Faktor Pemungkin a. Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP

6.2.3. Faktor Pemungkin a. Keterpaparan Terhadap Informasi MKJP

Program komunikasi, edukasi, dan informasi KIE KB di Indonesia merupakan kegiatan penerangan dan sosialisasi program KB melalui berbagai media. Media memiliki peranan penting dalam mensosialisasikan keluarga berencana. Informasi mengenai keterpajanan media penting bagi perencana program untuk menentukan target populasi yang efektif dalam pelaksanan KIE program KB. Baik media cetak koranmajalah, pamflet, poster maupun media eletronik radio dan televisi digunakan untuk menyebarluaskan pesan KB. Kegiatan KIE untuk acara televisi dilakukan oleh stasiun TV pemerintah dan swasta di pusat dan daerah. KIE untuk radio juga dilakukan melalui stasiun radio pemerintah dan swasta di seluruh wilayah Indonesia BKKBN, 2012. Analisa univariat menunjukkan akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang terpapar informasi MKJP lebih besar 52.2 dibandingkan dengan yang tidak terpapar informasi MKJP 47.8. Sementara pada analisa bivariat diketahui bahwa dari 43 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang tidak terpapar informasi, 81.4 diantaranya menggunakan non MKJP. Uji statistik menunjukkan p value sebesar 0.148 sehingga melalui hasil tersebut dapat diketahui tidak ada hubungan yang signifikan antara keterpaparan terhadap informasi MKJP dengan penggunaan MKJP. Selain itu diperoleh nilai OR sebesar 0.289 yang artinya akseptor KB yang tidak terpapar informasi MKJP memiliki kecenderungan 0.298 kali lebih besar untuk menggunakan non MKJP dibandingkan akseptor KB yang terpapar informasi MKJP. Pada penelitian ini, responden yang terpapar informasi MKJP adalah mereka yang pernah mendapatkan informasi minimal dari 7 sumber. Diketahui bahwa informasi MKJP terbanyak diperoleh dari bidan perawat, namun pengetahuan responden masih tergolong kurang baik. Hal ini dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh belum menyeluruh, atau informasi yang diperoleh tidak melekat pada pengetahuan masyarakat. Masih terbatas pada pernah mendapatkan informasi, namun belum sampai meningkatkan pengetahuan maupun perilaku penggunaan MKJP. Selain itu, diketahui jumlah pengguna MKJP lebih banyak yang tidak terpapar informasi MKJP. Sementara pada pengguna non MKJP, lebih banyak yang terpapar informasi MKJP. Hasil tersebut diduga menjadi alasan tidak adanya hubungan antara keterpaparan informasi MKJP dengan penggunaan MKJP. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aryanti 2014 menyatakan tidak ada hubungan informasi KB dengan penggunaan kontrasepsi. Menurut Aryanti, tidak adanya hubungan tersebut disebabkan karena jumlah petugas lapangan KB tidak sebanding dengan akseptor KB yang ada di Desa tersebut. Selain itu responden telah mendapatkan informasi MKJP dari sumber lain walaupun informasi yang diterima tidak lengkap dan akurat. Dalam penelitian Christiani, dkk 2014 meskipun sosialisasi tentang program KB telah dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan posyandu, pengajian, maupun metode jemput bola serta obrolan santai, tetap saja penggunaan MKJP belum mencapai target yang diharapkan. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh pelaksanaan sosialisasi yang belum terlaksana secara maksimal karena acara tersebut masih tergabung dengan acara lain sehingga masyarakat belum betul-betul memahami tentang program KB khususnya MKJP. Tidak adanya hubungan antara keterpaparan informasi dengan penggunaan MKJP dalam penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh informasi MKJP yang beredar di masyarakat lebih banyak mengenai kontrasepsi secara umum yang belum banyak membahas kontrasepsi jangka panjang. Seperti dalam hasil analisa univariat pada variabel pengetahuan yang menunjukkan bahwa lebih dari separuh akseptor KB memiliki pengetahuan yang kurang mengenai MKJP. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya penyebaran informasi yang lebih luas kepada masyarakat mengenai MKJP, terutama terkait klarifikasi informasi yang salah mengenai MKJP.

b. Keterampilan Terkait Kontrasepsi

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

0 20 145

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015.

0 3 11

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 1 18

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 0 14

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU

0 0 10

SKRIPSI FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEINGINAN PUS DALAM PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PACAR KELING SURABAYA

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI KECAMATAN GONDOKUSUMAN - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS SUKARAMI KOTA PALEMBANG TAHUN 2016 -

0 1 103