melakukan transaksi keuangan dengan bank debitor inti
dan deposan inti. Aktivitas monitoring oleh pihak independen sangat diperlukan. Jensen
dan Meckling 1976 mengungkapkan bahwa semakin banyak jumlah pemonitor maka kemungkinan terjadi konflik semakin rendah dan akhirnya akan
menurunkan agency cost. Hal ini dapat menumbuhkan tingka kepercayaan investor, pihak ketiga terhadap perusahaan Bathala, et al. 1994 dalam Oktapiyani,
2009. Pihak independen  ini  dapat  berperan  sebagai  agen  pengawas  yang efektif  untuk mengurangi masalah keagenan, karena mereka dapat
mengendalikan perilaku oportunistik manajer
2.1.2.7.2  Komite Audit
Sesuai dengan pedoman Good Corporate Governance  perbankan Indonesia , bank harus memastikan bahwa fungsi Komite Audit    dapat
dilaksanakan dengan  baik.  Bagi  bank  yang  sahamnya  telah  tercatat  di  bursa dan  bank bank  yang  besar,  harus  memiliki  Komite  Audit  sedangkan  untuk
bank  lain disesuaikan  dengan  kebutuhan. Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan
keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal termasuk audit internal dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen
yang melakukan manajemen laba earnings management dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal.
Penelitian  mengenai  komite  audit  ada  yang  mengindikasikan  kurang efektifnya keberadaan komite audit sebagai salah satu praktek corporate
Universitas Sumatera Utara
governance  di  perusahaan-perusahaan  yang  terdaftar  di  BEJ.  Mayangsari 2003  meneliti pengaruh keberadaan komite audit terhadap integritas laporan
keuangan, disimpulkan bahwa keberadaan komite audit berhubungan negatif dengan integritas laporan keuangan.
Klein 2002 memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan
yang membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual diskresioner  yang  lebih  kecil  dibandingkan  dengan  perusahaan  yang
tidak membentuk komite audit independen. Kandungan discretionary accruals tersebut berkaitan  dengan  kualitas  laba  perusahaan.
Price  Waterhouse 1980  dalam Mc.Mullen 1996 menyatakan bahwa investor, analis dan regulator menganggap komite audit memberikan kontribusi
dalam kualitas pelaporan keuangan. Komite audit meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui: 1 pengawasan  atas  proses  pelaporan
termasuk  sistem  pengendalian  internal  dan penggunaan prinsip akuntansi berterima umum, dan 2 mengawasi proses audit secara keseluruhan. Hasilnya
mengindikasikan bahwa adanya komite audit memiliki konsekuensi pada laporan keuangan yaitu: 1 berkurangnya pengukuran akuntansi yang tidak tepat, 2
berkurangnya pengungkapan akuntansi yang tidak tepat dan 3 berkurangnya tindakan kecurangan manajemen dan tindakan illegal.
Universitas Sumatera Utara
4.1.3.  Manajemen laba . 2.1.3.1 Pengertian Manajemen laba
Apabila kita bicara  tentang manajemen laba, bahasan kita tidak akan
terlepas dari suatu teori  di akuntansi, yaitu teori akuntansi positif atau positive accounting theory.  Watts  dan  Zimmerman, dalam  buku  mereka  yang  berjudul
“Positive Accounting Theory”, Watts dan Zimmerman 1986 memaparkan suatu teori akuntansi yang berusaha mengungkapkan bahwa faktor-faktor ekonomi
tertentu atau ciri-ciri suatu unit usaha tertentu bisa dikaitkan dengan perilaku manajer atau para pembuat  laporan  keuangan.  Lebih  khususnya,  Watts  dan
Zimmerman 1986 mengungkapkan pengaruh dari variabel-variabel ekonomi terhadap motivasi manajer untuk memilih suatu metode akuntansi. Mereka
menegaskan bahwa teori akuntansi positif mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangannya, sebab teori ini dapat memberikan pedoman
kepada para pembuat keputusan kebijakan akuntansi dalam melakukan perkiraan- perkiraan atau penjelasan-penjelasan akan konsekuensi dari keputusan tersebut..
Manajemen laba dapat didefinisi sebagai íntervensi manajemen dengan sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi tujuan
pribadi.schipper,1989 dalam subramanya,2010. Sering kali proses ini mencakup mempercantik laporan keuangan, terutama angka yang paling bawah  yaitu laba.
Manajemen Laba merupakan salah satu  faktor  yang  dapat  mengurangi kredibilitas  laporan  keuangan Setyawati dan Na’im, 2000.
Manajemen Laba merupakan hasil dari kebebasan dalam aplikasi akuntansi akrual yang mungkin terjadi. Standar akuntansi dan mekanisme
pengawasan mengurangi kebebasan ini. Namun, tidak mungkin untuk meniadakan
Universitas Sumatera Utara