PENDAHULUAN Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraan program keluarga berencana. Menurut Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang dimaksud dengan Keluarga Berencana KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Salah satu upaya yang dilaksanakan dalam program KB adalah melalui penggunaan alat kontrasepsi. Berdasarkan data World Health Organization WHO jika dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya, penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia sebesar 61 sudah melebihi rata rata ASEAN 58.1. Akan tetapi masih lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam 78, Kamboja 79 dan Thailand 80. Padahal jumlah Wanita Usia Subur WUS tertinggi di ASEAN adalah di Indonesia yaitu 65 juta orang Kementerian Kesehatan, 2013b. Proporsi penggunaan KB di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 adalah 55,8 menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2012 yaitu 57,9 serta 59,7 pada hasil Riskesdas 2013. Penggunaan KB di Indonesia berdasarkan hasil SDKI tahun 2012 didominasi oleh penggunaan KB jenis suntik 32 dan pil 14. Dalam RPJMN tahun 2010-2014 program KB Nasional di Indonesia lebih diarahkan kepada pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang MKJP. MKJP adalah metode kontrasepsi yang dikenal efektif karena dapat memberikan perlindungan dari risiko kehamilan untuk jangka waktu hingga 10 tahun tergantung jenisnya. Alat kontrasepsi yang termasuk MKJP adalah jenis susuk implan, Intra Uterine Device IUD, Metode Operasi Pria MOP serta Metode Operasi Wanita MOW BKKBN, 2011. Berdasarkan SDKI tahun 2012, proporsi pengguna MKJP di Indonesia sejak tahun 1994 hingga tahun 2012 terus mengalami penurunan. Pada tahun 2012, total pengguna MKJP sebesar 10.6 sementara target Nasional pengguna MKJP adalah 27.5 BKKBN, 2013d. Berdasarkan hasil SDKI tahun 2012 diketahui penggunaan alat kontrasepsi non MKJP didominasi oleh jenis suntik 32 dan pil 14. Kontrasepsi suntik dan pil memerlukan kontrol bulanan untuk melakukan suntik ulang maupun untuk memperoleh pil KB Sinclair, 2009. Diharuskannya kontrol untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi ulang mengakibatkan angka putus pakai pada metode tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan alat kontrasepsi yang tergolong metode kontrasepsi jangka panjang. Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka putus pakai KB tertinggi yaitu pada pengguna kontrasepsi pil 40.7 yang diikuti oleh kontrasepsi jenis suntik 24.7. Kedua kondisi tersebut akan berdampak pada fertilitas yang akan mendorong jumlah persalinan. Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia, jumlah penduduk tahun 2000 sebanyak 205,1 juta jiwa dan pada tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa. Artinya, selama 10 tahun terakhir Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.49 BPS, 2010. Padahal target pertumbuhan penduduk yang ingin dicapai pada tahun 2010 adalah 1.27 BKKBN, 2013a. Selain mempengaruhi pertumbuhan penduduk, jumlah persalinan yang tinggi berisiko meningkatkan angka kematian ibu. Program KB juga ditujukan untuk mengendalikan kelompok “4 terlalu” terlalu muda, terlalu banyak, terlalu sering, dan terlalu tua untuk hamil yang merupakan salah satu diantara berbagai penyebab tidak langsung kematian ibu Kemenkes, 2008. Target rasio kematian ibu yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Target tersebut merupakan salah satu indikator Millennium Develpoment Goals MDG yang harus dicapai pada tahun 2015. Diketahui bahwa rasio kematian ibu pada SDKI 2002-2003 adalah 307 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini kemudian turun menjadi 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2007. Namun angka tersebut kemudian meningkat pada SDKI 2012 menjadi 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup BPS, etc, 2012. Dalam mengatasi permasalahan kependudukan tersebut, BKKBN memiliki fokus intensifikasi penggarapan pembangunan KB pada 10 Provinsi BKKBN, 2013b. Difokuskan kepada 10 Provinsi karena provinsi tersebut meyumbangkan 73 penduduk dari seluruh total penduduk Indonesia BPS, 2010. Ke 10 Provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, serta Nusa Tenggara Barat. Salah satu provinsi yang memiliki permasalahan kependudukan yang kompleks adalah DKI Jakarta. Dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia, DKI Jakarta memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 14.440 orang per km² sementara kepadatan penduduk di Indonesia hanya 124 orang per km² BPS, 2010. Selain itu, berdasarkan hasil SDKI 2012 TFR Provinsi DKI Jakarta meningkat dari 2.1 SDKI 2007 menjadi 2,3 BPS, etc, 2013. Provinsi DKI Jakarta terdiri dari lima kota administrasi dan satu kabupaten. Diantara kabupaten dan kota tersebut, daerah yang memiliki penduduk terbanyak namun angka pengguna MKJP rendah 8,2 adalah Jakarta Barat BKKBN, 2013b. Dalam Profil Kesehatan DKI Jakarta tahun 2012, total penduduk Jakarta Barat adalah 23.9 dari seluruh penduduk DKI Jakarta. Jakarta Barat memiliki delapan kecamatan. Salah satu kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak 17.31 dengan jumlah bayi lahir hidup yang tinggi 17.36 pada tahun 2014 adalah Kecamatan Kalideres Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, 2014. Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan pada laporan kantor KB Kota Administrasi Jakarta Barat tahun 2014, kecamatan dengan pencapaian peserta KB aktif pengguna MKJP terhadap Pasangan Usia Subur PUS terendah adalah Kecamatan Kalideres 17.66. Rendahnya penggunaan MKJP dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti: ketidaktahuan peserta tentang kelebihan MKJP, kualitas pelayanan KB yang dilihat dari segi ketersediaan alat kontrasepsi dan ketersediaan tenaga yang terlatih, kemampuan medis teknis petugas pelayanan kesehatan, biaya pelayanan MKJP yang mahal, adanya hambatan dukungan dari suami dalam pemakaian MKJP, serta nilai yang timbul dari adanya sikap yang didasarkan kepercayaan dan norma-norma di masyarakat BKKBN, 2006. