keputusan publik dalam rumah tangga. Semakin positif persepsi kesetaraan gender pada laki-laki akan diikuti pula dengan tingginya
keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik dalam rumah tangga. Menurutnya, di dalam rumah tangga, pembagian peran
antara suami dan istri mempengaruhi keterlibatan istri pada pengambilan keputusan publik. Persepsi kesetaraan gender pada
laki-laki dapat diwujudkan dengan memberikan persamaan kesempatan sehingga istri mempunyai peran yang sama dalam
pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Dapat disimpulkan bahwa dukungan suami yang baik belum
tentu membuat seorang istri menggunakan MKJP. Dengan adanya kesetaraan gender pada pengambilan keputusan dalam keluarga,
maka istri memiliki wewenang untuk memutuskan alat kontrasepsi apa yang akan digunakan.
b. Dukungan Teman
Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang dipandang sebagai sesuatu yang bermanfaat Faizahlaili, 2009.
Analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar responden 91.1 mendapatkan dukungan dari temannya untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Berdasarkan analisis bivariat, diketahui dari 8 akseptor KB di wilayah kerja puskesmas
Kecamatan Kalideres yang kurang mendapat dukungan dari teman, seluruhnya 100 menggunakan non MKJP. Uji statistik
menghasilkan p value sebesar 0.589. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
dukungan teman dengan penggunaan MKJP. Dalam penelitian ini, diketahui sebagian besar dukungan teman
tergolong positif. Seluruh pengguna MKJP memiliki dukungan positif dari temannya. Namun jumlah responden yang mendapat
dukungan dari teman lebih banyak pada pengguna non MKJP dibandingkan dengan pengguna MKJP. Hal ini diduga menjadi
alasan tidak adanya dukungan teman dengan penggunaan MKJP. Kurangnya dukungan teman pada sebagian kecil akseptor non
MKJP kemungkinan disebabkan oleh beberapa pertimbangan atas kondisi seorang akseptor KB. Pertimbangan tersebut dapat
diperoleh seseorang dari pengalaman masa lalu dirinya sendiri atau orang lain disekitarnya. Menurut Edmeades 2008, pengalaman
masa lalu dari orangtua nenek moyang mempengaruhi pemilihan penggunaan kontrasepsi.
c. Dukungan Tenaga Kesehatan
Analisis univariat menunjukkan sebagian besar 88.9 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres
diberikan dukungan oleh tenaga kesehatan untuk menggunakan kontrasepsi. Dukungan ini mencakup pemberian saran dari petugas
kesehatan untuk menggunakan MKJP, dan pemberian kebebasan untuk memilih alat kontrasepsi yang diinginkan. Dari analisis
bivariat diketahui 10 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang kurang mendapat dukungan dari tenaga
kesehatan, 9 diantaranya 90 menggunakan non MKJP. Uji statistik menunjukkan p value sebesar 1.00 yang artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara dukungan tenaga kesehatan dengan penggunaan MKJP. Selain itu, diketahui nilai OR sebesar
1.286 yang artinya akseptor KB yang kurang mendapatkan dukungan dari tenaga kesehatan memiliki kecenderungan 1.286
kali lebih besar untuk menggunakan non MKJP dibandingkan dengan akseptor yang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan dikatakan mendukung jika responden diberikan saran untuk menggunakan MKJP dan diberikan
kesempatan kebebasan untuk memilih kontrasepsi yang digunakan. Lebih banyak akseptor yang memperoleh dukungan
tenaga kesehatan dan menggunakan non MKJP dapat menjadikan alasan tidak adanya hubungan antara dukungan tenaga kesehatan
dengan penggunaan MKJP. Menurut hasil penelitian Landi, dkk 2012 tidak ada hubungan
dukungan tenaga kesehatan dengan pemakaian kontrasepsi suntik. Pada penelitian tersebut, dikatakan bahwa tenaga kesehatan
termasuk salah satu pihak yang berwenang mengkampanyekan program KB kepada masyarakat, namun dalam pelaksanaannya,
tugas tersebut belum dapat dilakukan dengan optimal karena
keterbatasan dana, keterbatasan tenaga, serta beban kerja yang tinggi.
Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, hasil analisa data yang dilakukan oleh Oktavia 2014 diperoleh informasi bahwa program
Bina Keluarga Mandiri BKM tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan menggunakan alat kontrasepsi. BKM
merupakan suatu organisasi yang digunakan untuk memberikan informasi dan mendorong keluarga dalam memilih dan
menggunakan kontrasepsi dengan tepat melalui pembinaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tidak adanya pengaruh antara
BKM dengan pengambilan keputusan kontrasepsi disebabkan karena kelompok akseptor telah memiliki pilihan menggunakan
metode kontrasepsi tertentu berdasarkan pengalaman sebelumnya
atau berdasarkan lingkungan masyarakat.
Tenaga kesehatan memiliki peran untuk menawarkan berbagai alat metode kontrasepsi kepada seluruh akseptor. Kurang dari
separuh akseptor yang mendapat saran dari petugas kesehatan untuk menggunakan MKJP. Tentunya ada alasan tertentu misalnya
umur akseptor, jumlah anak, dan hal lain yang menyebabkan tidak disarankannya seluruh akseptor untuk menggunakan MKJP.
Namun demikian, meskipun secara keseluruhan dukungan tenaga kesehatan tergolong baik, keputusan untuk menggunakan alat
kontrasepsi sepenuhnya berada di tangan akseptor.
d. Dukungan Pemimpin dalam Komunitas