media konvensional. Setelah hasil penilaian terkumpul, kemudian data dianalisis dengan statistik deskriptif dan uji-t. Untuk mempermudah proses analisis data dan
untuk menghindari adanya kemungkinan terjadinya kesalahan, maka proses analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan komputer SPSS for
windows 13 .
a. Skor Data Pre-test Kelas Eksperimen
Kelas eksperimen merupakan kelas yang diajar dengan menggunakan media Schlangen und Leitern.
Sebelum diberikan perlakuan kepada peserta didik di kelas eksperimen, terlebih dahulu dilakukan pre-test. Data pre-test skor terendah
sebesar 6,00, skor tertinggi sebesar 10,50, median sebesar 8,00, modus sebesar 7,50, rerata mean sebesar 7,95, dan standar deviasi 1,04.
Pembuatan tabel distribusi frekuensi dilakukan dengan menentukan jumlah kelas interval, menghitung rentang data, dan menentukan panjang kelas.
Penentuan jumlah dan interval kelas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus H.A Sturges
Sugiyono, 2005: 29 sebagai berikut. Jumlah kelas interval
= 1 + 3,3 log n Panjang kelas = RangeJumlah kelas
Menentukan rentang data dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut. Rentang data range = Xmax
– Xmin Adapun distribusi frekuensi skor pre-test keterampilan berbicara bahasa
Jerman peserta didik kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Skor Pre-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Eksperimen
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Sturges menunjukkan bahwa
distribusi frekuensi skor pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen diperoleh jumlah kelas sebanyak 6 kelas interval dengan
panjang kelas 0,7. Berikut ini merupakan gambar diagram dari ditribusi frekuensi skor keterampilan berbicara bahasa Jerman kelas eksperimen pada saat pre-test.
Gambar 3: Histogram Distribusi Skor Pre-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel dan gambar di atas, dapat dinyatakan bahwa peserta didik yang mempunyai keterampilan berbicara bahasa Jerman paling banyak terletak
pada interval 6,80-7,50 dengan frekuensi sebanyak 11 peserta didik sebesar 36,7
3 11
5 8
1 2
2 4
6 8
10 12
6-6,7 6,8-7,5
7,6-8,3 8,4-9,1
9,2-9,9 10-10,7
Fr e
ku e
n si
Interval
Pretest Eksperimen
No. Interval
F Absolut
Presentase
1 10,0 - 10,7
2 6,7
2 9,2 - 9,9
1 3,3
3 8,4 - 9,1
8 26,7
4 7,6 - 8,3
5 16,7
5 6,8 - 7,5
11 36,7
6 6,0 - 6,7
3 10,0
Jumlah 30
100.0
dan peserta didik yang mempunyai keterampilan berbicara bahasa Jerman paling sedikit terletak pada interval 9,2-9,9 dengan frekuensi sebanyak 1 peserta didik
sebesar 3,3 . Pengkategorian berdasarkan pada nilai rata-rata mean dan standar deviasi
menggunakan rumus sebagai berikut. Tinggi
: X ≥ M + SD Sedang
: M – SD ≤ X M + SD
Rendah : X M
– Sd Keterangan :
M : Mean SD : Standar Deviasi
Berdasarkan hasil perhitungan, Mean M sebesar 17,95 dan Standar Deviasi SD sebesar 1,04. Hasil perhitungan tersebut dapat dikategorikan dalam
tiga kelas sebagai berikut. Tabel 11. Kategori Skor Pre-test Keterampilan Berbicara Bahasa Jerman Kelas
Eksperimen No
Skor Frekuensi
Kategori Frekuensi
1. X ≥ 9,00
6 20,0
Tinggi 2.
6,9 0 ≥ X 9,00
21 70,0
Sedang 3.
X 6,90 3
10,0 Rendah
Total 30
100 Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan pie chart seperti berikut.
Gambar 4 . Pie Chart Pretest Eksperimen
6 20,0
21 70,0
3 10,0
Pretest_Eksperimen
Tinggi Sedang
Rendah
Berdasarkan tabel dan pie chart di atas, maka dapat diketahui bahwa skor pre-test
keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen yang berada pada kategori tinggi sebanyak 6 peserta didik 20,0, kategori
sedang sebanyak 21 peserta didik 70,0, kategori rendah sebanyak 3 peserta didik 10,0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecenderungan skor
pre-test keterampilan berbicara bahasa Jerman peserta didik kelas eksperimen
berada pada kategori sedang 70,0.
b. Skor Data Pre-test Kelas Kontrol