dalam mengaplikasikan standar akuntansi dapat dimanfaatkan untuk melakukan manajemen laba.
.
2.1.4 Kinerja Perbankan
Kinerja adalah pencapaian dari suatu tujuan suatu kegiatan atau pekerjaan tertentu untuk mencapai tujuan perusahaan yang diukur dengan standar.
Penilaian kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui efektivitas operasional perusahaan. Kinerja merupakan pengawasan terus menerus dan
pelaporan penyelesaian program, terutama kemajuan terhadap tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada dasarnya tujuan dari pengukuran kinerja perbankan
tidaklah jauh berbeda dengan kinerja perusahaan pada umumnya. Pengukuran kinerja perusahaan dilakukan untuk melakukan perbaikan dan pengendalian atas
kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Selain itu, pengukuran kinerja juga dibutuhkan untuk menetapkan strategi yang tepat
dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan itu merupakan fondasi tempat berdirinya pengendalian yang
efektif. Penilaian kinerja bank sangat penting untuk setiap stakeholders bank
yaitu manajemen bank, nasabah, mitra bisnis dan pemerintah di dalam pasar keuangan yang kompetitif. Bank yang dapat selalu menjaga kinerjanya dengan
baik terutama tingkat profitabilitasya yang tinggi dan mampu membagikan deviden dengan baik serta prospek usahanya dapat selalu berkembang dan dapat
memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik, maka ada kemungkinan nilai sahamnya dan jumlah dana pihak ketiga akan naik. Kenaikan
Universitas Sumatera Utara
nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan.
Kinerja perbankan sendiri sering dinilai terkait erat dengan tingkat kesehatan bank. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator.
Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Dalam UU RI No 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan Pasal 29 disebutkan bahwa Bank Indonesia berhak untuk menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan memperhatikan aspek permodalan,
kualitas asset, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. Oleh karena itu Bank Indonesia mengeluarkan
surat keputusan direksi Bank Indonesia No 30277KEPDIR tanggal 19 Maret 1998 yang mengatur tata cara penilaian tingkat kesehatan bank.
Pengukuran kinerja secara garis besar dikelompokan menjadi dua, yaitu pengukuran non finansial dan finansial. Kinerja non finansial adalah pengukuran
kinerja dengan menggunakan informasi-informasi non finansial yang lebih dititik beratkan dari segi kualitas pelayanan kepada pelanggan. Sedangkan pengukuran
kinerja secara finansial adalah penggunaan informasi-informasi keuangan dalam mengukur suatu kinerja perusahaan. Informasi keuangan yang lazim digunakan
adalah laporan rugi laba dan neraca.
Aspek Kualitas manajemen merupakan penilaian terhadap kemampuan
manajerial pengurus bank untuk menjalankan usaha, kecukupan manajemen resiko, dan kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen
kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. Untuk mengukur kinerja manajemen suatu bank apakah telah menggunakan semua faktor
Universitas Sumatera Utara
produksinya dengan tepat guna dan hasil guna, maka melalui rasio-rasio keuangan disini juga dapat diukur secara kuantitatif tingkat efisiensi yang
telah dicapai oleh manajemen bank yang bersangkutan. Informasi mengenai kinerja sangat bermanfaat bagi pengguna laporan
keuangan. Bagi kelompok investor, kreditor maupun masyarakat umum menginginkan investasi mereka yang ditanamkan ke bank perlu untuk mengetahui
kinerja bank tersebut. Pengembalian atas investasi modal berguna bagi evaluasi manajemen, analisis profitabilitas, peramalan laba, serta perencanaan dan
pengendalian. Menggunakan angka pengembalian atas investasi modal untuk tujuan tersebut membutuhkan pemahaman mendalam mengenai ukuran
pengembalian ini. Karena ukuran pengembalian mencakup komponen yang berpotensi memberikan kontribusi pada pemahaman kinerja perusahaan Wild,
Subramanyam, Halsey, 2005. Bank dengan total asset relatif besar akan mempunyai kinerja yang lebih
baik karena mempunyai total revenue yang relatif besar sebagai akibat penjualan produk yang meningkat. Dengan meningkatnya total revenue tersebut maka akan
meningkatkan laba perusahaan sehingga kinerja keuangan akan lebih baik Mawardi, 2005.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.623.DPNP tanggal 31 Mei 2004 Lampiran Id, rasio Return On Assets ROA dapat diukur dengan
perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total asset total aktiva. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional bank sebelum pajak.
