - 40°C atau lebih; 2 Tampak binti-bintik merah pada kulit dan jika kulit direnggangkan bintik merah itu tidak hilang; 3 Kadang-kadang perdarahan di hidung mimisan; 4 Mungkin terjadi muntah darah atau berak darah; 5 Tes Torniquet positif ; 6 Adanya perdarahan, akimosis atau purpura; 7 Kadang-kadang nyeri ulu hati, karena terjadi perdarahan di lumbung bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, berkeringat perdarahan selaput lendir mukosa, alat pencernaan gastrointestinal, tempat suntikan atau ditempat lainnya; 8 Hematemesis atau melena; 9 Universitas Sumatera Utara Trombositopenia =100.000mm 3 ; 10 Pembesaran plasma yang erat hubungannya dengan kenaikan permeabilitas dinding pembuluh darah, yang ditandai dengan munculnya satu atau lebih dari: a Kenaikan nilai 20 hematokrit atau lebih tergantung umur dan jenis kelamin; b Menurunnya nilai hematokrit dari nilai dasar 20 atau lebih sesudah pengobatan; c Tanda-tanda pembesaran plasma yaitu efusi pleura, asites, hipo-proteinaemia; d Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak diselokangot atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah; e Biasanya menggigit manusia pada pagi atau sore hari; f Mampu terbang sampai 100 meter. Diagnosa penyakit DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosa WHO tahun 1997 terdiri dari kriteria klinis, ini dimaksudkan untuk mengurangi daiagnosa yang tidak berhubungan dengan penyakit DBD over diagnosa. Kriteria klinis tersebut seperti demam tinggi tanpa sebab yang jelas yang berlangsung 2-7 hari. Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan uji tornique positif, petekia, purpura, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematimesis dan melena perbesaran hati. Adanya syok yang ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan penderita tampak gelisah. Kirteria laboratorium seperti trombositopenia 100.000 ul atau kurang dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat peningkatan hemotokrit 20 atau lebih. Dua Kriteria klinis ditambah hematokrit cukup untuk menegakkaan diagnosis klinis DBD, Depkes RI, 2005. Universitas Sumatera Utara Menurut WHO 2002 membagi derajat DBD dalam 4 empat derajat, yaitu sebagai berikut : Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu satunya manifestasi perdahan ialah uji tourniquet positif. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain. Derajat III : Ditemukannya kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan jadi menurun 20 mmHg atau hipotensi disertai kulit yang dingin, lembab dan penderita menjadi gelisah. Derajat IV : Renjatan berat dengan nadi yang tidak dapat diraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.

2.1.5. Manipestasi Penularan