Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orang Melakukan Kejahatan

25 maka hal tersebut sudah dapat dikatakan sebagai persetubuhan sehingga tidak tepat jika disebut hanya sebagai percobaan. Dari teori modern tersebut dapat disimpulkan bahwa dapat dikatakan persetubuhan jika kemaluan laki-laki masuk ke dalam kemaluan perempuan walaupun tidak mengeluarkan air mani dari kemaluan laki-laki. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa persetubuhan adalah tindakan memasukkan kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan perempuan, baik mengeluarkan air mani maupun tidak mengeluarkan air mani. Menurut Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Jadi dapat disimpulkan bahwa persetubuhan terhadap anak di bawah umur adalah tindakan memasukkan kemaluan laki-laki ke dalam kemaluan perempuan yang belum berusia 18 tahun, baik mengeluarkan air mani maupun tidak mengeluarkan air mani.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orang Melakukan Kejahatan

Persetubuhan Enrico Ferri Kartini Kartono, 2011: 165 dengan pandangan sosiologisnya menyebutkan tiga faktor penyebab terjadinya kejahatan, yaitu sebagai berikut: 26 a. Faktor individual yang meliputi: usia, seks atau jenis kelamin, status sipil, profesi atau pekerjaan, tempat tinggaldomisili, tingkat sosial, pendidikan, konstitusi organis dan psikis. b. Faktor fisik antara lain ras, suku, iklim, fertilitas, disposisi bumi, keadaan alam di waktu malam hari dan siang hari, musim, kondisi meteorik atau ke ruang angkasa, kelembaban udara dan suhu. c. Faktor sosial: kepadatan penduduk, susunan masyarakat, adat-istiadat, agama, orde pemerintah, kondisi ekonomi dan industri, pendidikan, jaminan sosial, lembaga legislatif dan lembaga hukum, dan lain-lain. Menurut Kartini Kartono 2011: 9, motif yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan kejahatan antara lain sebagai berikut: a. Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan. b. Meningkatnya agresivitas dan dorongan seksual. c. Pola asuh yang salah dari orang tua, sehingga anak menjadi manja dan lemah mentalnya. d. Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya, dan kesukaan untuk meniru-niru. e. Kecenderungan pembawaan yang patologis atau abnormal. f. Konflik batin sendiri dan kemudian menggunakan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri yang irrasional. 27 Lebih dikhususkan lagi, Kartini Kartono 1989: 253 menyatakan bahwa penyebab orang melakukan persetubuhan atau perkosaan dapat dibedakan ke dalam beberapa tipe, sebagai berikut: a. Tipe unjuk kekuasaan. Tujuan dalam tipe ini adalah untuk menguasai korbannya dengan adanya ancaman yang bisa dalam bentuk ancaman dengan penggunaan senjata atau hanya ancaman kosong atau rayuan. b. Tipe meneguhkan kekuasaan. Tujuan seseorang melakukan pemerkosaan dalam tipe ini adalah mengintimidasi dan menaklukkan korbannya. Si pelaku menganggap korbannya lemah, tak mampu dan tak berdaya. c. Tipe marah balas dendam. Dalam tipe ini seseorang melakukan pemerkosaan dengan tujuan untuk menyalurkan kebencian dan amarahnya kepada korban atas suatu pengalaman negatif yang pernah dialaminya dimasa lalu. d. Tipe haus rangsangan atau biasa disebut tipe sadis patologis. Pelaku mendapat kenikmatan dan rangsangan seksual dari penderitaan yang dialami korbannya. Dari penjabaran di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan kejahatan, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Sedangkan faktor yang menyebabkan seseorang melakukan pemerkosaan atau persetubuhan dibedakan kedalam berbagai tipe, yaitu tipe unjuk kekuasaan, meneguhkan 28 kekuasaan, marah balas dendam, dan haus rangsangan atau biasa disebut tipe sadis patologis.

4. Dasar Hukum Persetubuhan terhadap Anak dibawah Umur