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fienalia 2012, variabel pengetahuan memiliki hubungan dengan penggunaan MKJP. Akseptor KB yang memiliki pengetahuan tinggi memiliki peluang sebesar 2.6 kali lebih besar untuk menggunakan MKJP. Sejalan dengan penelitian tersebut, hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba 2009 menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan, sikap, dan dukungan suami terhadap penggunaan MKJP. Sementara pada analisis lanjutan SDKI 2007 yang dilakukan oleh Asih dan Hadriah 2009 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara keterpaparan informasi KB dengan penggunaan MKJP. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres. 1.2.Rumusan Masalah Dalam mengantisipasi kemungkinan putus pakai alat cara kontrasepsi dan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, program KB Nasional di Indonesia lebih diarahkan kepada pemakaian MKJP. Berdasarkan studi pendahuluan, didapatkan bahwa diantara delapan Kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Barat, Kecamatan Kalideres merupakan wilayah yang memiliki penduduk kedua terbanyak dengan jumlah bayi lahir hidup tertinggi, namun proporsi peserta KB aktif pengguna MKJP berada pada posisi yang rendah yaitu 17,66. Sementara target pengguna MKJP adalah 27.5. Kesenjangan tersebut kemudian menimbulkan masalah kependudukan maupun masalah kesehatan. Adapun faktor yang diduga berhubungan dengan cakupan penggunaan MKJP adalah faktor pengetahuan, kepercayaan, sikap, keterpaparan informasi MKJP, keterampilan terkait kontrasepsi, dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas. Hal-hal tersebut kemudian menjadi sebuah landasan bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan sebagai berikut: Faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2015? 1.3.Pertanyaan Penelitian 1.3.1 Bagaimana gambaran penggunaan MKJP dan Non MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015? 1.3.2 Bagaimana gambaran faktor predisposisi pengetahuan, kepercayaan, serta sikap akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015? 1.3.3 Bagaimana gambaran faktor pemungkin keterpaparan terhadap informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015? 1.3.4 Bagaimana gambaran faktor penguat dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015? 1.3.5 Bagaimana hubungan faktor predisposisi pengetahuan, kepercayaan, serta sikap dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015? 1.3.6 Bagaimana hubungan faktor pemungkin keterpaparan terhadap informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015? 1.3.7 Bagaimana hubungan faktor penguat dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015? 1.4.Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kalideres tahun 2015. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Diketahui gambaran penggunaan MKJP dan Non MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. b. Diketahui gambaran faktor predisposisi pengetahuan, kepercayaan, serta sikap akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. c. Diketahui gambaran faktor pemungkin keterpaparan terhadap informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. d. Diketahui gambaran faktor penguat dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. e. Diketahui hubungan faktor predisposisi pengetahuan, kepercayaan, serta sikap dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. f. Diketahui hubungan faktor pemungkin keterpaparan terhadap informasi MKJP dan keterampilan terkait kontrasepsi dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. g. Diketahui hubungan faktor penguat dukungan suami, dukungan teman, dukungan tenaga kesehatan, serta dukungan pemimpin dalam komunitas dengan penggunaan MKJP di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015. 1.5.Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi akseptor KB Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan akseptor KB terkait penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang. 1.5.2 Bagi Puskesmas Kecamatan Kalideres Diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu melalui peningkatkan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang. 1.5.3 Bagi Peneliti Penelitian ini sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat SKM, menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman peneliti. 1.5.4 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Diharapkan penelitian ini menjadi bahan referensi terkait metode kontrasepsi jangka panjang. 1.6.Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi semester VIII peminatan promosi kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Juni 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita akseptor KB. Dalam penelitian ini memerlukan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden, sementara data sekunder terkait laporan cakupan penggunaan KB. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan desain cross sectional. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

0 20 145

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015.

0 3 11

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 1 18

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 0 14

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU

0 0 10

SKRIPSI FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEINGINAN PUS DALAM PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PACAR KELING SURABAYA

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI KECAMATAN GONDOKUSUMAN - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS SUKARAMI KOTA PALEMBANG TAHUN 2016 -

0 1 103