5.4.2 Pengaruh Penerapan Good corporate governance yang terdiri dari
kepemilikan institusional, Kepemilikan Direksi, proporsi dewan komisaris independen , ukuran dewan komisaris dan Komite Audit
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan melalui manjemen laba sebagai variabel
intervening .
Sebagaimana dapat dilihat pada table 5.8 diketahui Koefisien regresi Good Corporate Governance GCG sebesar 0,001, hal ini menunjukkan Good
Corporate Governance GCG berpengaruh tidak signifikan terhadap Management Laba ML, sehingga adanya peningkatan pemberian Good
Corporate Governance GCG tidak akan mempengaruhi Management Laba ML.
penerapan good corporate governance diyakini akan dapat membatasi perilaku Secara teoritis manajer yang oportunitis. Kehadiran good corporate
governance diharapkan dapat menciptakan suatu tata kelola perusahaan yang baik dan lebih transparan. Melalui prinsip-prinsip dari good corporate governance yaitu
transparansi, kewajaran, akuntabilitas dan responsibilitas yang diterapkan di dalam pelaporan perusahaan diyakini akan menghasilkan suatu informasi yang
akurat dan hamdal. Penerapan mekanisme good corporate governance dalam sistem pengendalian dan pengelolaan perusahaan menjadi salah satu cara dalam
meminimalisasi adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh para manajer perusahaan. Tetapi pada penelitian ini penerapan good corporate
governance yang diproksikan dengan struktur kepemilikan direksi, kepemilikan institusional, dewan komisaris, dewan komisaris independen, komite audit
Universitas Sumatera Utara
ternyata tidak mampu mengurangi praktik manajemen laba. Hal ini dapat kita pahami karena indikator yang digunakan tersebut bukanlah pihak – pihak yang
terlibat secara langsung dalam operasional perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Midiastuty dan Machfoedz 2003 yang hasilnya bahwa Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
terhadap manajemen laba, sedangkan ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba . Dan bertolak belakang dengan penelitian Hermanto
20110 yang hasilnya Variabel independen yakni GCG berpengaruh terhadap
variabel dependen EM yang diukur dengan DA dengan arah hubungan positif. Hal ini ditunjukan dengan standardized coefficients
betaβ sebesar 0,006, yang berarti β 0.
Koefisien regresi Management Laba ML bernilai negative sebesar 0,09 hal ini menunjukkan Management Laba ML berpengaruh negative
terhadap kinerja keuangan, sehingga adanya peningkatan Management Laba ML berpengaruh terhadap penurunan Kinerja Keuangan KK namun pengaruh
tersebut tidak begitu signifikan sehingga tidak menimbulkan penurunan yang signifikan terhadap kinerja keuangan. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Ujiyantho dan Pramuka 2007 serta Jojor 2010 bahwa manajemen laba tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
Berdasarkan hasil analisis hipotesis diatas dapat diketahui bahwa penelitian ini mampu membuktikan adanya pengaruh tindakan manajemen laba
terhadap kinerja keuangan. Akan tetapi pengaruh yang ditemukan tersebut cenderung lemah. Hasil penlitian ini juga mendukung hasil penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh Tiono et al 2004, Sutanto 2000 dan fredlan 1994 dalam Purnomo,Pratiwi 2009 yang menemukan bukti kuat adanya praktik manajemen
laba. Hal ini ditunjukan oleh nilai Discretionary Acrual dari masing – masing perusahaan baik yang positif ataupun negative. DA postif artinya perusahaan
melakukan manajemen laba dengan cara menaikan laba Income Increasing Accrual . Adapun DA negative artinya perusahaan melakukan aktivitas
manajemen laba dengan cara menurunkan laba Income decreasing Accrual . Dari hasil penelitian ini di ketahui dari 35 sampel yang melakukan
Income Increasing Accrual terdapat 21 sampel yang memiliki ROA 2 , ini artinya tujuan perusahaan yang melakukan Income increasing Accrual tidak hanya
selalu untuk menunjukan bahwa perusahaan mampu untuk menghasilkan laba.
Tabel.5.15. Data sampel perusahaan yang melakukan praktek Manajemen Laba Melalui
Income Decreasing Accrual
Universitas Sumatera Utara
Begitu juga dari 37 sampel yang melakukan Income Decreasing Accrual terdapat 15 sampel yang memiliki ROA 2 , ini artinya tujuan perusahaan yang
melakukan Income Decreasing Accrual tidak hanya selalu untuk membuat perusahaan terlihat rugi atau tidak menghasilkan laba.
Tabel.5.16. Data sampel perusahaan yang melakukan praktek Manajemen Laba Melalui Income Increasing Accrual
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data diatas maka dapat ditarik keimpulan bahwa perilaku manager melakukan peraktek manajemen laba dengan cara Income Increasing
accrual atau Income Decreasing Accrual ternyata tidak tergantung Rasio ROA yang dimiliki perusahaan, akan tetapi sangat tergantung kepada motivasi masing –
masing perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dibahas pada bab
sebelumnya bahwa manajemen melakukan Manajemen laba didasari atas beberapa motivasi yaitu Motivasi Bonus, Motivasi Utang, Motivasi Pajak,
Motivasi Penjualan saham, Motivasi Pergantian Direksi dan Motivasi politis.
Universitas Sumatera Utara
Dan hasil penelitian ini juga membuktikan teori yang menyatakan adanya hubungan agensi antara pihak manager sebagai agent dengan pihak
pemegang saham atau pihak pemilik modal sebagai principles Agency Theory. Hal ini dapat terlihat dari adanya 15 sampel yang melakukan Income Decreasing
Accrual penurunan laba namun rastio ROA lebih 2 . Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa Good Corporate Governance
GCG dapat berpengaruh langsung ke kinerja dan dapat juga tidak berpengaruh tidak langsung yaitu dari Good Corporate Governance GCG ke Management
Laba ML sebagai intervening lalu ke Kinerja Keuangan KK. Besarnya pengaruh langsung adalah 0.336 sedangkan besar pengaruh tidak langsung harus
dihitung dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu 0.022 x - 0.099 = - 0,002178. Oleh karena nilai P
2
x P
3
P
1
Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa Good Corporate Governance GCG berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan KK melalui Management Laba ML tidak mendapat dukungan empiris atau dapat disimpulkan hipotesis ditolak. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian kusumadevi 2013 bahwa hasil penelitian nya juga menemukan bahwa manajemen laba bukan merupakan variabel intervening pada hubungan antara
praktik corporate governance dan nilai perusahaan. maka Management Laba ML
tidak berfungsi sebagai variabel intervening. Dengan demikan menunjukan ditolaknya H2 Penerapan good corporate governance yang terdiri dari
kepemilikan institusional, Kepemilikan Direksi, proporsi dewan komisaris independen , ukuran dewan komisaris dan Komite Audit berpengaruh terhadap
terhadap kinerja perusahaan melalui manjemen laba sebagai variabel intervening
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan