Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MKJP Faktor Predisposisi a. Pengetahuan

85

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan tersebut terdapat dalam hal proses pengumpulan data. Dalam proses pengumpulan data, terkadang timbul suasana yang kurang mendukung seperti responden yang dipanggil untuk melakukan pemeriksaan, responden yang berkomunikasi dengan responden lain, sehingga dapat menyebabkan bias informasi.

6.2 Pembahasan Hasil Penelitian

6.2.1. Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MKJP

Menurut BKKBN 2011, alat kontrasepsi yang termasuk MKJP adalah MOW, MOP, AKDR, serta implan atau yang dikenal dengan susuk KB. Sementara pada Puskesmas Kecamatan Kalideres, pelayanan MKJP terbatas pada AKDR dan implan atau susuk. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa hanya sebagian kecil 12.2 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang menggunakan kontrasepsi MKJP. Hal ini sesuai dengan hasil studi pendahuluan melalui data sekunder yang menunjukkan bahwa proporsi akseptor KB non MKJP di Puskesmas Kecamatan Kalideres adalah 17.66. Artinya, proporsi pengguna MKJP masih jauh dari target sebesar 27.5. Melalui hasil tersebut, jika tidak ada peningkatan pengguna MKJP maka dapat diperkirakan bahwa Kecamatan Kalideres tetap menjadi kecamatan dengan bayi lahir hidup terbesar di Kota Administrasi Jakarta Barat. Saat ini, jumlah penduduk Kecamatan Kalideres adalah 406.273 jiwa dengan kepadatan sebesar 13.350 penduduk km 2 . Jika bayi lahir hidup tetap berada dalam jumlah yang cukup tinggi, tentunya kepadatan penduduk akan terus bertambah dan berpotensi menimbulkan permasalahan kesehatan.

6.2.2. Faktor Predisposisi a. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pengendalian kelahiran dan keluarga berencana merupakan prasyarat dari penggunaan metode kontrasepsi yang tepat dengan cara yang efektif dan efisien BPS, etc, 2012. Melalui pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi, tentu dapat memberikan peluang untuk dapat memilih kontrasepsi dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan ber KB Asih dan Hadriah, 2009. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh 55.6 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres tahun 2015 memiliki pengetahuan MKJP yang kurang baik. Pada analisa bivariat diperoleh informasi bahwa dari 50 akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres yang memiliki pengetahuan kurang baik, 86 diantaranya menggunakan menggunakan non MKJP. Hasil uji statistik, diketahui p value = 0.749, artinya pada ∝ = 5 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan akseptor KB dengan penggunaan MKJP. Diketahui nilai OR sebesar 0.683 yang artinya akseptor KB yang berpengetahuan kurang baik memiliki kecenderungan untuk menggunakan non MKJP sebesar 0.683 kali lebih besar dibandingkan dengan akseptor yang memiliki pengetahuan baik. Pengetahuan akseptor KB terkait MKJP tergolong kurang baik. Pengetahuan tergolong kurang baik apabila responden dapat menjawab dengan benar minimal 17 pertanyaan. Pada kelompok MKJP maupun non MKJP, terdapat kesamaan yaitu lebih banyak akseptor yang memiliki pengetahuan kurang dibandingkan pengetahuan yang baik. Pengetahuan yang kurang baik ini terlihat dari jawaban responden yang meliputi: responden lebih banyak mengetahui alat kontrasepsi seperti suntik dan pil, sementara alat kontrasepsi yang lain kurang diketahui. Pada tujuan kontrasepsi, hampir seluruh responden menjawab bahwa kontrasepsi bertujuan untuk menunda kehamilan. Sementara hanya sebagian responden yang menjawab bahwa kontrasepsi bertujuan untuk menjarangkan kehamilan dan meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga. Tidak sampai separuh responden yang mengetahui bahwa AKDR dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari tembaga dan hanya boleh dipasangkan oleh dokter atau bidan terlatih. Selain itu hanya sebagian kecil 30.0 responden yang mengetahui bahwa AKDR dipasangkan di dalam rahim. Namun hampir seluruh responden 73.3 mengetahui bahwa susuk KB dipasangkan di lengan. Jika disimpulkan, pengetahuan akseptor KB sudah tergolong baik pada pertanyaan seputar tujuan KB. Sementara pada pertanyaan terkait MKJP masih tergolong kurang baik. Dengan demikian, perlu adanya peningkatan pengetahuan akseptor KB terkait alat kontrasepsi MKJP. Diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik, lebih banyak yang menggunakan non MKJP. Namun demikian, responden dengan pengetahuan kurang baik pun lebih banyak yang menggunakan non MKJP. Hasil tersebut yang diperkirakan menjadi alasan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan MKJP. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan yang baik belum tentu membuat seseorang menggunakan kontrasepsi sesuai dengan pengetahuannya, begitupun seseorang yang memiliki pengetahuan yang kurang baik, tidak menghalangi dirinya untuk menggunakan MKJP. Hal ini menunjukkan bahwa ada variabel lain yang mempengaruhi penggunaan MKJP. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Verawaty 2013 diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan MKJP. Pengetahuan responden yang baik ataupun kurang tentang MKJP tidak mempengaruhi mereka dalam memilih metode atau alat kontrasepsi yang akan digunakan dalam hal ini MKJP. Mereka memiliki keleluasaan atau kebebasan pilihan dengan mempertimbangkan hal-hal seperti kecocokan, pilihan efektif atau tidaknya, kenyamanan dan keamanan dari efek samping alat kontrasepsi, juga dalam memilih tempat pelayanan yang sesuai dan lengkap. Menurut Green 1980 beberapa macam pengetahuan kesehatan mungkin dibutuhkan sebelum terjadinya suatu perilaku kesehatan pribadi. Akan tetapi, perilaku sehat mungkin tidak terjadi kecuali jika seseorang menerima isyarat yang cukup kuat untuk memotivasi dirinya untuk bertindak sesuai dengan pengetahuannya. Meskipun tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan MKJP, namun diketahui bahwa lebih banyak akseptor yang memiliki pengetahuan kurang dibandingkan akseptor yang memiliki pengetahuan baik. Dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai MKJP agar mempermudah dalam pemilihan alat cara kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya, maka perlu diadakan kegiatan lintas sektor terkait sosialisasi MKJP.

b. Kepercayaan

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo

0 20 145

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015.

0 3 11

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 1 18

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 0 14

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU

0 0 10

SKRIPSI FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEINGINAN PUS DALAM PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PACAR KELING SURABAYA

0 0 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI KECAMATAN GONDOKUSUMAN - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 11

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS SUKARAMI KOTA PALEMBANG TAHUN 2016 -

0 1 103