penciptaan guna bentuk yaitu dengan menumbuhkan bibit sampai besar dan pemeliharaan..
2.5.1 Faktor Produksi
Faktor produksi sering disebut dengan korbanan produksi untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi diistilahkan dengan input. Faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi dibedakan menjadi 2 kelompok Sukirno:2011, antara lain:
a. Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam-macam tingkat kesuburan, benih, varitas pupuk, obat-obatan, gulma dsb.
b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, status pertanian, tersedianya kredit dan sebagainya.
Input merupakan hal yang mutlak, karena proses produksi untuk menghasilkan produk tertentu dibutuhkan sejumlah faktor produksi tertentu.
Proses produksi menuntut seorang pengusaha mampu menganalisa teknologi tertentu dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk
menghasilkan sejumlah produk tertentu seefisien mungkin. Berikut adalah penjelasan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi produksi pertanian.
a Lahan Lahan pertanian banyak diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk
diusahakan usahatani misalnya sawah, tegal dan pekarangan. Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian.
Ukuran luas lahan secara tradisional perlu dipahami agar dapat ditransformasi ke ukuran luas lahan yang dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan,
maka ukuran nilai tanah juga diperhatikan Sukirno: 2011. b Benih
Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan
dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di
persemaian. Sumber benih yang digunakan hendaknya dari kelas yang lebih tinggi. Untuk mengetahui keadaan benih yang baik dapat dilihat dari keadaan fisik
benih dan kemurnian benih. Benih yang bersertifikat atau berlabel dapat diperoleh pada kios-kios atau toko pertanian maupun penyalur benih. Benih tersebut
merupakan benih sebar extension seed yang dihasilkan dan disebarkan oleh para penangkar benih atau kebun-kebun benih. Varietas yang ditanam hendaknya
selain disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, memperhatikan pula aspek kecocokan lahan, umur tanaman dan ketahanan terhadap lama serta penyakit.
c Pupuk Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal, tanaman
memerlukan bahan makanan berupa unsur hara, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro. Jika tanah untuk media tumbuh tidak tersedia cukup unsur hara
yang diperlukan, maka harus diberikan tambahan unsur-unsur tersebut ke dalam tanah. Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi tanaman, hal ini dapat berpengaruh bila dosis yang diberikan tepat
Sukirno :2011. Penambahan unsur hara dapat dilakukan melalui pemupukan sehingga
diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah antara lain menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian atau erosi dan yang terangkut saat panen.
Pemberian pupuk merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan produksi tanaman. Konsepsi pemupukan berimbang menyarankan agar dalam budidaya
d. Curahan Tenaga Kerja Sukirno 2011 yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah “Penduduk
yang berumur 10 tahun atau lebih, yang sudah atau sedang mencari pekerjaan dan sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.”
Adapun menurut Suritiyah 2011 bahwa penggolongan tenaga kerja berdasarkan umur pada usahatani terdiri dari dua golongan yaitu tenaga kerja anak-anak umur
10 - 15 tahun dan tenaga kerja dewasa umur ≥ 15 tahun dengan standar
konversi 7 jam kerja efektif hari. Faktor tenaga kerja disini dapat dilihat dari jumlah curahan kerja. Dalam usahatani tenaga kerja dibedakan atas dua macam
yaitu menurut sumber dan jenisnya. Menurut sumbernya tenaga kerja berasal dari dalam keluarga dan tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan menurut jenisnya
didasarkan atas spesialisasi pekerjaan kemampuan fisik dan keterampilan dalam bekerja yang dikenal tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak.
Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga dipengaruhi oleh skala usaha, semakin besar skala usaha maka penggunaan tenaga kerja
cenderung semakin meningkat. Penilaian terhadap penggunaan tenaga kerja biasanya digunakan standarisasi satuan tenaga kerja yang biasanya disebut dengan
“Hari Orang Kerja” atau HOK. Namun, tidak selamanya penambahan dan pengurangan tenaga kerja mempengaruhi produksi,
karena walaupun jumlah tenaga kerja tidak berubah tetapi kualitas dari tenaga kerja lebih baik maka dapat mempengaruhi produksi Sukirno :2011.
2.6 Fungsi Produksi