BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dideskripsikan melalui gambar dan penjelasan dasar penarikan hipotesis.
Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini Good Corporate Governance merupakan konstruk atau variable laten dengan proksi atau indikator yang dijelaskan dengan arah
panah pada gambar 3.1 yang terdiri atas kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan
komite audit. Untuk memperdalam pembahasan hipotesa H1 dan H3 pada penelitian ini maka indikitor dari Good Corporate Governance GCG akan di
regres secara simultan dan partial dengan masing-masing variable independennya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.2 : Regresi Indikator
Minow dan Bingham 1995 menyatakan bahwasanya, ‘‘tidak ada hal yang membuat dewan direksi eksekutif berfikir seperti yang difikirkan pemegang
saham, sebaik pemegang saham itu sendiri”. Jadi, para eksekutif manajer seharusnya memegang sebagian dari resiko keuangan seperti halnya pemegang
saham. Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para pemegang saham
principal karena manajer agent akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Namun Shleifer and Vishny 1989 juga menjelaskan bahwa semakin banyak
proporsi kepemilikan oleh manajer, semakin sedikit pemegang saham dapat menekannya untuk berbuat sesuai kepentingan mereka. Dengan demikian
Kepemilikan Direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan
pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh
institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak
Universitas Sumatera Utara
menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen Boediono, 2005. McConell dan Servaes 1990, Nesbitt 1994, Smith 1996,
Del Guercio dan Hawkins 1999, dan Hartzell dan Starks 2003 dalam Cornertt dkk., 2006 menemukan adanya bukti yang menyatakan bahwa tindakan
pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor insitusional dapat membatasi perilaku para manajer. Cornet dkk., 2006
menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk mengurangi perilaku oportunistis
atau mementingkan diri sendiri dan membuat mereka fokus terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian kepemilikan institusional berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Ujiyantho dan pramuka 2007 mengemukakan bahwa jumlah dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba karena besar kecilnya dewan komisaris bukanlah menjadi faktor penentu Utama dari efektifitas
pengawasan terhadap manajemen perusahaan. Akan tetapi efektifitas mekanisme pengendalian tergantung pada nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam
suatu organisasi serta peran dewan komisaris dalam aktivitas pengendalian monitoring terhadap manajemen .Namun hasil penelitian Ujiyantho dan
Pramuka tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakuan nasution dan Setyawan. Berdasarkan hasil penelitian mereka bahwa makin banyaknya dewan
komisaris dalam perusahaan berhasil mengurangi manajemen laba yang terjadi. Hal ini menunjukan bahwa komisaris independen telah efektif dalam menjalankan
tanggung jawabnya mengawasi kualitas pelaporan keuangan demi membatasi manajemen laba di perusahaan. Hal tersebut disebabkan karena dengan makin
Universitas Sumatera Utara
banyaknya anggota komisaris independen maka proses pengawasan yang dilakukan dewan ini makin berkualitas dengan makin banyaknya pihak
independen dalam perusahaan yang menuntut adanya transparansi dalam pelaporan keuangan perusahaan.
Teori keagenan mempertimbangkan independensi dari manajemen sebagai sebuah karakteristik dewan yang krusial dari perspektif aturan
pemonitoran dewan Fama, 1980; Fama dan Jensen, 1983; Jensen, 1993 dalam Muh.arief 2007. Para dewan independen memikul tanggung jawab monitoring
dan evaluasi pada manajemen Jensen dan Meckling, 1976. Hasil penelitian empiris atas Elloumi dan Gueyie´ 2001 menunjukkan bahwa para dewan
komisaris dari perusahaan yang mengalami keadaan kesulitan keuangan memiliki anggota eksternal independen yang lebih sedikit. Dengan demikian proporsi
dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Berdasarkan Peraturan BI No.84PBI2006 menyatakan tentang tugas
komite audit adalah melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka
menilai kecukupan proses pelaporan keuangan. Wulandari 2004 menguji pengaruh interaksi antara dewan komiasris dan komite audit terhadap praktik
manajemen laba. Dengan menggunakan sampel perusahaan non-finansial yang listing di BEJ untuk tahun 1994 hingga 2002, menunjukan interaksi dewan
komisaris dengan komite audit justru berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan
Universitas Sumatera Utara
keuangan. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja
perusahaan .Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan
Muh.arief, 2007. Cornett et al., 2006 menemukan adanya pengaruh mekanisme corporate
governance terhadap penurunan discretionary accruals sebagai ukuran dari manajemen laba.
Return on Assets ROA dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena Return on Assets ROA digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return on Assets ROA merupakan rasio antara laba
sebelum pajak terhadap total asset. Penelitian Arnawa 2006 menggunakan ratio Return On assets ROA sebagai salah satu proksi untuk menilia kinerja bank.
Dimana rasio ROA yang rendah juga diduga akan lebih memotivasi bank untuk melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan laba.
3.2 Hipotesis Penelitian