21. Total aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar Return On Assets ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena
Universitas Sumatera Utara
tingkat kembalian return semakin besar. Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang
diukur dengan aset yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat Siamat, 2005. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter menetapkan
angka Return On Assets ROA ≥ 2, agar bank tersebut dapat dikatakan dalam
kondisi sehat Marnov :2009 Dalam penelitian ini sebagai indikator yang di pergunakan adalah
Return On Asset ROA yaitu menunjukan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, karena itu
dipergunakan angka laba setelah pajak dan rata-rata kekayaan perusahaan. Semakin besar ROA suatu bank , semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan menunjukan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam segi pengunaan aset. ROA mencerminkan kegiatan usaha murni bank dan
dapat mengukur keseluruhan tingkat efektifitas bank dalam menghasilkan profit dengan aset yang tersedia dengan kata lain mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh laba dari aset yang dimilikinya. Semakin besar Return on Assets
ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik. Apabila Return on Assets ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga
dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang
saham Husnan, 1998.
2.1.2.Tinjauan Penelitian terdahulu
Penelitian tentang “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia “
Universitas Sumatera Utara
oleh Endang Kemalasari Juni – 2009 , membuktikan bahwa Good Corporate Governance secara simultan dan partial mempunyai pengaruh yang tidak
signifikan terhadap kinerja perusahaan .Dengan variabel yang di pergunakan adalah Komposisi Dewan Komisaris , Kepemilikan Institusional dan Komite
Audit dengan metode hipotesis yang di pergunakan adalah regeresi linear berganda dengan program SPSS dengan tingkat signifikan pada confidence level
95 dengan Alpha 0.05.
Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Sambas ade Kesuma
2007 dengan populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2003 yang berjumlah 157 perusahaan.
Sampling dilakukan dengan menggunakan tabel Krejcie Morgan dan besarnya sampel yang diperoleh 110 perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini ada tiga: variabel independen yaitu good corporate governance yang diproksikan dengan Kepemilikan Direksi, kepemilikan institusional, dan komite
audit; variabel kontrol yaitu leverage dan pertumbuhan; dan variabel dependen yaitu kinerja perusah
aan. Signifikansi α lebih kecil dari 0,05. Dengan kesimpulan dari penelitian nya adalah secara parsial Kepemilikan Direksi dan
kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, hanya komite audit dan variabel kontrol, leverage yang berpengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan. Sedangkan secara simultan, Kepemilikan Direksi, kepemilikan institusional, dan komite audit, serta leverage dan pertumbuhan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Penelitian lainnya “Pengaruh Good Corporate Governance dan
Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa
Universitas Sumatera Utara
efek Indonesia BEI Tahun 2004 – 2007 “oleh Samáni Sept 2008 dengan kesimpulan bahwa berdasrakan hasil pengujian menunjukan bahwa variabel
Kepemilikan Institusional, Aktivitas Komisaris, Ukuran Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit dan rasio leverage berpengaruh terhadap
Kinerja keuangan.
Muh. Arief Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka 2007 dengan judul “
Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan
Studi Pada Perusahaan go publik Sektor Manufaktur” dengan populasi
penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta 2002-2004.Menggunakan Teknik Purposive Sampling yang digunakan
menghasilkan 30 perusahaan sebagai sampel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada empat: variabel independen yaitu kepemilikan
institusional, Kepemilikan Direksi, proporsi dewan komisaris independen, dan ukuran dewan komisaris, variable intervening yaitu manajemen laba, dan variabel
dependen yaitu kinerja perusahaan.Dengan hasil penelitian ini adalah secara simultan, kepemilikan institusional, Kepemilikan Direksi, proporsi dewan
komisaris independen, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, akan tetapi manajemen laba tidak berpengaruh
signifikan terhadap kinerja keuangan. Jojor Lisbet Sibarani 2010 dalam ‘Analisis Pengaruh Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahan Consumer Goods yang Terdaftar di BEI Dengan Manajemen laba sebagai Variabel Intervening’ dengan
Populasi penelitian ini adalah perusahaan Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia -2004 - 2008. Teknik Purposive Sampling yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan 12 perusahaan sebagai sampel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini : Kepemilikan Institusional , Kepemilikan Direksi , Komposisi
Dewan Komisaris Independen , Ukuran Dewan komisaris dan Komite Audit dan Manajemen laba sebagai variabel Intervening serta variabel dependen yaitu
kinerja perusahaan. Dengan signifikansi α lebih kecil dari 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Penerapan GCG mempunyai pengaruh yang signifikan
dan positif terhadap kinerja perusahaan dan manejemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.
Tabel 2.1 Peneliti Terdahulu
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dideskripsikan melalui gambar dan penjelasan dasar penarikan hipotesis.
Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini Good Corporate Governance merupakan konstruk atau variable laten dengan proksi atau indikator yang dijelaskan dengan arah
panah pada gambar 3.1 yang terdiri atas kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan
komite audit. Untuk memperdalam pembahasan hipotesa H1 dan H3 pada penelitian ini maka indikitor dari Good Corporate Governance GCG akan di
regres secara simultan dan partial dengan masing-masing variable independennya.
Universitas Sumatera Utara