Pengertian Persetubuhan terhadap anak di bawah umur

23 Dengan demikian pendapat Wilson mengenai narapidana juga menekankan pada orang yang melanggar norma hukum dan harus menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan sehingga harus dipisahkan dari masyarakat. Harsono Ina Khafidlotun, 2013: 37 mengatakan narapidana adalah seseorang yang telah dijatuhkan vonis bersalah oleh hukum dan harus menjalani hukuman. Menurut Harsono, orang yang telah terbukti melanggar tindak pidana dan telah dijatuhkan vonis yang kemudian menjalani hukumannya maka orang tersebut disebut dengan narapidana. Salim Azani, 2012: 5 mendefinisikan narapidana sebagai orang yang dipenjara karena tindak pidana, sedangkan mantan narapidana adalah orang yang pernah dipenjara karena tindak pidana namun masa tahanannya telah berakhir. Berdasarkan dari beberapa definisi dari para ahli yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah orang yang melanggar tindak pidana dan telah menjalani persidangan, telah diponis hukuman pidana serta sedang menjalani hukuman sehingga dipisahkan dari masyarakat untuk belajar bermasyarakat dengan baik.

2. Pengertian Persetubuhan terhadap anak di bawah umur

Banyak kejahatan yang terjadi di negara kita yang sedang berkembang ini yaitu Indonesia. Dari berbagai banyak tindak kejahatan yang sering terjadi salah satunya yakni kejahatan terhadap kesusilaan, 24 yang dimana menimbulkan kecemasan dan kekhawatiran bagi masyarakat. Terutama kejahatan-kejahatan yang berbau seksual seperti, pemerkosaan, perbuatan cabul, dan kekerasan seksual. Tindak pidana perkosaan sebagaimana diatur dalam Pasal 285 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP adalah: “Barangsiapa yang dengan kekerasan atau dengan ancaman memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia, karena perkosaan, dipidana dengan pidana penjara selama- lamanya dua belas tahun”. Apabila korbannya adalah anak di bawah umur maka sering disebut dengan persetubuhan terhadap anak dibawah umur. Pengertian persetubuhan menurut R. Soesilo 1996: 209 ialah perpaduan antara anggauta kemaluan laki-laki dan perempuan yang bisa dijalankan untuk mendapatkan anak, jadi anggauta laki-laki harus masuk kedalam anggauta perempuan, sehingga mengeluarkan air mani sesuai dengan Arrest Hoge Raad 5 Februari 1912. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa persetubuhan adalah suatu tindakan dengan adanya unsur masuknya kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan perempuan yang kemudian mengeluarkan air mani dari kemaluan laki-laki. Oleh karena itu, apabila kemaluan laki-laki telah masuk ke dalam kemaluan perempuan namun air mani laki-laki belum keluar hal itu belum merupakan persetubuhan. Pengertian persetubuhan tersebut masih pengertian dari aliran klasik. Selanjutnya dalam teori modern, tanpa mengeluarkan air mani pun 25 maka hal tersebut sudah dapat dikatakan sebagai persetubuhan sehingga tidak tepat jika disebut hanya sebagai percobaan. Dari teori modern tersebut dapat disimpulkan bahwa dapat dikatakan persetubuhan jika kemaluan laki-laki masuk ke dalam kemaluan perempuan walaupun tidak mengeluarkan air mani dari kemaluan laki-laki. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa persetubuhan adalah tindakan memasukkan kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan perempuan, baik mengeluarkan air mani maupun tidak mengeluarkan air mani. Menurut Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Jadi dapat disimpulkan bahwa persetubuhan terhadap anak di bawah umur adalah tindakan memasukkan kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan perempuan yang belum berusia 18 tahun, baik mengeluarkan air mani maupun tidak mengeluarkan air mani.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orang Melakukan Kejahatan